Dua minggu berlalu dengan cepat. Aku menghembuskan napasku menatap tumpukkan buku yang tadi malam baru selesai kupelajari. Aku mengelus buku-buku itu, tersenyum sebentar menatapnya. "Please, masuk ke kepala Bia yah? Jangan biarin Bia lupa setiap isi halamannya."
Aku meraih tasku yang tergeletak di meja belajar. Menghembuskan napas pelan. Meyakinkan diri bahwa aku bisa menghadapinya. Ayo semangat Bia!
Kalau kalian pikir hari ini adalah ujian kenaikan kelasku, kalian salah besar. Itu masih sekitar satu bulan lagi. Berbeda dengan Kak Iqbaal cowok itu bahkan sekarang tengah ujian sekolah dan dua minggu setelahnya ia akan menempuh Ujian Nasional. Jadi aku dan teman-temanku mulai hari ini dan minggu depan diliburkan.
Kalian pasti penasaran kan? Lalu kenapa aku harus repot-repot belajar kalau nyatanya sedang libur? Bukankah lebih menyenangkan berbaring di kamar? Membaca novel? Menonton series? Sayangnya tidak bisa. Ini adalah hari yang aku nantikan. Tahap akhir seleksi student exchange! Ujian tertulis dan wawancara!
Diam-diam aku mendaftar student exchange bulan lalu setelah Kak Iqbaal menyarankan, tentunya tanpa sepengetahuan Kak Iqbaal. Namun, tentu dengan sepengathuan Bibu dan Ayah. Yah walaupun ada perdebatan alot. Bibu seperti sulit melepasku, padahal kan belum tentu aku diterima, baru juga mendaftar, tapi Bibu sudah menangis seolah aku akan berangkat ke Malbourne hari itu juga. Tapi ayah meyakinkan Bibu, kalau yang aku lakukan itu benar. Katanya hitung-hitung supaya aku jadi anak yang mandiri dan bisa diandalkan.
Sekolah di luar negeri itu impianku dari dulu. Jadi aku ikut student exchange bukan semata-mata ingin ikut kemanapun Kak Iqbaal pergi, yah tapi tentu saja itu bonusnya. Sembari menyelam minum air. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampui.
Aku ingin menginjakan kaki di sebuah negeri yang belum kukunjungi. Bertemu kawan baru. Belajar budaya mereka. Mencari pengalaman baru. Dan tentunya menjadi murid Kak Iqbaal yang bisa dibanggakan seperti yang cowok itu katakan waktu itu—setelah kita bermain di bawah hujan. Sebenarnya bukan itu si, lebih tepatnya aku malas saja kalau tiap malam harus menatap rembulan, meminta bantuan padanya untuk mengirim sinyal rindu pada Kak Iqbaal. Bagaimana kalau mendung? Hujan? Mana bisa sinyal rinduku sampai ke Melbourne. HAHAHA tentu saja aku bercanda! Jaman sudah canggih. Buat apa minta bantuan rembulan? Dasar Bia tahayul! Tapi bagiku itu lucu dan romantis, bukankah demikian?
Initinya aku ikut student exchange karena kemauanku. Mimpi itu awalnya sudah terkebur jauh, sampai aku melupakannya. Kemudian Kak Iqbaal datang, menemukannya dan membawanya lagi kepadaku. Mimpi itu hadir dipenuhi keyakinan, tidak seperti sebelumnya. Sampai akhirnya aku di tahap akhir seleksi! Semoga beruntung hari ini Bia!
🌊🌊🌊
"Makasih Bibu udah mau nganter." kataku mencium punggung tangan Bibu lalu mencium pipinya.
Bibu tersenyum, mengangguk mengelus rambutku. "Semoga apapun yang anak Bibu lakukan membuahkan hasil yang baik yah?"
Aku mengangguk, tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Effect [IDR]
Fanfiction[SELESAI] Ini kisah anak manusia bernama Bia. Lengkapnya Jemima Tsabia. Seorang gadis yang baru menginjak usia remaja dan baru mengenal romansa. Pertemuannya yang tidak sengaja di toko buku dengan seorang pemuda yang nantinya ia ketahui bernama Iqb...