12-You aren't You

146 33 6
                                        

Jam pulang sekolah tiba, tapi Sesya enggan pulang ke rumah. Sudah lama ia tidak makan siomay bersama Filo. Jadi, ia memutuskan untuk membelinya sendiri lalu membawa ke atap sekolah, tempat di mana lelaki itu ‘tinggal’ untuk sementara di masa ini.

Mereka berdua duduk santai, menikmati angin sepoi-sepoi dengan siomay sambil berbincang-bincang tentang kemajuan hubungan Sesya dan Dana, serunya pertemanan bersama Biru dan Jicko hingga kehidupan super modern di masa depan.

“Aku jadi pengen main-main ke masa depan, pengen lihat aku di masa depan gimana, ya?”

“Cantik, Mama itu perempuan paling cantik di masa depan,” ucap Filo mengundang elak tawa. “Loh, kenapa Mama ketawa? Aku serius, Ma.”

“Bener, ya, kata orang kalau setiap anak pasti anggap ibunya adalah perempuan paling cantik di dunia … dan sekarang aku bisa ngerasainnya,” jelas Sesya.

Filo mengulum senyum tipis. “Enggak semuanya, Ma. Hal itu gak berlaku buat anak-anak yang gak pernah rasa kasih sayang dari ibunya. Bagi mereka, perempuan yang paling cantik itu adalah pasangan mereka.”

“Benar juga sih. Nanti kalau kamu udah punya pasangan dan aku tanyain siapa yang paling cantik di antara kami berdua, siapa yang akan kamu pilih?” tanya Sesya dan Filo hanya tertawa tipis.

“Kalian sama di mataku, gimana aku bisa milih,” jawab Filo rancu, membuat Sesya sedikit kebigungan untuk memahami perkataan Filo. Dahinya mengerut sambil memiringkan kepala, ekspresi khas-nya ketika kebigungan.

Nananananana ~

Ponsel milik Sesya tiba-tiba berdering. Namun, sang pemiliknya hanya melirik sekilas lalu mengabaikan panggilan masuk itu.

“Gak mau diangkat?” tanya Filo.

Sesya langsung menggelengkan kepala. “Malas, aku lagi mau lakuin quality time sama kamu,” jawab Sesya santai lalu menyeruput habis susu kotak miliknya.

Nananananana ~

Ponsel Sesya kembali berdering. Namun, Sesya ‘tak mengubrisnya sama sekali dan sibuk menghabiskan siomay miliknya yang tersisa sedikit lagi.

“Coba diangkat dulu. Mana tahu penting, Ma,” nasihat Filo.

Sesya menggeleng-geleng. “Sekarang yang penting itu kamu, yang lain lagi gak penting.”

“Beneran nih?” Filo mengambil ponsel milik Sesya lalu menatap gadis itu sambil menyeringai. “Oke deh, padahal yang nelpon tadi itu ayah, loh.”

“ASTAGA! BENERAN? Kamu gak bohong ‘kan?”

Im so serious. Buat apa bohong.” Filo menggoyang-goyangkan ponsel Sesya.

Sontak Sesya langsung merebut kembali ponselnya dari tangan Filo. Benar saja, ada dua panggilan tidak terjawab dari Dana.

Seketika raut wajahnya langsung berubah panik, sedangkan Filo malah tertawa terbahak-bahak melihat air muka Sesya.

“Ih, gimana nih, Fi? Ada dua panggilan gak terjawab dari kak Dana,” rengek Sesya.

“Tapi tadi Mama bilang gak ada yang penting kecuali aku,” goda Filo seraya menaik-turunkan kedua alisnya.

Sontak Sesya menumbuk lengan Filo cukup kencang. “Ih, kasih saran dong, jangan malah godain aku!” kesalnya.

Filo meringis sambil mengusap-usap lengannya. “Astaga, Ma! Kenapa Mama gak telepon balik aja.”

“Masa cewek duluan yang nelpon.” Sesya memajukan bibir bawahnya.

Filo memutar bola mata malas lalu ia merebut ponsel di genggaman tangan Sesya. “Sini biar aku aja yang telepon.”

GratiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang