Kamis Terakhir
Kamis serupa Jumat keramat bagiku.
Kamis yang menyimpan tangis dan kisah dalah hidupku.
Kamis juga seolah penentu untuk beberapa orang terbaik yang aku kenal.Kamis malam saat itu, beliau berjuang seolah nyawanya terkumpul kembali.
Semalam suntuk kami terjaga demi beliau.
Namun, Jumat pagi sudah menyambutnya dan membawanya kembali.
Kembali pada haribaan Sang PenciptaKamis tiga belas bulan kemudian, ternyata malam itu malam terakhirnya.
Aku melepas sekali lagi, merawat untuk terakhir kali, lalu mengantar kembali.
Kembali pada pelukan bumi dan berselimutkan tanah.
Dua kali Kamisku membuat mataku awas dan tak pernah terpejam di hari itu.
Hingga berganti hari, mataku baru mau terpejam.Pernah aku terpejam di satu Kamis, terbangun di hari berikutnya dengan sesak menyiksa.
"Siapa lagi yang akan pergi hari ini?" Pikiranku meliar.
Hingga tatapanku terpaku pada kabar kepergiannya.
Orang baik yang 25 hari sebelumnya berkunjung dan mengingatkanku pada mati.
Beliau pergi, menjadikan tiga buah hatinya anak yatim.Pernah aku sekali lagi terpejam, lagi-lagi terbangun di hari berikutnya.
Perasaan itu masih sama, sesak melingkupi.
"Siapa lagi kali ini?"
Hingga hari beranjak gelap, dering telepon mendukung pikiran liarku.
Beliau pergi secara mendadak, dan menyisakan penyesalan karena belum kutemui.Sekali lagi mataku terpejam di Kamis itu.
Terbangun di hari berikutnya dengan perasaan gundah.
"Siapa lagi? Siapa lagi? Siapa lagi?"
Ternyata lelaki terhebat sahabatku yang pergi.
Begitu cepat, hingga semua tak percaya.Kamisku menyesakkan!
Tak ingin rasanya terpejam dihari itu.
Sebab sesak hati ini tak bisa aku kendalikan.
Cukupkan di mereka, jangan ada lagi.
Aku tak sanggup ....Bondowoso, 29 Oktober 2020
Na_LinaKurniawati
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Berkisah ✔
PoetryMerangkai kata, merajut sajak, membingkai kenang. Begitulah kisahku, tanpamu! Apakah hanya itu? Tidak! Kisah dan kenang yang beda pun turut terbingkai. Ada dan tiadanya dirimu sama saja. Karena kuyakin, kau tak pernah ke mana. Menetaplah selama...