4.5 Love On Top

208 25 10
                                    

Iqbaal menunduk, mengantar kepergian Bia yang sudah tertelan pintu keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iqbaal menunduk, mengantar kepergian Bia yang sudah tertelan pintu keluar. Bagaimanapun ini memang salahnya. Ia tahu itu.

"Loh Bia kemana Bang? Tadi di sini?" tanya Olin tiba-tiba datang dari arah toilet.

Iqbaal mendongakan kepalanya menatap Olin.

"Pulang."

"Sama Raka?" tanya Olin sengaja memancing Iqbaal.

Iqbaal menaikan bahu."Iya kali. Dia pacarnya Bia Lin?"

"Mungkin, nanti bisa jadi. Raka baik ke Bia. Dia yang jagain Bia selama di Sydney. Ga kaya lo Bang, ghosting. Gue jadi Bia juga males buat ketemu lo." tukas Olin sarkas.

"Gue punya alasan Lin."

"Dengan hilang setahun. Gak ngabarin sama sekali? Kalau niat lo serius Bang, gak harusnya lo lakuin itu ke Bia."

Iqbaal menghembuskan napasnya.

"Apa ini karena Ara? Cewek olimpiade matematika itu?" tanya Olin dengan tatapan tajam.

Iqbaal membulatkan matanya. Bingung dengan pertanyaan Olin.

"Bang Iqbaal tahu? Bia nangis waktu baru pulang dari Australia. Ya karena lo. Dia lihat lo di tempat makan bareng si Ara."

"Dan itu makin memperkuat dugaan gue. Gue tahu, beberapa bulan terakhir lo dateng ke SMA buat ketemu si Ara. Bukannya olimpiade udahan dari empat bulan yang lalu? Jadi bimbingan apalagi? Bimbingan cara gimana jadi pacar yang baik?" sindir Olin.

"Kenapa diam, ga bisa jawab? Jahat lo Bang."

Iqbaal menggelengkan kepalanya. "Lo salah paham Lin."

"Lo tau demi kebaikan Bia gue sengaja gak kasih tahu dia tentang ini. Gue bilang lo emang bimbingan."

"Gue sama Ara gak ada apa-apa. Kita emang bimbingan kok. Cuma bukan olimpiade, nilai kimianya dia lagi turun dari semester lalu.  Mamih dia teman Bunda gue, akhirnya Bunda nyuruh gue bantuin dia."

Olin tersenyum miring. "Lo pikir gue percaya Bang?"

Iqbaal menghembuskan napasnya kasar, memijat pangkal hidungnya. Iapun menunjukan ponselnya yang berisi percakapan Bunda dan dirinya.

"Sekarang percayakan?" tanyanya.

Olin diam. Ia menatap Iqbaal.

"Jangan pikir, karena gue percaya sama lo kali ini, gue bakal bantuin ngejelasin ini ke Bia. Lo yang mulai masalah, lo yang harus menyelesaikannya. Bukan gue. Selesain sendiri apa yang udah lo perbuat. It's not my business by the way."

"Oiya satu lagi, Bang Iqbaal kalau suka sama satu cewek ya perhatiannya sama dia aja. Jangan semua dibaperin, dibaikin dan dimodusin sama rata. Akhirnya bingung dianya. Sebenarnya lo suka atau main-main aja?"

Halo Effect [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang