0.4 Trouble Is A Friend

245 35 1
                                    

Aku dengan cepat berlari menyusuri koridor, terburu-buru menuju kelas karena bel sebentar lagi berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dengan cepat berlari menyusuri koridor, terburu-buru menuju kelas karena bel sebentar lagi berbunyi. Napasku tersengal bersamaan dengan langkahku yang terhenti di depan pintu kelas. Aku mengedarkan pandangan mencari bangku yang masih kosang. Nihil, semua bangku sepertinya sudah terisi. Ini kesalahanku, sudah tau hari pertama masuk kelas, tapi malah berangkat siang. Aku menghembuskan napas pelan.

Olin dan Tiur yang berada di bangku barisan tengah, melambaikan tangannya tersenyum menatapku. Akupun melangkah mendekati mereka.

"Gue gak salah kelas kan?"

Keduanya menggeleng.

"Tapi kok gak ada bangku yang kosong? Semua ada tasnya?" kataku sambil menatap seisi kelas.

"Masa si?" tanya Tiur bangkit dari duduknya-membantuku mencari bangku yang kosong.

"Kan gak ada?"

Tiur mengangguk. "Sebenarnya ada cuma kursinya satu doang, harusnya dua. Berarti lo harus cari kursi di kelas lain atau tanya ke sapras."

Aku menarik napas dalam. Kenapa rasanya masalahku sejak menginjakan kaki di sekolah ini banyak sekali?

"Zaviyar? Bia duduk sama lo yah?" tukas Olin pada cowok yang duduk di baris ketiga sebelah kanan.

Cowok itu tersenyum. Ia mengangguk menyetujui.

Aku menatap Olin bertanya pendapatnya.

"Dia baik kok, teman SMP gue." tukas Olin berbisik ke telingaku.

Cowok itu melangkah menghampiriku yang masih berdiri di sebelah bangku Olin dan Tiur.

"Lo taro aja tas lo di sana, biar gue yang cariin kursi."

Aku membulatkan mataku lalu melambaikan kedua tanganku. "Eh gak usah, jangan! Ngerepotin."

Cowok itu menggeleng. "Gak kok, santai kalau sama gue."

Aku menggigit bibir bawahku. "Yaudah, gue temenin lo cari kursinya yah? Kan gue yang butuh." ucapku tersenyum tipis menatapnya.

Cowok itu mengangguk.

Aku dan Zaviyar melangkah meninggalkan ruang kelas.

"Tadi juga anak kelas ada yang cari kursi, dapetnya di kelas dua belas soalnya kemarin dipinjem katanya."

Aku mengangguk. "Gue ngikut lo aja deh."

Kita berduapun melanjutkan langkah menuju gedung kelas dua belas yang berada di dekat perpustakaan.

Dari kejauhan aku bisa melihat koridor kelas dua belas yang begitu ramai. Beberapa ada yang duduk di depan kelas untuk sekedar melihat pemandangan di luar atau bermain musik dan bernyanyi. Beberapa lainnya asik main ponsel, foto-foto cantik, dan ada juga yang ngobrol asik-mungkin mereka sedang bergosip.

Halo Effect [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang