Adengan demi adegan kelam masa lalu Beni terpampang begitu nyata dalam penglihatan batin ku. Yang palin mengejutkan ketika kebejatannya terungkap olehku ketika adegan pemerkosaan terhadap gadis cantik yang tidak lain adalah Maya.
Iya, gadis yang selama ini gentayangan di rumahku dan selama ini terus menggangguku.
Ternyata kata Nenek Idah benar adanya, bahwa kehadiran mereka bukan untuk mengusik kehidupanku akan tetapi ada urusan yang belum selesai di dunia ini. Dan mungkin ada hubungannya denganku.
Kebenaran yang dulu tersembunyi kini telah muncul ke permukaan. Bahkan kelakuan menjijikan Beni terhadap gadis mata sendu yang bernasib malang.
"Dinda, sekarang kamu sudah tahu semuanya. Apapun keputusan yang akan kamu ambil, Nenek mohon jangan sampai membuatmu menyesal nanti. Tolong kamu pikirkan baik-baik, Nak." Nenek Idah mencoba memperingatkanku akan konsekuensi yang akan terjadi pada kehidupanku.
"Tapi, Nek, Dinda sama sekali nggak pernah menyangka kalau Beni tega berbuat kejam pada darah dagingnya sendiri. Sungguh laki-laki tidak punya hati dia, Nek. Dinda benci pernah menikah dengan orang gila seperti Beni."
"Sekarang dia harus menerima akibatnya!" tegasku menatap tajam pada bayangan Beni di dalam benak saat ini.
"Iya, Dinda tapi Nenek minta kamu pertimbangkan lagi niat kamu barusan. Mungkin sebaiknya Beni harus dilaporkan pada polisi. Karena kita tidak tahu kejadian apa lagi yang akan menimpa kamu, Sayang. Bukan tidak mungkin korban selanjutnya itu adalah kamu, Dinda. Sebaik-baiknya tempat bagi laki-laki itu adalah penjara." Aku bisa melihat rasa khawatir dan kekecewaan terhadap laki-laki iblis itu.
"Mbak, apa sudah selesai?" tanya Nadia yang tiba-tiba masuk karena terlalu lama ia menunggu aku keluar dari kamar Nenek.
"Iya, Nadia, Mbakmu sudah selesai. Sebaiknya kalian pulang, Sayang. Ini sudah larut, Nenek nggak ingin terjadi sesuatu sama kalian." ucap Nenek Idah sembari mendorong kami berdua ke luar dari kamar.
Beberapa saat usai mencium punggung tangan wanita tua itu, kami segera mengemudikan mobil dan berjalan cepat di malam buta bersama Nadia.
Kini, aku harus mulai belajar menerima kemampuanku melihat masa lalu kelam seseorang. Tapi satu hal yang terpenting saat ini adalah aku harus bisa berkomunikasi dengan Maya si gadis bermata sendu yang terus hadir dalam kehidupanku.
Malam semakin hening kaka pandanganku menerobos ke celah-celah kesunyian. Tampak raut wajah kekhawatiran yang tertangkap di mata Nadia.
"Nadia, kamu nggak usah serius gitu bawa mobilnya. Ini cuma malam aja kok, nggak ada apa-apa. Atau kita hidupin musik aja gimana?" Aku mencoba bersikap santai terhadap sepupuku itu.
"Boleh juga tu idenya, Mbak. Iya, sih, tadinya agak takut juga, hehe."
Akhirnya setekah aku menyalakan musik dalam mobil, Nadia terlihat lebih tenang. Hingga mobil kami sampai juga di depan pagar rumah.
Beberapa menit kemudian, kini aku sudah berada di kamar lagi. Aku kemudian berniat menhubungi Beni akan tetapi tiga kali panggilan dari ku tak ada jawabnya bahkan sekalipun.
Aku baru tersadarkan ternyata selama ini Beni mencoba berlari dan menghindar agar aku tidak mencurigainya.
Malam ini aku tidak akan tidur sebelum bisa bertemua dengan si mata sendu. Entah kenapa aku bisa seberani ini, padahal setiap kali gadis itu menampakkan dirinya aku sungguh sangat terganggu.
Malam sudah menunjukkan sepertiga larutnya, Aku mencoba mempraktekkan arahan Nek Idah tadi karena dengan cara ini aku mampun berkomunikasi dengan mahluk astral itu.
Duduk bersila dengan mata terpejam adalah poin utama agar pikiran fokus pada tujuannya.
Sekarang seolah myuutku terbuka dan mulai menghitung satu menit, dua menit sampai angin yang begitu sejuk menyibak rambutku. Dan seluruh bulu yang menempel di kulit ini terasa meremang disertai jendela yan menutup dan membuka sendiri semakin kencang dan semakin kencang.
"Aku tahu kamu memiliki dendam yang belum terbalaskan terhapa Beni--suamiku dan label itu tak pantas lagi untukku sebut." Akhirnya, setelah berbagai usaha kulakukan aku kini bisa berbicara dengan sosok hantu gadis itu. Di hadapanku ia berdiri mengambang dengan rambut yang terurai begitu panjang.
"Aku lega, akhirnya kamu bisa mengetahui siapa aku senenarnya. Iya, aku adalah Maya, seorang gadis di masa lalu Beni. Mungkin balas dendamku belum seberapa dibandingkan dengan apa yang dilakukan padamu, Adinda. Bahkan iblis sepertiku saja tidak setega itu membunuh anaknya sendiri. Sebenarnya, aku sudah lama ingin membalaskan dendamku pada si brengsek itu tapi aku luluh ketika kebaikan yang selalu ia tunjukkan pada Andin dan Andita. Hingga aku ingin sekali bisa berada dekat di antara kalian. Setidaknya aku bisa memberi sedikit kebahagiaan bersama kedua putri kembar kalian yang sangat manis dan ceria." Maya bercerita panjang lebar seolah kami ini adalah sepasang sahabat yang sudah lama terpisah dan dipertemukan kembali. Meskipun berbeda dunia akan tetapi tujuan kita sama, sama-sama punya kebencian dan dendam.
"Sepertinya kita punya tujuan yang sama yaitu membalaskan dendam. Aku tidak peduli lagi kenyataan bahwa lelaki jahanam itu suamiku. Yang kutahu sekarang adalah ingin melenyapkannya dari dunia ini!." Suaraku begitu lantang seolah ada api yang berkobar dalam jiwaku.
"Jadi, akan lebih mudah untukku menghabisi nyawanya sekarang juga!" pekik Maya tidak mau kalah denganku.
"Jujur, sebelumnya aku tidak pernah ingin berkomunikasi bersama kalian karena perbedaan alam yang kita huni. Namun, aku berpikir dua kali bahwa harus melakukannya demi kedua buah hatiku yang tersayang. Mereka tidak dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini.
"Tunggu dan lihat saja apa yang akan kulakukan pada si bejat itu! Sekarang dendamku bukan lagi karena ia pernah melakukan perbuatan keji itu padaku tapi dendam ini akan kubalaskan demi Andin dan juga Andita, dua putri kembar yang telah meregang nyawa oleh orang tuanya sendiri.
Aku paham kesedihan dan kehancuran Maya akibat kebejatan Beni terhadapnya. Sahabat yang ia anggap baik tapi tega merenggut keperawanannya. Bahkan ia menyembunyikan jasadnya tanpa diketahui oleh siapapun saat itu.
Bak pembunuh bayaran Beni melakukan semuanya dengan rapi. Jeritan Maya masih teringat jelas dalam pandangan batinku ketika Beni si berengsek itu melakukannya. Bahkan kini aku merasa jijik karena pernah satu tempat tidur dengannya.
Setelah pertemuanku dengan Maya, lantas aku mendengar kabar bahwa Beni beserta kematiannya yang mengerikan. Ternyata Maya telah memenuhi janjinya dan sekaligus dua dendam terbalaskan oleh sosok hantu bermata sendu.
Bahkan tak terbesit keinginanku untuk menghentikan pembalasan demdam itu. Karena memang sebenarnya ini adalah bagian dari keinginanku juga.
Mendengar kematian si brengsek itu membuat seluruh sarafku seolah berfungsi normal tanpa ada kehilangan akal sehatku.
Aku yakin setelah ini arwah kedua putriku akan tenang di alam sana. Dan berharap suatu saat nanti aku bisa bertemu dengan mereka di surga.
Bukan hanya itu kebenaran yang akan kuungkapkan tapi masih ada yang tersisa dan itu akan membebaskanku dari segala tuntutan mereka pemilik hukum.
Bersambung ....
![](https://img.wattpad.com/cover/242797951-288-k459631.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Batin Adinda [Tamat]
HorrorAdinda yang menginginkan kebahagiaan dan ketenangan dalam keluarganya harus merasakan keanehan dan gangguan mahluk gaib. Semenjak kepindahan dirinya beserta keluarga ke rumah yang baru saja dibeli oleh Beni--suaminya, dua anak perempuannya, Andin da...