Tulang Punggung
Dulu, beliau bekerja untuk keluarga.
Dengan peluh bertetes-tetes.
Mengabaikan panas, lelah, juga dahaga.
Dulu, beliau bekerja untuk keluarga.
Berkali-kali bersusah payah.
Memeras keringat hingga lelah tak terobati.
Ketika dewasa, kami baru menyadari.
Tangannya tak lagi kuat menggenggam.
Punggungnya tak lagi tegap seperti dulu.
Kakinya tak lagi kokoh seperti masa muda.
Ketika putrinya hendak menggantikan, beliau melarang.
"Kau itu tulang rusuk, bukan tulang punggung! Letakkan itu!"
Beliau bgitu, sebab tak ingin melihat putrinya bersusah seperti dirinya.Namun, seiring memudarnya waktu.
Berlalu bersama menuanya diri.
Bersambut dengan memutihnya rambut,
Beliau harus beristirahat.
Karena kami yang akan memulai untuk menjadi tulang punggung baginya.
Bondowoso, 24 Oktober 2020
Na_LinaKurniawati
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Berkisah ✔
PoetryMerangkai kata, merajut sajak, membingkai kenang. Begitulah kisahku, tanpamu! Apakah hanya itu? Tidak! Kisah dan kenang yang beda pun turut terbingkai. Ada dan tiadanya dirimu sama saja. Karena kuyakin, kau tak pernah ke mana. Menetaplah selama...