3.9 Written In The Stars

147 23 0
                                    

Aku menghembuskan napas kasar, melihat tulisan yang terpampang di layar ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghembuskan napas kasar, melihat tulisan yang terpampang di layar ponsel. Kenapa si? Kenapa harus diundur lagi? Gak tau apa aku deg-degannya setengah mati?

"Gimana Bia udah dibuka pengumumannya?" tanya Bibu menyelongokan kepala di balik pintu.

Aku menggeleng pelan. "Diundur lagi Bibu, jadi besok."

Bibu mengangguk. "Ada Iqbaal di bawah."

Aku menaikan alisku. Kak Iqbaal tidak bilang akan kemari. Kira-kira apa yang membuat cowok itu datang ke rumahku. "Udah lama Bu?" tanyaku menghampiri Bibu yang berdiri diambang pintu.

"Baru banget dateng, gih turun."

Akupun menuruti kata Bibu untuk turun ke bawah menemui cowok itu. Pandangan kita berdua bertemu. Aku tersenyum menyapa lalu berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Kejutan!" katanya.

"Ga kaget." kekehku.

"Ngapain coba sore-sore ke rumah?" tanyaku sambil meraih bantal diujung sofa meletakannya di atas paha.

Cowok itu tersenyum. "Butuh refreshing abis ujian. Temenin yuk?"

"Biasanya sama gengnya juga."

"Gak mau nih? Yaudah deh pulang." jawabnya menatap pintu.

Aku menunjukkan jajaran gigiku. "Kebetulan Bia juga pengen jalan-jalan sore. Tunggu yah? Ganti baju. Masa dasteran." ucapku melirik penampilanku saat ini.

Cowok itu mengangguk—mempersilahkan. Cepat, aku melangkah pergi naik ke kamarku lagi. Mengganti pakaian yang aku kenakan.

🌊🌊🌊

Jalanan kota ramai lalu lalang kendaraan. Mungkin karena hari ini weekend, jadi semua orang yang sedang penat berlomba membuang kepanatannya itu dengan keluar rumah, mencari udara segar dan suasana berbeda. Sama dengan yang aku dan Kak Iqbaal lakukan.

Kak Iqbaal menghentikan motor vespanya di tempat parkir. Aku menuruninya lebih dulu. Kemudian baru cowok itu. Ia tersenyum menatapku meletakan tangannya di bahu kiriku. Aku terdiam sebentar melirik tangannya yang berada di sana. Sebenarnya sudah sering cowok itu lakukan. Namun, rasanya tetap saja berbeda.

Kling! Lonceng berbunyi tepat saat langkahku dan Kak Iqbaal memasuki kedai ice cream. Beberapa menengok ke arah kita berdua, bahkan memperhatikan kita dari ujung kaki sampai kepala.

Kak Iqbaal melirikku, setelah melihat etalase yang di penuhi ice cream berbagai rasa. "Mau yang mana?"

"Bingung, mau semua. Abis warnanya gemes Kak Iqbaal."

"Yaudah beli aja semua, sekalian sama tokonya. Ya kan mbak?" tanya Kak Iqbaal melemparkan pandangan pada pelayan perempuan di depanku. Pelayan itu cuma senyam-senyum menanggapinya.

Halo Effect [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang