***
"Maaf karena harus menanyakan ini," lembut Thomas setelah mereka selesai makan malam. Setelah ia menyajikan secangkir kopi hangat untuk masing-masing tamunya. "Tapi, Nyonya Kim-"
"Lisa," potong Lisa. "Aku lebih suka di panggil Lisa," tuturnya membuat Thomas lantas meralat ucapannya. Dengan sopan, juga lembut, pria itu bertanya apakah semalam orang yang mengejar Lisa adalah Kim Taehyung. "Aku tidak tahu," jawab Lisa. "Orang yang memintaku datang mengaku sebagai Kim Namjoon. Tapi aku yakin itu bukan namanya yang sebenarnya. Mereka ada tiga orang, seorang pria berambut hitam dengan masker, lalu pria berambut cokelat dan pria lainnya berambut pirang. Pirangnya lebih terang kalau dibandingkan dengan rambutmu," tenang gadis itu membuat teman-teman Jiyong sedikit heran. Bagaimana Lisa bisa setenang itu saat membicarakan pemerkosaan yang hampir terjadi padanya?– ragu ketiga teman Jiyong di sana.
"Lisa-ku ini pernah memerankan karakter Han Gongju. Karakternya sebagai anak sekolah yang diperkosa, film yang katanya dari kisah nyata itu. Jadi kejadian kemarin tidak terlalu membuatnya-"
"Aku takut," potong Lisa. "Tentu saja aku takut, aku pikir aku akan mati kemarin. Tapi kalian bilang aku belum mati jadi... syukurlah... Tapi kenapa? Kenapa kau menanyakannya? Salah satu dari pria-pria itu datang kesini juga? Apa semua orang bisa datang kesini?"
Thomas kemudian menganggukan kepalanya. Ia mengatakan kalau salah satu pria berambut cokelat yang menyerang Lisa datang ke desa mereka. Sayangnya, pria itu tidak datang sebagai manusia seperti Lisa. Kim Taehyung datang ke sana sebagai hantu yang tubuhnya belum di temukan.
Jiyong marah mendengarnya. Pria itu bangkit, dengan kesal mengatakan kalau ia akan memberi pelajaran pada si pria berambut cokelat. Namun sebelum Jiyong sempat melangkah pergi, Lisa menggenggam tangannya. Mata gadis itu kemudian menyipit, menatap Thomas dengan tatapan menyelidik. "Bagaimana kau tahu kalau dia pria yang mencoba memperkosaku? Kau melihat kami?"
"Kim Taehyung yang melihatmu siang ini. Dia melihatmu saat kau keluar dari rumah Jiyong tadi. Dia merasa sangat bersalah saat mengira kalau kau juga sudah mati. Dia bilang, dia tidak berencana membunuhmu. Dia bilang, dia hanya ingin menakut-nakutimu. Kelihatannya dia benar-benar menyesal karena dia pikir kalian meninggal bersama kemarin," jelas Yuri, menghapus kecurigaan Lisa pada Thomas. Siapa tahu Thomas melihatnya hampir di perkosa tapi diam saja?– Lisa sempat khawatir tadi.
Sayangnya penjelasan Yuri sama sekali tidak membuat Jiyong merasa iba. Bagaimana pun pria itu berencana memperkosa kekasihnya. Bagaimana pun pria sialan itu hampir melukai kekasihnya dan Jiyong tidak bisa memaafkan itu. Untungnya Lisa masih disana, memegangi tangan Jiyong agar pria itu tidak melangkah pergi.
Lisa tidak suka melihat Jiyong berkelahi. Gadis itu tidak peduli kalau Jiyong berkelahi tanpa sepengetahuannya, namun saat ia ada di sana, Lisa akan memastikan kalau Jiyong tidak akan melakukan apapun yang berbahaya. Saat Jiyong masih hidup, saat mereka masih sama-sama bekerja, mereka sudah sering sekali menghadapi situasi seperti ini. Jiyong merasa dadanya begitu hangat hanya karena Lisa ada di sisinya, memegangi tangannya seperti bagaimana mereka biasa menghabiskan waktu bersama.
Melihat Jiyong yang perlahan duduk karena tarikan lembut tangan Lisa– yang sama sekali tanpa usaha– Jennie bangkit dari duduknya. Wanita itu bahkan belum menyentuh kopinya. Gerakannya, menarik perhatian semua orang di meja itu. "Aku lelah sekali hari ini, aku pulang duluan," ucap Jennie, menjawab tatapan heran dari orang-orang di sekitarnya.
"Sendiri?" tanya Jiyong sembari menoleh, menatap jam di dinding cafe itu. Mendengar pertanyaan Jiyong, Lisa sedikit menaikan alisnya. Gadis itu tidak tahu kalau kekasihnya sekarang begitu perhatian pada bagaimana cara teman-temannya pulang.
"Ayo pulang bersama, ini sudah larut," ucap Yuri, ikut bangkit bersama Jennie. Namun sejurus kemudian Jiyong pun bangkit, mengatakan kalau ia akan mengantar Jennie dan Yuri sebab terlalu berbahaya bagi mereka untuk pulang sendirian.
"Di sini tidak ada kendaraan apapun," ucap Jiyong setelahnya. "Kalau kau lelah, kau bisa menunggu di sini, aku akan mengantar mereka sebentar, kembali ke sini dan kita bisa pulang, oke?" tanya Jiyong dan dengan sedikit bingung Lisa menganggukan kepalanya. Toh tidak akan ada gunanya juga berdebat di sana, merengek agar Jiyong tidak mengantarkan wanita lain– yakin Lisa.
Seperginya Jiyong dengan Jennie dan Yuri, Lisa bangkit dari duduknya. Gadis itu berjalan menghampiri meja bar, terus lurus sampai kakinya berhenti tepat di sebuah papan buletin berisi foto-foto. Ada banyak foto di sana, tapi semua foto-foto itu, selalu ada Jennie di sebelah Jiyong. Pasti gadis itu yang menemani Jiyong selama pria itu berada di sini– yakin Lisa.
"Kau yakin tempat ini benar-benar ada?" tanya Lisa, sembari memperhatikan foto-foto lain di papan buletin itu. Sebagian besar wajah-wajah yang ada di papan buletin itu terasa familiar bagi Lisa. Bukan karena ia mengenali mereka semua, namun karena Lisa sudah melihat selebaran tentang hilangnya orang-orang itu berkali-kali. Mereka yang kehilangan keluarganya biasanya ikut membantu mencari orang hilang lainnya, seperti ada ikatan dan empati bagi mereka yang sama-sama kehilangan keluarganya. "Han Jisung masih ada di sini? Keluarganya hampir gila karena mencarinya."
"Kau tidak mempercayai apa yang sudah kau lihat?"
"Aku tidak bisa mempercayainya." Lisa menjawab dengan tegas. "Kurasa ini mimpi, tapi... Walaupun begitu, ini mimpi yang begitu indah. Pelukan Jiyong oppa terasa begitu nyata dalam mimpi indah ini."
"Kalau begitu... Cobalah untuk pergi dari sini besok. Cari dua orang bernama Jang Panseok dan Kim Wook, dua tahun lalu mereka sama sepertimu, mereka bisa melihat dan datang ke tempat ini. Ah... Detektif Shin Junho juga, kekasihnya juga pernah tinggal di sini."
"Apa kalian sekelompok penipu?"
"Entahlah, kau bisa mencaritahu itu sendiri," jawab Thomas. "Tapi kalau kau bertemu Tuan Jang dan Wook, beritahu mereka kalau aku merindukan mereka. Ku harap kau bisa mengajaknya ke padang chamomile suatu saat nanti," susulnya sembari memperhatikan Lisa yang masih memandangi foto-foto di papan buletinnya.
Sementara itu, tepat di depan rumah Jennie, Jiyong meminta maaf pada si pemilik rumah. Ia meminta maaf pada Jennie, sebab ia tidak bisa menukar Lisa dengan Jennie. Bukan karena Lisa muncul di harapan mereka lalu ia menolak Jennie, namun sedari awal pun Jiyong memang tidak bisa menerima Jennie. "Maaf karena membuatmu salah paham, tapi sedari awal aku sudah memberitahumu kalau aku tidak bisa melupakan Lisa begitu saja. Sekarang Lisa di sini, jadi aku tidak bisa bersikap santai padamu seperti sebelumnya. Ku harap kau mengerti dan tidak mencoba melukai Lisa seperti tadi lagi."
"Tapi dia masih hidup, dia tidak bisa terus tinggal-"
"Apapun yang terjadi nanti, aku tidak sanggup melukainya lagi. Dia sudah banyak terluka karenaku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A Place I Can't Find
FanfictionK-Drama "Missing: The Other Side" fanfic version. Kemana kamu pergi? Kenapa tidak ada kabar apapun darimu? Dengan hati yang sesak, aku mencoba meneleponmu. Tak lagi terhitung, berapa banyak yang ku tulis kemarin. Walau tulisanku terlihat jelek, ak...