7

732 143 3
                                    

***

Malam ini Thomas sendirian di cafenya. Jam sudah menunjuk pukul sebelas, jadi sebagian besar penghuni desa itu sudah pulang ke rumah masing-masing. Jiyong pun baru pergi, sekitar satu jam yang lalu. Di tengah kesendiriannya, Thomas meracik dua gelas es kopi. Ia merindukan teman-teman manusianya– Pak Jang dan Kim Wook. Sayang sekali, sebab dua tahun lalu kedua orang itu tidak bisa lagi datang dan melihat desa mereka.

Tidak lama berselang, di tengah heningnya malam itu, Thomas melihat seorang gadis dengan penampilan yang luar biasa buruk– pakaiannya sobek juga kotor. Kakinya tidak memakai alas apapun, rambutnya berantakan mirip seseorang yang baru saja jatuh dari tebing. Belum lagi tubuhnya yang bergetar hebat. Gadis itu masuk melalui pintu depan Hawaii cafe. Ia berseru meminta pertolongan begitu masuk dan langsung pingsan bahkan sebelum Thomas sempat menegurnya. Thomas terlalu serius memperhatikan wanita itu sampai ia tidak cukup cepat untuk menahan kepalanya membentur lantai.

Wanita berantakan itu jatuh tersungkur di Hawaii cafe. Entah apa yang terjadi padanya, namun saat melihat wanita itu pingsan, Thomas tidak melakukan hal lain selain membaringkannya di atas ranjang tidurnya, di kamar tidur di sebelah ruang penyimpanan. Thomas berencana mengganti pakaian wanita itu, namun sopan santun membuatnya ragu. Wanita dengan celana jeans dan kemeja biru yang sobek di bagian lengan dan beberapa kancingnya itu terlihat begitu kotor, mungkin baru saja bergelung di atas tanah, apa mungkin ia baru saja bertarung dengan hewan buas?– Thomas penasaran. Satu-satunya hal yang Thomas tahu hanyalah kenyataan kalau wanita itu masih hidup, manusia yang masih bernafas, sama seperti Pak Jang dan Wook yang dua tahun lalu berhenti datang.

Thomas dan sopan santunnya tidak mengizinkan tangannya untuk melepaskan pakaian wanita itu lalu menggantinya dengan pakaian lain. Jadi, setelah ia membuat keputusan, ia ambil semangkuk air dengan handuk. Ia bersihkan kaki serta tangan wanita itu dengan cepat, menyelimutinya kemudian membersihkan wajah wanita itu. "Rasanya kau terlihat tidak asing," gumam pria itu sembari mengusap beberapa kotoran di wajah si wanita.

"Oppa... Jiyong oppa... Tolong aku-" gumam gadis itu dengan matanya yang terpejam. Ia sudah sadar– pikir Thomas, merasa dirinya tidak perlu khawatir lagi. Perlahan wanita itu membuka matanya, dengan suara yang sama pelan seperti sebelumnya, ia kembali berujar– "jangan bunuh aku, masih ada yang harus aku lakukan," bujuk gadis itu sebelum kemudian ia memejamkan lagi matanya. Kali ini bukan pingsan, namun terlelap sebab terlampau lelah, terlampau pasrah.

Wanita itu mengejutkan Thomas, selain karena di luar muncul aurora, wajah gadis itu juga mengingatkannya pada foto-foto di rumah Jiyong. Ia adalah gadis yang Jiyong sukai. Gadis yang tidak pernah Jiyong lupakan meski ada beberapa wanita yang menawarkan diri untuk membantunya berpaling.

"Thomas!" seru Lee Yuri, bersamaan dengan suara beberapa benda yang jatuh.

Thomas melangkah keluar dari kamarnya, melihat Lee Yuri dan Eun Jiwon berdiri di dekat meja bar sementara ada seorang pria dengan rambut kecoklatan di depan pintu ketiga– pintu yang selalu menjadi jalan masuk para hantu. Pria itu memegang botol wine yang sebelumnya ada di atas meja bar, menodongkan botol itu pada Yuri dan Jiwon juga pada Thomas.

"Tuan Eun, pergilah ke rumah Tuan Kwon, minta dia datang kesini, ini mendesak" suruh Thomas, tanpa memberi tahu siapapun kalau ada manusia di cafenya. "Selamat datang, Tuan, bagaimana kalau kita minum teh sembari bicara?" tawar Thomas, dengan tenang pada pria yang baru saja datang itu.

Pembawaan Thomas yang tenang, membuat si pria berambut cokelat seolah terhipnotis. Ia memberikan botol ditangannya pada Thomas, lantas melangkah naik ke lantai dua untuk kemudian bicara sembari minum teh di sana. Sebelum naik, Thomas berpesan pada Yuri untuk mengantarkan teh ke lantai dua, sekaligus memanggilnya apabila Jiyong sudah datang.

Setelah sepuluh menit kemudian, saat Jiyong datang, Thomas melangkah turun dari lantai dua. Pria itu turun sendirian, menghampiri Jiyong kemudian meminta sebuah bantuan lain pada Jiwon. Thomas, meminta Jiwon untuk mengantarkan penghuni baru mereka ke rumahnya– rumah kosong di deret yang sama dengan rumah Jiyong. "Beri dia tempat di paling ujung, kelihatannya dia baru saja melakukan sesuatu yang buruk, berhati-hatilah Tuan Eun," pinta Thomas.

"Kenapa aku harus kesini? Untuk memberitahuku kalau akan ada orang jahat di sebelah rumahku?" tanya Jiyong, dengan aroma alkohol yang cukup menyengat di tubuhnya.

"Kau akan terus minum-minum sebelum tidur?" komentar Yuri, yang jadi seperti seorang kakak bagi Jiyong selama ini. "Berhentilah minum-minum, bagaimana kalau kau mabuk lalu pingsan tanpa ketahuan-"

"Aku tidak mungkin mati dua kali kan?" potong Jiyong, yang kemudian mengatakan kalau ia belum meminum apapun sebab gedoran Jiwon di pintunya tadi membuat pria itu terkejut dan menumpahkan whiskey di celananya.

"Seseorang yang kau kenal datang," ucap Thomas, membuat Jiyong langsung membeku. Bahkan saat Thomas membuka pintu kamarnya, pria itu enggan untuk melangkah masuk. Ia tidak ingin melihat Lisa di sana. Ia tidak ingin mengetahui kalau kekasih yang begitu ia cintai mati dan hilang sama sepertinya. "Dia masih hidup," susul Thomas, sedikit menenangkan. "Tapi keadaannya tidak begitu baik. Dia masuk lewat pintu depan, bukan lewat ruang lilin," jelas Thomas, membuat Jiyong bergegas masuk ke dalam kamar itu dan langsung keluar lagi begitu melihat keadaan kekasihnya– kurus, kusam, berantakan, tidak seperti Lisa yang sebelumnya Lisa kenal.

"Dia gadis yang fotonya ada di rumahmu, 'kan?" tanya Thomas, membuat Yuri juga ikut mengintip dan langsung menutup mulutnya begitu melihat Lisa yang berbaring di ranjang. Yuri tidak menduga kalau keadaan gadis yang Jiyong cintai itu akan terlihat seburuk malam ini. Seolah hidup wanita itu benar-benar hancur setelah kehilangan Jiyong dua tahun silam.

Setelahnya, sebab Jiyong mulai gemetar dan terlihat begitu takut, Yuri menawarkan diri untuk menggantikan pakaian Lisa– yang sebenarnya tertutup selimut. Wanita itu meminta Thomas mengambilkan pakaian, namun Jiyong menolak. "Aku akan membawanya pulang," tegas Jiyong yang kemudian meminta Thomas untuk membantunya menaikan Lisa ke punggungnya.

"Oppa, kau datang?" gumam Lisa begitu tubuhnya menempel pada punggung Jiyong. Seolah tubuhnya ingat akan tubuh kekasihnya, tangan Lisa otomatis memeluk bahu Jiyong. Ia membuat si pemilik bahu hampir terjatuh– bukan karena terlalu berat, tapi karena terlalu sedih.

Mereka bertiga berjalan meninggalkan cafe, Jiyong berencana untuk pulang sementara Thomas mengantar Yuri pulang ke rumahnya. Rumah wanita itu berada tepat di sebelah rumah Eun Jiwon, tapi meskipun desa itu relatif tenang, Thomas tetap tidak bisa membiarkan Yuri pulang sendirian di tengah malam begini.

"Apa yang terjadi?" tanya Yuri, beberapa langkah di belakang Jiyong yang tengah menggendong kekasihnya di punggungnya.

"Aku tidak yakin, tapi wanita itu tiba-tiba saja datang dari pintu depan, berteriak meminta tolong lalu pingsan. Saat sadar, dia menyebut nama Jiyong dan aku langsung mengenalinya. Lalu pria yang baru saja datang tadi, namanya Kim Taehyung, katanya ia jatuh dari tebing saat sedang mengejar temannya. Aku khawatir kalau mereka datang bersamaan– satu hidup dan satu mati."

"Dia mengejar temannya? Bagaimana kalau dia mengejar kekasih Jiyong itu?" tanya Yuri, mengutarakan apa yang Thomas khawatirkan. "Ku rasa kita perlu memberitahu Jiyong?"

"Kita biarkan mereka dulu malam ini? Kurasa Jiyong tidak bisa diajak bicara malam ini. Dia pasti akan bertanya kalau sudah tenang," putus Thomas, yang setelahnya berteriak pada Jiyong agar pria itu berhati-hati sebab mereka harus berpisah di persimpangan sekarang.

***

A Place I Can't FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang