3.4 Close To You

180 23 5
                                    

Aroma pantai yang khas, suara ombak yang begitu syahdu layaknya sebuah musik yang alam ciptakan, dan semilir angin yang mengajak rambutku menari membuat aku yang duduk di atas tikar memejamkan mataku—menikmatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma pantai yang khas, suara ombak yang begitu syahdu layaknya sebuah musik yang alam ciptakan, dan semilir angin yang mengajak rambutku menari membuat aku yang duduk di atas tikar memejamkan mataku—menikmatinya. Nuansa ini memang tidak ada duanya bagiku. Sederhana, tapi menyenangkan. Lebih-lebih menikmatinya bersama orang terkasih. Namun, tunggu!Kenapa cowok itu lama sekali, tak kunjung kembali? Katanya cuma ingin membeli es kelapa muda, tapi hampir setengah jam berlalu batang hidungnya tak kunjung terlihat.

Akupun menjenjangkan leherku mencari keberadaan cowok itu. Nihil, yang aku temukan hanya kumpulan pedagang tanpa pembeli. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, berpikir kemana perginya Kak Iqbaal. Tidak mungkin kan dia kabur meninggalkanku sendirian di sini? Kalau begitu dia jahat sekali! Aku menggeleng, menentang isi kepalaku yang aneh. Kak Iqbaal bukan orang seperti itu. Aku tau semenyebalkannya cowok itu tak mungkin dia meninggalkanku. Emang siapa dia? Berani-beraninya meninggalkan aku? Mau dihajar Bibu? Lemah lembut begitu, Bibuku dulunya anak taekwondo. Jadi sampai ada cowok macam-macam dengan anak gadisnya! Habis lah dia!

"Cewek! sendirian aja? Jomblo yah?"

Aku memutar bola mataku. Berdecak pelan. "Ga ada yang serius. Tarik ulur terus. Jomblo jadinya." tukasku tertawa menatapnya.

"Bohong. Zaviyar mau serius."

Aku mengabaikan ucapannya. "Kak Iqbaal, Bia kira diculik sama Poseidon atau Neptunus."

"Maksud lo gue kebawa ombak?"

Aku nyengir lebar menatapnya. Cowok itu malah mendorong dahiku. "Sembarangan! Tadi manjat pohon dulu buat ambil kelapanya makanya lama." jawabnya lalu duduk di sampingku.

"Beneran? Gak percaya Bia mah, paling alasan."

Kak Iqbaal tertawa. "Kok tahu? Udah pinter yah sekarang?"

Aku mengangguk. "Kan guru Bia Kak Iqbaal. Kalau gak pinter tandanya kemampuan Kak Iqbaal patut dipertanyakan."

Lagi-lagi Kak Iqbaal tertawa. "Makanya ulangan besok harus seratus!"

Aku memutar bola mataku lalu menjulurkan lidahku. "Ya ga tau tergantung!"

"Bia?" panggil Kak Iqbaal membuatku menengok menatapnya.

"Makasih!" katanya.

"Makasih karena udah ada." lanjutnya.

Aku menaikkan alisku. "Tuhan yang kirim Bia ke bumi. Makasihnya ke Tuhan bukan ke Bia."

"TUHAN MAKASIH UDAH KIRIM BIA. MAKASIH JUGA UDAH NGENALIN BIA KE IQBAAL. GAK TAU DEH KALAU BIA GAK ADA. IQBAAL PASTI BAKAL JADI ORANG TERBOSAN DI BUMI! "

aku tertawa mendengarnya berteriak.

"Kenapa jadi orang terbosan di bumi? Kan masih ada Bang Rafto, Aran, Danar, Titan yang nemenin?"

"Soalnya jahilin mereka gak seasik jahilin lo!"

Aku berdecak lalu mendorong bahunya. "Rese!"

Cowok itu menjulurkan lidahnya. "Baru tahu?"

Halo Effect [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang