#36 : Solusi

209 21 13
                                    

BRAK!

Lay membanting ponselnya ke lantai, lalu mengacak rambutnya frustasi. Sudah seminggu terakhir dia mencoba menghubungi Keisha untuk meminta maaf karena telah bersikap kasar kepada wanita itu. Tapi nihil, tak pernah ada jawaban yang ia terima, melainkan suara operator lah yang menjawabnya.

Firasatnya sedang tidak enak belakangan ini. Entah berhubungan dengan Keisha atau bukan, namun yang pasti ia tengah dilanda kegusaran.

“Kei, kau sebenarnya ada di mana? Mengapa tak pernah menjawab panggilanku?”

Tubuh kekar pria kelahiran Changsa itu luruh ke sofa, menangkup wajahnya yang terlihat kusam karena jarang dibersihkan. Menyedihkan, satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan Lay saat ini.

“Aku minta maaf,” gumam Lay penuh penyesalan. Bahunya tampak bergetar menahan isakan. “Andai saja waktu itu aku berpikir jernih, aku takkan kehilangan jejakmu seperti sekarang,” sambungnya pilu.

Sehari setelah kepergian Keisha, Luhan datang ke apartemennya dan berakhir memarahinya karena telah gegabah mengambil keputusan. Bahkan mantan rekan segrupnya itu enggan menghubunginya selama tiga hari. Bagaimana Luhan bisa tahu tentang kepergian Keisha ke Korea? Jawabannya adalah wanita berhijab itu sendiri yang mengabarinya sambil berurai air mata.

Drrt... Drrt...

Lay menatap layar ponselnya yang berkelap-kelip menandakan sebuah panggilan masuk. Ia mengernyit bingung saat membaca nama si pemanggil, Kim Tae-hyung. Kenapa tiba-tiba, batinnya.

Yeoboseyo?”

“Ah, Lay sunbaenim, maaf mengganggu waktumu.”

“Tak apa, kebetulan aku sedang ada di rumah.” Lay menyadarkan tubuhnya ke sofa, mencoba mencari kenyamanan di sana, “ada masalah apa, Tae-hyung?”

Terdengar helaan napas berat diseberang sana, “kami kehilangan kontak dengan Keisha Noona. Apa sunbaenim juga mengalami hal yang sama?”

“A-apa? Bukankah kalian yang menjemput Keisha waktu itu? Kenapa bisa kehilangan kontak?” tanya Lay kaget.

“Aku dan Jae-min terlambat menjemput Noona sebab jalanan macet. Saat mencari kami sudah kehilangan jejak, panggilan kami pun tak dijawab. Sekarang aku dan teman-temanku sedang mencari ke Busan,” jawab Tae-hyung sarat akan rasa bersalah.

“Oh astaga....”

Jadi selama ini bukan dia saja yang kehilangan jejak Keisha, melainkan Tae-hyung dan teman-temannya juga kehilangan kontak mendadak dengan Keisha? Ada yang janggal, pikirnya. “Aku berusaha menghubunginya sejak sehari setelah ia pergi, namun sama sepertimu, panggilanku tidak dijawab.”

“Lantas, bagaimana sunbaenim? Aku benar-benar khawatir Kei Noona berada dalam bahaya,” ujar Tae-hyung putus asa.

Lay termenung sejenak. Berusaha mengingat-ingat sesuatu. “Ah!”

“Kenapa, sunbaenim?”

“Aku baru ingat kalau ada pelacak yang kusimpan di dalam memori ponsel Keisha.”

“Pelacak?” Mendengar hal itu, Tae-hyung langsung bersemangat. Masih ada peluang untuk mencari keberadaan Keisha, walaupun kecil.

“Benar, sebuah pelacak,” sahut Lay membenarkan, “tapi sayangnya itu hanya dapat berfungsi ketika ponsel Keisha berada di satu negara atau daerah yang sama denganku.”

“Kalau begitu, kita berangkat ke Korea sekarang juga!”

Lay menoleh ke belakang, menemukan sosok Luhan yang tengah memasang ekspresi serius. Sepertinya pemuda rusa itu mendengar percakapan mereka. “Tunggu apa lagi? Kau mau Keisha mengalami hal buruk sebelum bisa ditemukan?”

I Found My Star [Entertainment Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang