4.3 How Can I Be Fine

136 24 0
                                    

Satu tahun kemudian, Sydney Australia—Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu tahun kemudian, Sydney Australia—Jakarta

Hari ini di bulan Desember, Australia sedang musim panas. Pantai-pantai ramai pengunjung.  Aku juga kemarin piknik di sana, menikmati hamparan pasir putih bersama teman-teman baruku. Sebenarnya bukan teman baruku lagi si karena aku sudah menghabiskan waktuku bersama mereka hampir satu tahun lamanya, tapi anggaplah begitu. Berbeda dengan kemarin, hari ini aku memilih tinggal di asrama. Membereskan pakaianku dan buku-bukuku karena dua hari lagi aku pulang ke Indonesia. Iya, program pertukaran pelajar yang aku ikuti hanya berlangsung satu tahun, jadi aku hanya merasakan dua semester di sini. Kemudian melanjutkan lagi di kelas dua belas di SMAku yang lama.

Bruk! Sebuah kotak terjatuh dari nakas, membuat isinya berceceran. Ternyata kumpulan palaroidku yang aku kumpulkan sejak setahun silam—saat pertama kali tiba di Australia. Akupun memungutinya. Mengulang semua memori di foto itu. Hingga lengkungan bibirku berubah datar mendapati sebuah foto. Bagaimana bisa aku membawanya? Ini foto lamaku dan Kak Iqbaal ketika dikedai ice cream. Dimana kita masih bisa mengobrol seperti biasa. Dimana aku bisa menatap mukanya yang bersahaja dan menyenangkan.

Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana kelanjutan kisahku setahun lalu. Aku sengaja tidak menceritakannya dengan detail dan dalam karena bagiku itu cukup pahit dan kurang membahagiakan untuk dibagi. Tapi baiklah, mungkin kalian penasaran. Jadi, aku putuskan untuk memberi tahu beberapa hal yang membekas menurutku.

Aku tetap tampil di drama Raga dan Senja. Tentunya tanpa Kak Iqbaal di sana. Seperti yang Kak Mira bilang, Raga benar-benar diganti. Sebenarnya kecewa, tapi bagaimana lagi? Bagaimanapun drama itu berjalan dengan lancar dan menakjubkan. Akting pemeran Raga yang baru juga tak kalah dengan akting Kak Iqbaal. Bahkan lebih keren. Aku bercanda.

Sesuai dugaan, Kak Iqbaal tidak ikut mengantarku ke bandara. Bahkan, mungkin dia tidak tahu kalau aku berangkat hari itu. Cowok itu memang benar-benar tidak pernah memunculkan batang hidungnya sejak dia mengundurkan diri memerankan sosok raga. Dia juga tidak datang ke pementasan dramaku, padahal aku harap dia ada. Aku selalu menanti cowok itu datang. Memandang pintu, menunggu kehadirannya. Aku selalu pergi ke kelasnya, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada sahabat-sahabatnya. Nihil, percuma tak ada jawaban. Di acara promnight dan wisuda pun—acara terpenting untuk anak kelas dua belas dia juga tidak datang, padahal cowok itu meraih juara umum dibidang akademik, nilainya benar-benar sempurna. Aku menunggunya sampai lampu-lampu padam malam itu. Namun tetap saja dia tidak hadir. Sampai aku menyogok Kak Danar dengan mentraktir cowok itu jikalau mau memberitahuku keberadaan Kak Iqbaal. Tetap saja usaha itu gagal lagi tak membuahkan hasil. Saking penasarannya dengan apa yang terjadi, aku nekat ke rumah Kak Iqbaal satu minggu sebelum pergi ke Australia.  Kosong tak berpenghuni. Dia benar-benar menghilang, tak menyisakan jejak sedikitpun.

Malam itu, sepulang dari rumahnya, aku terdiam di sudut kamar. Membuka barang-barang kenanganku bersamanya yang aku kumpulkan dalam sebuah kotak yang biasanya kusimpan di kolong dipan. Aku menghembuskan napas pelan. Malam itu tanpa bisa dibendung lagi aku menangis. Rasanya sedih sekali. Kak Iqbaal pergi tanpa pamit. Apakah aku telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan sampai dia menjadi begitu?  Apakah aku selama ini membebaninya? Apakah karena Kak Iqbaal sudah tahu kalau aku suka kepadanya makanya dia menghindar karena dia tidak menyukaiku? Aku juga tidak mengerti. Tapi dia jahat sekali pergi tanpa pamit.
Bia harusnya kamu sadar! Memang siapa aku sampai Kak Iqbaal harus pamit segala? Dan aku sadar, itu menjadi kelemahanku. Aku tak punya hak atas dirinya. Aku tak boleh melarangnya. Tak boleh menuntutnya. Pun tentu, itu bukan urusanku sama sekali. Namun meskipun begitu, aku pikir harusnya dia tetap memberitahuku. Bagaimanapun kita pernah dekat walaupun tak sampai bersatu.

Halo Effect [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang