Untuk yang Pertama dan Terakhir
Di pagi itu setahun yang silam, Ibu meminta untuk belanja lebih banyak.
Aku marah! Ibu tidak sesehat dahulu.
Teguh pendiriannya justru memintaku berangkat bekerja.
Hanya satu pintamu, memanggil kakak perempuan supaya bisa menemani.
Hatiku bertanya kala Ibu memintaku pulang lebih awal.
Namun, anaknya yang tidak tahu diri ini justru berkutat dengan tugas
Hingga aku pulang, beliau menunggu, menyambutku di ambang pintu.
Matanya berkaca-kaca, tangannya terulur menjabat tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya.
Berkali-kali ucapan syukur itu menghias bibir pucatmu.
Berterima kasih atas kelahiranku dengan senampan nasi tumpeng.
Masakanmu yang selalu menjadi kesukaanku.
Tidak lupa sebait doa sederhana untukku,
Sebait doa yang masih belm terjawab.
Aku mengingat dengan jelas hari itu.
Hari perayaan ulang tahun persembahan darimu.
Untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Sebab, tidak ada lagi dirimu ditahun-tahun berikutnyaMaaf membuatmu menunggu terlalu lama.
Maaf masih belum bisa menjawab pertanyaanmu kala itu.
Maaf ....Terimakasih atas semua pengorbananmu selama ini.
Terimakasih atas segala yang kau beri.
Namun, takkan mampu aku membalas semua ini.
Tenanglah, dan damailah di sana ....
♡♡♡♡♡♡♡
Bondowoso, 08 Agustus 2017
Na_LinaKurniawati
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Berkisah ✔
PoetryMerangkai kata, merajut sajak, membingkai kenang. Begitulah kisahku, tanpamu! Apakah hanya itu? Tidak! Kisah dan kenang yang beda pun turut terbingkai. Ada dan tiadanya dirimu sama saja. Karena kuyakin, kau tak pernah ke mana. Menetaplah selama...