Epilog

1.1K 146 15
                                    

***

Setelah menerima cincin pernikahannya, Lisa dipaksa tersenyum. Ia dipaksa berbahagia, ia dipaksa menikmati pernikahan manisnya. Bukan seseorang yang memaksanya, namun keadaan yang membuatnya begitu. Ia senang, karena meski sebentar ia punya kenangan luar biasa itu. Sebab meski tidak lama, ia sempat merasakan cinta yang begitu besar dari pria yang juga dicintainya.

Hari ini, Jiyong membuatnya mabuk dengan semua cinta yang pria itu ungkapkan. "Meskipun hidup sering kali terasa berat seperti saat pelatihan, saat mengenangnya, semuanya terasa seperti kenangan yang indah," nyanyi Jiyong sebagai sebuah hadiah kecil untuk wanita yang baru saja ia nikahi. "Kita tidak bertemu dengan cara yang biasa. Suatu malam kita bernyanyi tentang kekekalan, bukan hanya tentang kenangan. Kau ingat bagaimana bergairahnya suara kita malam itu? Saat menyanyikan lagu yang hanya kau dan aku yang tahu. Melodi yang menjadi awal hubungan kita."

Sayangnya, sayang sekali, tepat setelah Jiyong selesai dengan lagunya, perlahan-lahan tubuhnya memudar. Tubuh yang tengah duduk di atas altar sembari memainkan sebuah gitar itu perlahan-lahan memudar bersama altar, tertiup angin kemudian bergabung bersamanya dan menghilang. Suara kayu yang membentur lantai kayu podium kecil itu terdengar seperti lonceng yang menyadarkan Lisa pada realita.

Kekhawatiran yang belum terselesaikan, akhirnya datang... saat-saat terakhirnya. Mada depan yang ia mimpikan, bertolak belakang dengan realita yang menamparnya. Kehidupan yang ia impikan, dan kenyataan yang ternyata berpaling darinya. Sesekali Lisa merasa ia telah melakukan hal yang benar, merelakan Jiyong. Namun perasaan itu hanya ilusi yang akhirnya melukainya. Ia sudah sampai sejauh ini, ia sudah melakukan semua yang bisa ia lakukan... namun bagaimana setelah ini? Bagaimana ia akan hidup setelah ini? Ia masih ketakutan.

Dengan gaunnya, ia berlari meninggalkan altar. Meski Jiyong menunjukan senyum terbaiknya sebelum menghilang, tidak ada yang benar-benar bahagia melihat keadaan Lisa sekarang. "Jangan khawatir Lisa, Jiyong sudah tenang sekarang. Jangan bersedih Lisa, Jiyong sudah berbahagia sekarang," tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan itu pada Lisa yang menunjukkan rasa sakitnya dengan sekujur tubuhnya.

Gadis itu berlari, sempat terpeleset sebab sepatu hak tinggi yang ia pakai tiba-tiba saja menghilang. Gaun pengantinnya sudah berganti dengan gaun pendek miliknya saat ia duduk di mobilnya dengan sebuah sandal di kakinya. Gadis itu tidak lagi ingat dengan tamu-tamu pesta pernikahannya, ia tidak bisa mendengar mereka yang berteriak memintanya untuk tenang tanpa bisa mengejarnya. Orang-orang yang terperangkap itu, tidak bisa melakukan hal lain selain berharap kalau Lisa akan baik-baik saja.

Perlahan, hari Lisa hancur saat ini. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan saat ini. Ia tidak bisa melihat apapun, selain melihat Jiyong yang perlahan menghilang. Ia tidak bisa mengingat apapun, selain senyum Jiyong yang perlahan-lahan pudar dan lenyap. Jiyong tidak lagi bisa melihat Lisa, namun gadis itu masih bisa melihatnya, masih bisa mengingatnya, masih bisa membayangkan dengan jelas bagaimana hilangnya Jiyong dari hadapannya.

Lisa terlambat. Begitu ia tiba di lokasi tempat Jiyong ditemukan, hanya ada reporter juga para polisi yang bertugas di sana. Pelaku juga korban kejahatan itu sudah tidak lagi ada di sana. Pelakunya berhasil melarikan diri, sementara tubuh Jiyong di bawa ke rumah sakit untuk di konfirmasi oleh keluarganya. Dengan perasaan yang campur aduk, gadis itu kembali berlari, menghindari beberapa reporter yang berusaha mendapatkan berita untuknya kemudian kembali ke mobilnya.

"Lisa, kenapa kau datang ke sini sendirian?"

"Lisa, apa kau sudah menyerah menemukan G Dragon, karena itu keluarganya tidak menghubungimu?"

"Lisa, bagaimana perasaanmu saat tahu G Dragon akhirnya di temukan?"

Semua reporter mendesak Lisa di sana. Menahan gadis itu supaya tidak bisa melaju pergi sebelum menjawab pertanyaannya. Bahkan beberapa petugas kepolisian yang seharusnya mengamankan tempat itu tidak kuasa menahan para reporter penasaran di sana. Para reporter itu berdiri depan mobil Lisa, mendesak Lisa untuk menjawab semua rasa penasaran mereka.

Sialnya, alih-alih menjawab, Lisa justru menekan klakson mobilnya kuat-kuat dan keluar dari mobilnya– setelah ia berusaha keras untuk bisa masuk ke sana. "Tidak bisa kah kalian membiarkanku menemuinya lebih dulu?!" jerit Lisa, menggambarkan bagaimana kalutnya ia, sebab Jiyong sudah tidak ada di sana.

Di saat yang tepat, detektif yang kehilangan calon istrinya muncul di tengah desak-desakan itu. Dengan tegas, dan dengan kuasanya sebagai detektif di sana, ia tuntun Lisa untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Kali ini Lisa duduk di kursi belakang, sementara ia masuk dan mengemudikan mobil itu ke rumah sakit.

"Lisa," panggil Junho sembari mengemudi dan memperhatikan gadis di belakangnya melalui kaca tengah. "G Dragon, masih hidup. Tapi... Keadaannya tidak baik," susul Junho bagai hembusan angin musim dingin di tengah musim panas yang terik.

Sebuah keberuntungan, G Dragon di temukan masih bernafas di dalam pondok tepi pantai milik seorang wanita yang katanya mengidolakannya. G Dragon memang masih hidup, namun tubuhnya hancur. Belasan bulan pria itu terbaring di ranjang tanpa bergerak sedikit pun. Otot-ototnya kaku, obat untuk mematikan fungsi otaknya rutin dimasukan ke tubuhnya. Seperti karakter-karakter yang sengaja dibuat koma dalam drama atau film, Jiyong masih memejamkan matanya saat Lisa datang.

Dokter sudah melakukan sesuatu untuknya, namun tidak ada tanda-tanda akan ada keajaiban lain di sana. Di depan ruang isolasi, Lisa bisa melihat Jiyong yang masih berusaha keras bertahan. Di sebelah Lisa, keluarga pria itu juga menunggu. Teman dekat Jiyong, sahabat-sahabatnya juga mulai berdatangan. Satu-persatu, menjenguk sang bintang yang terbaring kaku karena semua obat yang telah mengalir dalam tubuhnya selama hampir tiga tahun.

Di tengah penantian yang sudah berjam-jam itu, sekelompok polisi datang. Tuan dan nyonya Kwon pikir mereka datang untuk mengatakan kalau pelakunya sudah di tangkap. Namun nyatanya, mereka justru bertanya pada Lisa, apa gadis itu bisa menghubungi Kim Jisoo. "Menurut dokter yang jadi kaki tangan penculikan ini, manager anda, Kim Jisoo juga ikut andil dalam penganiayaan terhadap kandungan anda waktu itu. Kami perlu pernyataan darinya, jadi kalau Kim Jisoo menghubungi anda, tolong segera hubungi kami," pinta sang detektif sebab Lisa mengatakan kalau sudah beberapa waktu ia tidak menghubungi Jisoo.

"Apa yang Jisoo eonni lakukan?" tanya Lisa, setelah ia hampir jatuh sebab terlalu terkejut. Untungnya, ada Dami yang bisa menahan Lisa agar tidak membentur lantai.

"Menurut doktermu, nona Kim yang memberitahunya kalau kau ada di rumah sendirian. Nona Kim yang membantunya masuk ke rumahmu. Doktermu sudah mengaku kalau ia yang datang ke rumahmu, melukaimu dan membuatmu keguguran. Sementara nona Kim, dia menerima uang sebagai bayaran atas bantuannya." Detektif tadi menjelaskan, sementara semua orang di sana terkejut karena penjelasan itu. Mereka bahkan tidak pernah tahu kalau Lisa pernah hamil sampai keguguran.

"Bagaimana dengan pelaku yang membuat Jiyong oppa jadi seperti ini?" tanya Lisa kemudian. Ia abaikan raut terkejut semua keluarga di sekitarnya.

"Pelakunya Choi Lia sekarang masuk dalam daftar buronan. Ia tidak bisa pergi keluar negeri, tidak banyak juga tempat untuk bersembunyi, jadi kami akan segera menangkapnya. Detektif Shin yang telah membantu menemukan Tuan Kwon juga ikut serta membantu mencari Choi Lia. Tunggu saja, kami pasti menangkapnya dan membuatnya membayar atas semua kejahatannya." Sang detektif mencoba menenangkan orang-orang di depannya, namun tidak ada yang benar-benar tenang sebab Jiyong tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan apapun– selain jantungnya yang masih berdetak.

Lisa dan semua orang yang menyayangi Jiyong masih berada dalam ambang kekhawatiran bahkan setelah satu minggu Jiyong dirawat di rumah sakit. Entah berapa banyak obat yang sudah disuntikan ke tubuhnya, pria itu tidak kunjung membuka matanya. Sesekali jemarinya bergerak, matanya pun begitu, namun ia tidak pernah benar-benar bangun. Bergantian Lisa menjaga pria itu di kamar rawat bersama keluarganya, sampai suatu sore gadis itu datang dengan senyum di wajahnya.

"Oppa, Choi Lia... Ada di desa dan semua orang membencinya," cerita Lisa, setelah ia berpamitan dengan nyonya Kwon yang akan pulang setelah menjaga putranya sepanjang siang tadi. "Wanita kejam yang membuatmu seperti ini, mencoba melarikan diri dengan kapal, tapi semalam ada badai dan kapalnya terbalik, tubuhnya hilang di laut," susul gadis itu, yang hanya Jiyong tanggapi dengan sedikit gerakan jari– tanda kalau pria itu mendengarkan.

***
End

A Place I Can't FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang