Bab.10

6 1 0
                                    

Mereka semua sudah berkumpul di ruang makan pak Asep,sebelum pulang pak Asep memang menyuruh mereka makan terlebih dahulu.

Di atas meja sudah ada sayur asam,tempe goreng,dan juga sambal.karna rasa bersalahnya Annya mengambilkan makan untuk Mahesa,jelas perlakuan Annaya di pandangn curiga oleh anggota anggotanya.

"Nay gue juga mau dong"Jefi menyondorkan piring kosong,berharap Annaya juga memperlakukan dirinya seperti Mahesa.

"Jef"Annya berbicara dengan penuh penekanan,seolah meng-intruksikan kalau dirinya jangan seperti anak kecil.

"Ekhm,ayo makan cobain masakan ibu"ucap istri pak Asep.
Annaya duduk kembali dan menyerahkan piring yang sudah berisi nasi pada Mahesa,wajahnya sangat pucat dan terlihat lemas.

Acara makan makan berlangsung kurang lebih 15 menit,mereka bersiap untuk kembali lagi ke kota Bandung.

"Nuhun pak Asep,sudah menerima kedatangan kami disini"

"Seharusnya Bapak yang berterimakasih atuh neng,sudah datang dan memberi ilmu pada anak anak sini"

Annya tersenyum "sama sama pak,ini ada sedikit oleh oleh dari kami"Annaya menyuruh Jefri,Jefri membawa setumpuk buku tulis dan juga buku bacaan,berbagai Atk juga ada.

"Maaf barangnya tidak seberapa,semoga bermanfaat untuk anak anak yang disini"

"Terimakasih banyak"ucap Pak Asep.Mereka semua berpamitan dengan warga,anak anak pun nampak tak rela melepas Annaya dan teman temanya.

"Janji sama kaka,kalian harus rajin baca buku"ucap Annaya,tidak henti hentinya Annya menebarkan senyuman.

"Janji kaka"ucap mereka

Dua hari satu malam di lewatkan dengan berharga,penuh kenangan yang tidak bisa hilang begitu saja.tentang dirinya yang juga mulai terbiasa oleh kehadiran Mahesa.

Mereka semua sudah di mobil,nampak lelah.Mahesa menganti posisi menjadi pengemudi,Jefri sudah tepar di samping Agus.

Setelah sampai di rumah Jefri mereka semua rehat sejenak,Mahesa menghantarkan Annaya untuk kembali ke kostan-nya.

"Cape?"tanya mahesa saat di motor.

"Lumayan,lo masih ada yang sakit?"

"Khawatir banget kayanya"ledek Mahesa,dirinya memutar bola mata malas.

"Laper nggak?"Mahesa melirik Annya dari sepion.

"Gue mau tidur"Mahesa nampak mengangguk,seolah jawaban dari annaya adalah penolakan.Mereka sudah sampai di kosan Annya,annya menyerahkan helem Mahesa.

"Makasih ya"Annaya merapihkan rambutnya sekilas.

"Muka lo pucet banget sa"Annya memegang pipi Mahesa,khawatir sekali dirinya.Mahesa memegang tangan Annaya,membuat dirinya mematung,mata itu beradu.
Jantungnya berdetak kencang,semoga saja Mahesa tidak mendengar itu.

"Gue nggak apa apa,masuk.istirahat"Mahesa melepas tangan Annya,dirinya tersenyum saat mendapati annaya hanya diam mematung.
Beberapa detik kemudian dirinya tersadar,malu sekali rasanya.

Annaya masuk ke dalam kamarnya,merebahkan tubuhnya.entah sudah berjalan sampai mana kekuataanya,ia mulai menyadari perasaanya mulai berubah,tapi dirinya sebisa mungkin mengelak kalau dirinya sudah mencintai Mahesa.
Episode ini bahkan baru mulai,tapi rasanya dirinya sudah kalah dengan pendirianya.

----
Annaya sudah rapih dengan kemeja berwarna biru muda dan celana kulot berwarna hitam,rambutnya ia biarkan terurai.Malam ini Annya akan menghadiri pesta lamaran temanya bernama Nabila dari fakultas informasi sama seperti Mahesa.

Annya memesan ojek online untuk sampai tujuan,setelah sampai dirinya melangkah memasuki garden party.Dirinya merasa kurang percaya diri karna penampilanya seadaanya,mereka yang hadir memakai baju mewah dan juga makeup,tak lupa mereka datang membawa pasanganya masing masing.

Annya berjalan menuju Nabila,mengucapkan selamat.

"Ciye udah mau nikah aja"ledek annya.

"Ih"Nabila memukul bahu Annya pelan,malu malu."gue nikahnya kalau udah lulus tau"

Annya terkekeh "iya iya"

"Lo kesini sama siapa?"tanya Fatur tunangan Nabila.

"Sendiri"
"Yakin?"dirinya menyerngit
Annya mengikuti arah pandang Fatur,Mahesa sudah berdiri dengan baju berwarna senada denganya,mungkin satu langkah mundur dari arah berdiri Annya,makanya dia tidak menyadari kalau ada Mahesa.

"Selamat ya bro"Mahesa maju,bersalaman ala laki laki.

"Lo sama naya kapan nyusul"ledek Fatur.

"Apan si tur"Annya pergi dari sana,entah malu atau kesal dirinya bingung sendiri.

Annya mengambil segelas drink red yang sudah di sediakan,mereka semua sudah berjoget di depan sana,jujur saja dirinya kurang nyaman.Annya duduk di dekat pohon,jauh dari keramaian,dia mensumpal kupingnya menggunakan earphone.

"Ga ikut?"Annya menoleh sekilas,Mahesa sudah duduk tangan kananya memegang minum yang sama.

Mahesa menyondorkan kertas,yang sudah di tebak annya pasti surat surat tidak bermutu.

Annya hanya menoleh sekilas,seolah pemandangan di depan sana lebih menyodot perhatianya ketimbang menoleh ke arah Mahesa.

"Setiap orang itu akan berubah"Annya diam diam mengecilkan volume dari ponselnya,mendegarnya dalam diam.

"Entah itu tambah semangat atau sebaliknya"kini annya menoleh,menaikan alis seolah meminta Mahesa untuk melanjutkan ucapanya.

"Tapi perlu lo tau,di balik itu semua pasti ada sebab.entah di sengaja atau bukan,yang pasti kita susah buat ngontrol perasaan diri sendiri bukan?"

"Maksudnya"dahi Annya nampak mengkerut.

"Kita nggak bisa ngontrol perasaan diri sendiri,entah itu sedih?marah dan juga jatuh cinta"

"Termaksud jatuh cinta sama lo,gua nggak bisa nakarin seberapa persen berharap,seberpa persen mikirn resikonya"

"Kenapa lo harus menjelaskan itu untuk kedua kalinya?"Annya menatap mata mahesa sebentar.

"Karna gue rasa lo perlu tau itu"
Mahesa nampak mengeluarkan sesuatu dari celananya.kertas note dan juga bolpen.

"Ini ada kertas,lo bisa minta dua permintaan apa aja.gue bakal kabulin itu"Annya menerima itu,menatap bola mata Mahesa,dirinya tau jika Mahesa mencintainya dengan tulus,tapi hatinya belum bisa menerima itu,dirinya menganggap kedatangan Mahesa hanya penghibur,bukan penyembuh maupun pengganti.karna yang namanya patah akan selalu patah,tidak akan tumbuh secara normal walau di gantikan dengan yang baru.

Bersambung.

Jangan lupa vote dan komen.
Next ga nih😂
03 nov 2020

NAYSA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang