3.2 Peek A Boo! I See You!

174 23 3
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya karena ingin menghindari Kak Iqbaal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya karena ingin menghindari Kak Iqbaal. Aku sedang malas saja kalau harus berangkat bersama cowok itu. Rasanya aku masih sebal dengannya karena hal kemarin. Kata-kata Kak Iqbaal yang mengharuskan aku dapat seratus dan bayangan wajahnya ketika mengatakan itu, bahkan masih terngiang jelas di otakku. Malahan, sampai terbawa mimpi.

Dia pikir segampang itu apa memperoleh nilai seratus di ulangan fisikaku yang biasanya nilainya selalu mirip sudut lancip? Ningkat jadi delapan puluh aja udah bersyukur! Lagipula saat mengerjakan kemarin aku juga tidak tahu benar atau salah. Tapi kurasa aku hanya bisa mengerjakan setengahnya. Rasanya sangat mustahil mendapatkan nilai sempurna.

Batal sudah rencana hari minggu besok. Semua ini gara-gara Kak Iqbaal yang seenaknya mengambil keputusan! Dasar rese! Ngeselin! Nyebelin! Selalu saja begitu! Plin-plan! Dia pikir dia siapa? Seenaknya saja? Mentang-mentang udah ngorbanin waktunya gitu buat ngajarin aku? Jadi aku harus bisa bawa kabar baik? Mauku juga begitu, tapi sayangnya otakku masih butuh waktu untuk menelan materi itu. Paling tidak harusnya cowok itu memberikkan target dari yang terkecil! 70 kek! Aku juga butuh proses. Tidak langsung BOOM! Tak tahukah Kak Iqbaal? Ulangan kemarin saja aku belajar sampai jam tiga dini hari. Namun, tetap saja ketika berhadapan dengan soal-soal itu otakku terbang entah kemana. Kurasa aku memang tidak ditakdirkan untuk menjadi utusan isaac newton, atau fisikawan lain. Aku jadi bertanya-tanya sudah tahu tidak jago dibidang fisika dan ilmu ipa lainnya?kenapa masuk ipa? Aku benar-benar baru merasa salah jurusan sekarang. Aku menggeleng, bukan salah jurusan Bia! Kamunya saja yang tidak mau berusaha!

"Neng, mau sampe kapan duduk di motor saya?"

Aku membulatkan mataku. "Loh udah sampe Bang? Perasaan tadi masih di halaman rumah?" tanyaku sambil menatap pintu gerbang sekolah.

Abang ojek online itu menggelengkan kepalanya.

"Makasih Bang, kembaliannya buat Abang aja."

"Neng, semua masalah pasti ada solusinya. Hidup dibawa enjoy aja! Hari ini kurang menyenangkan, besok mungkin bakal jadi lebih menyangkan, kalau belum berarti besoknya lagi. Gak mungkin kan hidup itu sulit terus? Makanya ayo semangat!" ucap Abang Ojek Online membuatku yang awalnya bingung, tapi tetap mengangguk. Mungkin mukaku seperti sedang banyak masalah, lebih-lebih karena aku melamun di atas motornya. Jadilah dia seperti itu. Tapi tak masalah. Aku malah senang mendengar nasihatnya. Apa yang dia bilang ada benarnya. Dunia saja bergerak, masa kehidupanku tetap? Aneh sekali rasanya kalau begitu.

Aku tersenyum. "Abang siapanya Mario Teguh? Makasih nasihatnya. Abang juga semangat! Semoga penumpangnya banyak! Saya duluan Bang!" kataku menganggukan kepala lalu melangkah pergi meninggalkannya.

Koridor kelas masih sangat sepi, hanya satu dua orang berlalu-lalang. Sepertinya aku akan menjadi manusia yang pertama datang di kelasku.

"Bia?!" teriak Olin tiba-tiba menubrukkan badannya merangkul bahuku membuat badanku terhuyung ke depan.

Halo Effect [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang