14

641 136 4
                                    

***

Lisa sudah melewati batas desa. Ada Jiyong di sebrang batas itu, namun mereka tidak terpisah terlalu jauh. Gaun putih selutut yang Lisa pakai sebelumnya, kini sudah berubah lagi menjadi sepasang kemeja dan celana. Gadis itu sudah terlihat seperti saat ia datang– tanpa keringat dan kotoran di tubuhnya. Mereka tidak melewati taman chamomile, karena bukan dari sana Lisa datang. Gadis itu jalan dari jalan setapak menuju ke puncak gunung.

Hampir di puncak gunung sana, rumah yang Lisa kunjungi beberapa hari lalu berada. Mobil Lisa pun ada di sana, karenanya Jiyong mengantar Lisa ke jalan setapak itu. "Kau hanya perlu berjalan naik mengikuti jalan ini," ucap Jiyong, mengulangi pesan yang Thomas katakan padanya di cafe tadi. "Ku harap Thomas tidak salah menunjukkan jalan. Ku harap kau tidak akan tersesat-"

"Aku ingat saat lewat sini semalam. Aku ingat papan nama itu," potong Lisa, menunjuk sebuah pohon dengan papan bertuliskan jalan buntu. Sepertinya, mereka yang tidak bisa melihat desa itu tidak bisa melihat jalan setapaknya. "Aku menabrak papan nama itu dan bajuku sobek di sana," susul Lisa, menjelaskan bagaimana lengan kemejanya bisa sobek.

Jiyong menganggukan kepalanya. Kini ia berusaha mempercayai Lisa. Pria itu bertanya, apakah Lisa akan datang lagi? Dan tentu saja Lisa berjanji untuk terus datang menemui Jiyong. "Aku tidak akan membiarkan gadis lain merebut tempatku. Aku akan datang lagi nanti malam," janji Lisa.

"Kalau begitu, pergi temui eommaku. Minta dia membelikanmu pakaian, minta dia memberimu makan, minta dia mengajakmu ke salon, minta dia membelikanmu sepatu. Pergilah mengurus tubuhmu, rapikan rambutmu, spa, pijat, perawatan kulit, vitamin, dapatkan semuanya. Bagaimana bisa eommaku membiarkanmu jadi seperti ini? Kau seorang aktris. Kau kekasihku. Kau tidak boleh sekacau sekarang. Dan jujur saja, kau tidak secantik terakhir kali aku melihatmu. Kau tidak secantik dua tahun lalu," suruh Jiyong, membuat Lisa bertanya-tanya apakah Jiyong tidak lagi menyukainya? Karena ia tidak lagi cantik? Tapi bukan itu maksud Jiyong. "Aku merasa bersalah karena gadis yang dulunya luar biasa cantik, jadi hancur karenaku. Aku merasa sudah menghancurkan masa depanmu. Mimpimu untuk tinggal di tempat yang bagus, hidup dengan nyaman dan cantik, berdiri dengan penuh percaya diri, aku menghancurkan semuanya, iya kan?"

"Aku masih bisa berdiri dengan penuh percaya diri. Berkatmu. Dulu orang-orang bilang aku tidak pantas untukmu, mereka bilang aku hanya memanfaatkanmu untuk karirku. Bahkan mereka bilang aku menjadi kekasihmu karena kau memasukanku ke YG. Tapi sekarang, mereka semua percaya kalau aku sangat mencintaimu. Mereka tidak lagi meragukan perasaanku untukmu. Mereka bahkan bilang kalau aku gadis paling setia yang tetap mencari kekasihnya bahkan setelah dua tahun. Oppa membuatku berhasil meraih satu mimpiku," jawab Lisa yang kemudian melambai. "Aku akan kembali lagi ke sini nanti malam. Bersabarlah sebentar, aku akan memberimu hadiah nanti malam," susul gadis itu yang mau tidak mau harus melangkah lebih dulu. Ia yang harus pergi lebih dulu sebab kekasihnya itu tidak akan melangkah pergi sebelum ia menghilang.

Setelah berjalan dua puluh menit yang penuh dengan umpatan karena jalan menanjak, akhirnya Lisa sampai juga di rumah kosong tempat ia hampir diperkosa. Rumah itu ramai sekali saat Lisa datang, ada beberapa petugas polisi di sana dan salah satunya menghampiri Lisa.

"Lisa! Astaga!" seru Minjoon, hampir bersamaan dengan datangnya petugas polisi itu.

"Oppa, kenapa kau ada di sini?" tanya Lisa, sedikit penasaran akan kehadiran suami dari Kwon Dami di sana, sementara ia mengabaikan polisi yang akan bicara padanya.

Singkat cerita, Jungkook dan Jimin melaporkan Taehyung yang menghilang di bukit tempo hari. Laporan itu membuat pihak kepolisian menyisir gunung dan hutan untuk mencari Taehyung. Namun saat mereka melakukan pencarian, mereka menemukan mobil dan handphone Lisa. Saat itu lah beberapa nomor telepon di handphone Lisa dihubungi dan Minjoon yang memutuskan untuk datang. Minjoon bilang, kedua mertuanya pingsan karena mendengar kabar Lisa yang mungkin hilang juga, jadi Dami tinggal di rumah menemani mereka.

Di saat itu juga, kepada polisi, Lisa menjelaskan kejadian yang di alaminya. Ia menceritakan bagaimana tiga pria itu menelponnya, menipunya, sampai hendak memperkosanya. Setelah memerankan karakter seorang korban pemerkosaan, Lisa memutuskan untuk bersikap tangguh. Aku yang korban pelecehan itu, kenapa aku yang harus bersembunyi? Kenapa aku yang harus merasa malu dan dipermalukan?– salah satu dialognya dalam film itu, menjadi tamparan bagi Lisa juga wanita-wanita lain dalam menghadapi krisis seperti itu. Tutup mulut, tidak akan membuat Lisa mendapatkan keadilan atas pelecehan yang sudah ia terima.

"Lalu bagaimana kau bisa selamat? Kami sudah menyisir daerah ini dan tidak menemukanmu," tanya seorang polisi, menunggu akhir dari cerita Lisa.

"Ada desa di lembah sana, luas sekali sampai ke padang chamomile. Orang-orang di desa itu menolongku," jawab Lisa, menarik perhatian polisi lain di sana. Polisi yang menanyainya sama sekali tidak mempercayai Lisa. Sebab tidak ada desa apapun di lembah itu. Namun seorang pria dengan kemeja hijau lusuh dan celana jeans biru langsung menghampiri.

"Desa di padang chamomile?" tanya pria itu.

Lisa menganggukan kepalanya, ia tidak membuka mulutnya sampai polisi itu mengenalkan dirinya sebagai Shin Junho.

"Kekasih Choi Yuna?" tanya Lisa dan Junho menganggukan kepalanya dengan begitu antusias.

Kini, satu-satunya orang yang mempercayai ucapan Lisa hanyalah Shin Junho. Mereka membicarakan desa itu setidaknya dua jam, sampai kemudian Minjoon bisa membawa Lisa pulang. Kalau Lisa dan Jiyong menikah, mereka akan jadi saudara ipar, tapi sayang sekali karena Jiyong menghilang bahkan sebelum mereka sempat menikah. Lisa naik ke mobil Minjoon untuk pulang, sementara manager aktor itu mengemudikan mobil pribadi Lisa di belakang mereka.

"Oppa," panggil Lisa selama perjalanan mereka. "Bisakah kita mampir ke rumah Jiyong oppa lebih dulu? Sebelum menemui eomma dan appanya," pinta gadis itu. Seluruh keluarga Jiyong tahu, kalau Lisa tidak ingin mengambil apapun yang bukan miliknya. Gadis itu tidak ingin mengambil barang-barang Jiyong meski orangtuanya mengizinkan, namun kali ini Lisa sudah memutuskan untuk pergi ke sana dan mengambil apa yang seharusnya ia ambil.

Di rumah Jiyong, yang sengaja tidak di kosongkan, Lisa mengambil sekotak perhiasan yang belum sempat Jiyong berikan padanya. Dalam kotak itu, ada sebuah kalung dan sepasang anting-anting. Jiyong membeli itu di Paris, hendak menjadikannya permohonan maaf sebab ia terlambat pulang. Sayangnya, setelah semua kekacauan yang terjadi, Jiyong tidak pernah sempat memberikan hadiah itu. Kini, pria itu bahkan sudah melupakan salah satu kotak perhiasan di rumahnya itu.

"Saat aku tersesat di hutan, aku merasa tengah melihat Jiyong oppa. Dia tampan sekali, aku sangat merindukannya." gumam Lisa, meski Minjoon sama sekali tidak bertanya. "Kalau aku mengambil beberapa pakaianku yang ada di sini, eomma tidak akan marah kan?" tanya Lisa kemudian.

"Kurasa dia akan bersyukur? Saat tahu kau menjual barang-barangmu tahun lalu, dia ingin mengemasi barang-barang yang ada di sini dan mengantarnya ke rumahmu. Tapi Dami melarangnya, Dami bilang kau akan marah kalau kami melakukan itu. Bagaimana bisa seorang sepertimu hidup tanpa lemari es? Tanpa kompor? Tanpa sofa? Tanpa TV? Semua orang khawatir... Kami terkejut kau bisa hidup sangat lama tanpa semua itu."

"Sudah berdebu, aku harus membersihkannya lagi," gumam Lisa kemudian, hendak mengalihkan pembicaraan mereka. Rasanya sedikit memalukan, karena ia mengambil banyak sekali barang dari tempat itu, setelah sebelumnya ia bersikeras untuk menolak semuanya. Lisa membawa pakaiannya, perhiasan yang hendak Jiyong hadiahkan untuknya, gitar, pemutar musik dan beberapa CD sampai music pad. Ia ingin memberikan semua itu pada Jiyong, sebab di desa misterius itu, Jiyong sama sekali tidak punya alat musik– setidaknya di rumahnya.

"Oppa, apa sepeda motor itu bisa di pakai di gunung?" tanya Lisa kemudian, menunjuk sepeda motor milik Jiyong yang ada di garasi. Tangan Minjoon sudah penuh dengan barang bawaan Lisa, karenanya ia harus sampai ke mobil lebih dulu untuk bisa membebaskan dirinya sebelum menjawab pertanyaan Itu.

"Kalau kau mengendarainya dari sini sampai ke gunung, kurasa tidak mungkin. Tapi, apa kau bisa menyetir motor?" tanya Minjoon, menghampiri sepeda motor yang berdebu itu. "Ini harus dibersihkan dan dicek dulu kalau kau ingin mengambilnya."

"Bisakah kau melakukannya untukku? Tidak harus hari ini, bisa besok atau lusa? Tapi lebih cepat, lebih baik."

Minjoon menganggukan kepalanya. Namun pria itu tetap bingung dengan apa yang terjadi pada kekasih adik iparnya sekarang. Rasanya, gadis itu jadi berbeda setelah hampir dua hari hilang di gunung dna Minjoon khawatir karenanya.

***

A Place I Can't FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang