15

629 125 0
                                    

***

"Lisa jadi aneh setelah hilang di gunung," lapor Minjoon, pada istrinya disaat mereka menyiapkan makan malam untuk orangtua juga tamu mereka– Lisa. "Dia mengambil barang-barang di rumah Jiyong, pergi ke salon– waxing, dia melakukan brazilian waxing juga. Dia tidak mungkin bertemu pria baru di gunung, kan?" gosip pria itu sembari menemani istrinya memasak.

"Bukankah bagus kalau dia sudah menemukan pria baru?" balas Dami sembari membagi dua fokusnya– pada masakan juga pada cerita suaminya. "Biarkan saja, Lisa juga pantas mendapatkan kebahagiaannya. Dia tidak bisa terus-terusan menunggu Jiyong."

"Bagaimana kalau pria yang ditemuinya bukan pria baik? Dia terlihat seperti akan memberikan semua yang diambilnya pada pria itu. Bagaimana kalau dia hanya di manfaatkan? Atau kalau dia tertipu?" tebak Minjoon namun Dami tidak bisa menanggapinya, sebab Lisa muncul di depan mereka.

Lisa bilang ia tidak bisa ikut makan malam di sana, karena ia punya janji temu dengan orang lain. Tapi yang lebih penting, Lisa mengatakan pada Dami juga Minjoon kalau ia tidak bertemu siapapun di gunung. "Aku bermimpi, Jiyong oppa menangis karena melihat keadaanku. Dia merasa bersalah karena keadaanku sekarang, jadi aku ingin sedikit berubah. Aku tidak ingin membuatnya sedih, jadi, kalau eonni punya lowongan kerja part time, tolong hubungi aku. Aku ingin mulai mengumpulkan uang lagi, kali ini serius, bukan hanya untuk modal mencari Jiyong oppa. Aku butuh banyak uang untuk tetap cantik seperti yang Jiyong oppa inginkan."

Kini Lisa berada di mobilnya. Gadis itu sudah mendapatkan alamat Jang Panseok dan Kim Wook dari Shin Junho. Namun alih-alih menemui mereka, Lisa lebih ingin pergi ke padang chamomile dan menemui Jiyong di sana. Baru beberapa jam mereka berpisah dan Lisa sudah sangat merindukan pria itu.

Lisa butuh waktu lebih lama untuk mencari jalan ke padang chamomile. Gadis itu tidak ingin berjalan turun ke lembah kemudian pulang dengan mendaki seperti sebelumnya. Lisa bukan gadis yang senang berusaha untuk naik ke puncak gunung. Ia lebih suka berbelanja dibanding menikmati keindahan alam usai berjuang keras mendaki. Kira-kira pukul sembilan malam gadis itu tiba di Hawaii cafe. Tangannya menarik sebuah koper besar, sementara bahunya menggendong sebuah tas tebal berisi gitar.

Setiap kali mengingat Jiyong tinggal di rumahnya– yang benar-benar rumahnya– membuat Lisa merasa kasihan. Tentu ia senang karena Jiyong bilang, ia tinggal di sana karena membayangkan tempat itu, karena menganggap tempat itu sebagai rumah untuk ia pulang. Namun di saat yang sama, Lisa pun merasa begitu buruk, sebab ia tidak punya alat musik apapun di rumah. Lisa bahkan tidak punya satu pun album musik di rumahnya karena ia tidak pernah mendengarkan musik melalui CD dan pemutar musik. Seorang musisi yang sejak kecil hanya tahu musik, pasti bosan tinggal di sana.

"Kau kembali?" tanya Thomas, yang tidak sengaja keluar dari cafenya, sengaja untuk mengantar Yuri pulang ke rumahnya.

"Ya, kalian sudah akan pulang?" tanya Lisa kemudian. Ia penasaran kenapa orang-orang di sana selalu mengantar wanita yang berjalan sendirian. Padahal mereka semua tidak akan mati kalau terluka, seperti Jiyong saat tertusuk pisau Jennie tempo hari. "Jiyong oppa tidak ke sini?"

"Dia bermain dengan anak-anak di padang chamomile tadi sore, mungkin sekarang ada di rumahnya. Dia tidak datang ke cafe hari ini," jawab Thomas, yang setelah mengunci pintu cafe bergegas membantu Lisa dengan kopernya.

Mereka berjalan bersama sampai ke persimpangan. Thomas dan Yuri menawarkan diri untuk mengantar Lisa lebih dulu, tapi tentu saja Lisa menolak. Sebab ia tahu, ia tidak akan terluka di sana. Dengan tenang, Lisa meraih kopernya dari Thomas lalu berjalan sendirian ke rumah Jiyong. Dua tahun terakhir ini, setelah Jiyong pergi dan ia mengundurkan diri dari agensi, Lisa sudah kembali terbiasa berkeliaran sendiri. Gadis itu tidak lagi membutuhkan teman untuk pergi makan siang atau sekedar ke toilet.

Sialnya, belum sampai ia ke rumah Jiyong, Taehyung berpapasan dengannya. Keduanya tidak sengaja bertemu. Tidak sengaja berpapasan dan tidak sengaja bertatapan. Lisa berencana untuk mengabaikan pria itu. Tapi sayangnya Taehyung menahan gadis itu. Tidak dengan tangannya, melainkan dengan suaranya. Ia tidak lagi berani menyentuh Lisa, sebab siang tadi seorang musisi marah memukulinya.

"Aku minta maaf, aku minta maaf karena sudah mencelakaimu. Tapi aku sudah menerima ganjaran atas-"

"Siapa yang memberimu ganjaran?" potong Lisa, membuat Taehyung menyebut nama Jiyong dengan gumaman pelan hampir tak terdengar. "Jiyong oppa memukulimu dan kau sebut itu ganjaran? Tidak, itu bukan ganjaran. Kau bahkan tidak terluka karena pukulan itu. Kau tahu berapa memar di tubuhku karenamu dan teman-temanmu? Kau ingin melihatnya?" ketus gadis itu sembari menarik tangannya, melepaskan koper lalu berencana membuka kancing di bagian depan gaun latte selututnya.

Taehyung memalingkan wajahnya. Pria itu takut kalau-kalau Jiyong melihat mereka kemudian salah paham. Ia takut Jiyong akan kembali memukulinya. Karena, meski lukanya akan segera sembuh, meski ia tidak akan mati dua kali, di pukul tetap saja sakit. Jiyong yang berbohong saat ia bilang tangannya baik-baik saja. Ia sengaja menahan sakitnya agar Lisa tidak terlalu khawatir. Melihat Taehyung yang berpaling, Lisa membatalkan rencananya untuk menunjukkan beberapa memar di tubuhnya karena percobaan pemerkosaan itu.

"Jangan berfikir kau sudah mendapatkan ganjaran atas perbuatanmu. Kau tahu betapa mengerikannya dilecehkan? Bahkan setelah kejadian itu, sebagai korban aku tetap di cap buruk. Aku tidak akan membiarkan teman-temanmu bebas begitu saja. Ku harap kalian bertiga bisa membusuk dan dilecehkan bersama di penjara. Tapi karena kamu mati, kau beruntung. Kau baru saja terbebas dari neraka. Tapi, bagaimana ini? Teman-temanmu yang akan menggantikanmu pergi ke neraka itu. Kau tidak merasa bersalah pada teman-temanmu? Karenamu, mereka akan hidup di neraka sambil terus berharap bisa cepat mati sepertimu, aku yakin mereka akan mengutukmu seumur hidupnya," ucap Lisa, sebab sejauh pengetahuannya, pelaku pemerkosaan termasuk dalam golongan penjahat paling hina di penjara. Mereka– pelaku pemerkosaan– biasanya menjadi samsak dan pelampiasan nafsu narapidana lainnya.

Lisa meninggalkan Taehyung yang marah atas kutukannya. Berkat kata-kata yang keluar dari bibir cantik Lisa, pria itu kesal. Aku sudah meminta maaf dengan tulus tapi kenapa gadis itu justru memperlakukanku seperti sampah?– kesal Taehyung. Hampir saja pria itu berhasil meraih Lisa, tangannya sudah terulur untuk menarik dan menyeret gadis kasar itu. Untungnya, pintu rumah Jiyong sudah lebih dulu terbuka. Pemilik rumah itu, berserta temannya– Jennie– baru saja keluar.

"Oh? Bagaimana ini? Ternyata kekasihmu berselingkuh di sini. Cinta sejati sampai mati ternyata hanya angan-anganmu saja. Setelah melihat Kim Lisa yang sekarang jelek, dia pasti berpaling," cibir Taehyung. Meski tidak bisa melukai Lisa karena kekasihnya datang, tapi Taehyung senang, sebab ia bisa melukai Lisa sama seperti gadis itu melukainya.

Lisa tidak bereaksi. Ia tidak menanggapi Taehyung. Bahkan saat Jiyong berlari, meninggalkan Jennie untuk menghampirinya, gadis itu tetap diam. Ia ada dalam masalah sekarang– yakin Jiyong karena raut datar Lisa.

"Apa saja yang kau bawa-"

"Barang-barangmu," potong Lisa, yang tanpa mengatakan apapun melepaskan tas gitarnya. Ia memberikan tas berat itu beserta kopernya pada Jiyong, kemudian melangkah mendahului kekasihnya, juga melewati Jennie untuk langsung masuk ke rumah Jiyong.

Bahkan kode pintunya pun sama seperti kode pintu di rumah Lisa, jadi gadis itu tidak perlu bersusah payah untuk langsung masuk dan menghilang di dalam rumah kekasihnya. Sikapnya yang terlalu diam membuat Taehyung sedikit kecewa. Taehyung masih berdiri di tempatnya, ia ingin menonton perkelahian antara Lisa dan Jennie di sana. Ia ingin melihat bagaimana Lisa menghancurkan selingkuhan kekasihnya. Namun Lisa tidak memberikan tontonan apapun pada Taehyung.

"Tunggu di sini sebentar, ini sudah malam, aku akan mengantarmu pulang." Tanpa menunggu jawaban Jennie, Jiyong melangkah melewati pintu yang sebelumnya Lisa lewati. "Lisa-"

"Oppa ingin aku mengerti dan membiarkanmu mengantarnya? Baiklah. Tapi oppa juga harus mengerti kalau aku sama sekali tidak menyukai situasi ini," potong Lisa, yang kemudian menunjuk sederet makanan di atas meja ruang tengah. Makanan yang belum dimakan, seolah tengah disiapkan untuk menyambut kedatangan Lisa. "Dia datang untuk membantumu menyiapkan semua itu? Kalau iya, buang semuanya."

***

A Place I Can't FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang