Rain Sitompul, berdarah batak tulen , gadis gembul yang hobi makan tidur namun bercita-cita menjadi dokter dan kaya. Selalu gagal untuk mencintai dirinya sendiri, namun tak pernah gagal untuk menyemangati orang lain. Aneh.
Hari ini adalah hari kesekian dia berada di rumah karena sedang liburan semester, saat ini sudah duduk di bangku SMA kelas 11 tepatnya.
"Ah gila, makin nambah umur bukannya bikin bangga ortu malah nambah beban doang bisanya." Racau Rain sambil tetap berbaring di kasur ternyamannya.
Ralat bukan ternyaman tapi memang dianya yang malas untuk sekedar pindah ke tempat lain.
"Rain keluar kamu, dikamar terus bantu di dapur dong anak gadis!"
Masih pagi dan suara menggelegar sudah terdengar dari arah dapur, pagi yang menyedihkan.
Dengan gontai Rain berjalan ke dapur dan melihat seorang wanita paruh baya sibuk dengan berbagai masakannya.
"Ini bantu opung kupas bawang terus masukin ke toples itu untuk persediaan biar ga repot." Jelas opungnya sambil tetap fokus memperhatikan masakannya yang sudah hampir matang.
"Pung ngupas bawang kan perih yang lain aja dong pung" keluh Rain karena dia tidak mau sepagi ini sudah menangis hanya karena bawang.
"Pilih kupas bawang atau bersihin rumah plus nyuci dan setrika?" Tanya opungnya.
"Ga makasih opung boruku tercinta, aku mending kupas bawang aja." Jawab Rain dengan cepat dan segera mengambil pisau dan mulai mengupas bawang.
Opung hanya menggeleng kepala ketika melihat cucunya dengan cepat menolak untuk melakukan pekerjaan rumah sebanyak itu.
Tak berselang lama karena memang bawangnya tidak terlalu banyak dia pun selesai mengupas semuanya.
"pung aku ke kamar ya" Ucapnya lalu meninggalkan opung di dapur sendirian.
Dan saat dia sudah kembali meletakkan tubuhnya itu di kasur yang sudah dia rindukan padahal baru berpisah beberapa menit saja, dering telpon mengganggunya yang sedang sibuk dengan siaran televisi yang sangat membosankan.
'Halo?'
'Rain ngumpul yuk daripada busuk noh di kamar.'
'Yaelah males ah, gada yang bisa nganter papa lagi kerja .'
'Aku jemput! mau alasan apa lagi? Gaada duit? Kita patungan buat bayarin!'
'Kampret kau gabisa apa ya biarin aku tenang satu hari aja gitu'
'Gak! pokonya satu jam lagi aku jemput. Kau siap-siap sana'
'IYA BAWEL!' Telepon pun terputus dan dengan mengomel dia langsung bergegas mandi.Dia melirik jam yang ada di kamarnya dan matanya terbelalak.
"GILA APA YA NGAJAK KELUAR JAM 9 PAGI?! MAU KEMANA COBA?!" Kaget Rain dan dengan malas ia tetap mandi dan bersiap.
Tidak berselang lama ia sudah siap dengan rambut yang diikat seperti ekor kuda, jangan lupa dengan kacamata yang wajib ia pakai dan olesan lipbalm tipis di bibirnya agar tidak terlalu pucat. Dengan tampilan kemeja casual dan jeans longgar kegemarannya serta sendal gunung yang tidak pernah ia lewatkan pun sudah siap di tubuhnya.
Saat dia keluar dari kamar dia langsung menjumpai opungnya yang berada di ruang tamu dan pamit pergi.
"Pung aku pamit ya mau pergi sama temen." Pamitnya singkat dan sibuk dengan jam tangan yang sekarang sedang ia pasang.
"Mau kemana jam segini? sama siapa? udah ijin sama mama?" Tanya opung keheranan dengan cucunya yang sepagi ini namun sudah rapih.
"Itu biasa si Daniel ngajak kumpul pung, kangen katanya orang itu, nanti aku ijin sama mama aku telpon aja kalo udah sampe di rumah si sabitha." Ucap Rain.
"Oh sama Daniel, yaudah boleh. Nanti jangan pulang terlalu malam ya." Jawab opung mengangguk setuju.
Ini yang selalu menjadi pertanyaan, kenapa opungnya sangat percaya kalau Rain sudah menyebut nama Daniel, Sabitha, dan Agatha. Sedangkan kalau dia mau pergi dengan temannya yang lain pasti Rain sudah dipenuhi dengan banyak pertanyaan yang cukup membuatnya pusing.
TOK TOK TOK
Seorang laki-laki mengetok pintu dan tersenyum ke arah Rain dan opungnya yang sedang berbincang di ruang tamu.
"Eh Daniel kalian mau pergi ke mana? udah makan? ayo makan dulu" Sambut opung dengan ramah ketika melihat pria yang sudah ditunggu dari tadi muncul di depan pintu.
"Biasa lah pung kumpul di rumah Sabitha main-main, gausah repot-repot pung niel udah makan kok." Jawab Daniel sambil masuk ke dalam rumah dan menyalim opung.
"Pung Rain sama Daniel pergi dulu ya.. pintu jangan lupa opung kunci kalau mau tidur." Pamit Rain dan menyalim tangan opungnya juga.
"Niel pamit ya pung" Ucap Daniel sambil melangkah keluar dan dibalas anggukan oleh opung.
Selama di perjalanan Daniel dan Rain hanya diam, Daniel fokus dengan jalanan dan Rain fokus dengan fikirannya yang selalu saja susah untuk diam.
"Rain" Ucap Daniel saat mereka berhenti karena terjebak lampu merah.
"Apa?" Saut Rain yang tersadar dari lamunannya.
"Kau jarang tidur ya? matamu itu udah kaya kantong panda tau" Tanya Daniel sambil melihat Rain dari kaca spionnya.
Rain yang sadar bahwa daritadi Daniel memperhatikan dia dari kaca spionnya langsung tertawa geli
"Apa liat-liat? Ntar naksir hahahaha... Iya aku jarang tidur kau tau kan dari SMP juga gitu suka tidur di kelas." Jawab Rain.
"Hmm.." Deham Daniel sambil memalingkan tatapannya ke depan.
"Tapi kan itu ga baik buat kesehatanmu Rain.." Sambung Dani dengan suara yang pelan.
"Iya tau tapi mau gimana lagi.. aku gabisa tidur" Jawab Rain sambil menyenderkan kepalanya ke punggung sahabatnya itu, Daniel.
Daniel hanya menarik nafas panjang karena ia tahu bahwa Rain memang selalu susah tidur saat malam, bahkan tidak jarang dia tidak tidur sama sekali, anehnya dia tidak pernah cerita apa alasan dia susah tidur dan Daniel yakin pasti ada yang menjadi beban fikirannya.
Tak lama jalanan di depan kembali lancar dan melanjutkan perjalanannya.
Halo temen-temen, nih ada cerita baru.. kalau kalian sudah baca silakan berikan vote dan kalau berkenan silakan isi kolom komentar dengan tanggapan kalian, kritik atau apapun yang mau kalian sampaikan! Tenang aja nanti pasti aku baca satu persatu kok.
HEHE NIH BUAT YANG GATAU ARTI KATA OPUNG.
OPUNG BORU: NENEK
OPUNG DOLI : KAKEK

KAMU SEDANG MEMBACA
Lies of life
Teen FictionBanyak orang tertawa karena luka dan menangis karena bahagia, lantas kebohongan mana kah yang harus ku percayai? -Rain.