Bab.16

5 0 0
                                    

Annaya menguncir rambutnya menjadi satu,dirinya menggunakan kaos berwarna putih dan celana kulot bewarna hitam.Annaya tersenyum sesaat ketika melihat Mahesa sudah berdiri,seolah menyambut kedatanganya,Annya menyapa cowok itu.

"Pagi"Annya tersenyum,Mahesa mengelus pipi gadis itu. "Pagi juga Naysa"

Annya menaikan sebelah alisnya,"Naya mahesa?"Mahesa mengangguk.Mahesa memakaikan helem tersebut pada Annya.

"Udah siap?"
Annya mengangguk semangat,penasaran apa yang akan ia lakukan lagi demi menaklukan pujaan hatinya.

Mahesa sudah duduk,di susul Annya di belakangnya.Mahesa menarik salah satu lengan gadis itu untuk memeluknya.untuk pertama kali Annya memeluk Mahesa,merasakan aroma wangi downy.Annya lagi lagi tersenyum,menyenderkan kepalanya di punggung cowok tersebut.

Bandung memang penuh kejutan,salah satu dari warganya mampu meluluhkan hati seorang Annya.gadis biasa biasa saja yang trauma akan masa lalu,kemudian hadir seorang laki laki yang berniat baik kepadanya.

"Nay"

"Iyah?"

"Gue sayang sama lo"

Annya kembali tersenyum,ia menyembunyikan rona wajahnya di balik kaca helem.

Annya benar benar seperti baru merasakan jatuh cinta,seperti anak remaja yang baru resmi menjadi sepasang kekasih.padahal hubungan keduanya belum jelas,belum tau bagaimana kelanjutanya.

"Ngelamun?"Annya tersadar,ia menggeleng.

"Gue juga"jawab Annya malu malu,Mahesa kembali meraih lengan gadis itu,mengelusnya pelan.

Motor vespa itu berhenti di salah satu tempat,seperti tempat perkemahan.Annya turun,matanya menjelajah.

"Kita ngapain disini?"Tanya Annya bingung.

"Tunggu"Mahesa berjalan entah kemana,Annya berjalan kedepan,udara dan tempatnya benar benar serasi.lihat saja pohon pohon yang tubuh dengan subur di daerah sini,di tambah udara bandung yang dingin.

Mahesa datang membawa tas besar,ia meraih lengan gadis itu
Untuk ikut masuk kedalam perkemahan.

"Kita mau camping?"
Mahesa tersenyum,setelah sampai Mahesa langsung mendirikan teda ukuran medium,hanya cukup untuk satu orang.Annya memang tidak terlalu tau tempat tempat wisata yang ada di bandung.tempat ini tidak terlalu ramai di karna kan bukan hari wekend.

Annya memperhatikan Mahesa,sesekali membantu mendirikan tenda tersebut.

Mahesa memasukan tas tersebut kedalam Tenda,kembali menggandeng lengan gadis itu untuk ikut jalan jalan.Annya ikut saja.

"Namanya perkemahan ranca umpas,suka?"Mahesa menoleh ke arah Annya.dirinya mengangguk,mengedarkan pandangan saat melihat ciptaan tuhan yang sangat menganggumkan.

Mahesa membuka jaketnya saat tau udara disini sangat dingin,Mahesa tau Annya tidak tau apa apa soal camping dadakan yang ia buat.ia memakaikan jaket tersebut kedalam tubuh gadis itu.

Mereka duduk menghadap bukit,Mahesa mengeluarkan sesuatu dari saku celananya,apakah Mahesa akan melamarnya lagi?.
Gelang?,Mahesa memakaikan gelang dengan bentuk seperti ranting kayu,dengan bunga matahari di tengahnya.

"Ailenna artinya cahaya,seperti matahari"Annya menatap mata Mahesa,bahkan dirinya tau arti nama yang di berikan Ayahnya.

"Gue harap lo bisa bercahaya seperti matahari,walaupun ada masanya cahaya lo harus meredup"
Annya diam,beberapa detik kemudian salah satu sudut bibirnya terangkat.

Mahesa kembali merogoh sakunya,mengeluarkan cincin yang beberapa hari lalu di tolak olehnya.

"Would you marry me?"Mahesa menatap gadis itu lekat,Annya melihat ada harapan yang kuat,terpancar dari mata Mahesa.

Annya mengangguk,Mahesa tak percaya usahanya tidak sia sia.ia memakaikan cincin tersebut pada jari manis Annya,Mahesa mendekap gadis itu,Mahes tidak mau kehilangan annya,apa lagi membuat Annya menjauh dari dirinya

"Makasih nay"Mahesa melepas dekapnya,ia menatap mata gadis itu

"Berapa hari lagi aku sama ayah bakal datang kerumah kamu"

Annya menoleh,Annya bingung menjelaskan seperti apa pada kedua orang tua dan kakanya.Annya tidak yakin orang tuanya setuju,karna dirinya harus menyelesaikan kulihan yang setahun lagi akan selesai.
Walau tau keluarganya tidak akan menutut hak anaknya,tapi tetap saja ada rasa khawatir.

Mahesa yang mengerti itu,menyenderkan kepala gadis itu di pundaknya."aku akan bilang sama orang tua kamu"

Annya tersenyum saat Mahesa berbicara dengan kata 'Aku,kamu'.benar benar tidak pernah menyangka sebelumnya hubungan mereka akan berjalan sejauh ini,padahal awal mengenal Mahesa Annya berjanji pada dirinya sendiri kalau dirinya akan menghidar dari Mahesa.tapi takdir seolah berkata lain,entah apa yang semesta rencanakan,semoga yang ini terbaik.

Mereka kembali lagi ketenda,Mahesa sudah membuatkan mie instan dan telur yang ia masak dengan kompor kecil.mungkin barang sewaan.Mahesa juga membuatkan coklat panas untuk gadis itu,karna kabut saat itu cukup tebal.

"Maaf ya mendadak"Mahesa duduk di samping Annya yang baru selesai makan.

"Nggak apa apa aku suka"Annya tersenyum,ia menyeruput coklat yang sudah hangat.melihat orang orang yang juga berkemah disana.

Mahesa nampak mengambil sesuatu barang di dalam tenda,syal berwarna purpel dengan motif bunga bordiran.Mahesa memakaikan syal tersebut keleher gadis itu.

"Peninggalin ibu"jelas Mahesa.Annya menoleh,mata teduhnya berubah menjadi sendu,Annya mengenggan lengan kokoh tersebut.Mahesa tersenyum memberi isyarat bahwa dirinya baik baik saja.

"Peninggal barang berharga ibu di khususkan untuk calon menantunya kelak,ibu pengen kalau calon menantunya sesuai apa yang aku harapin"Mahesa menatap lurus.
Detik kemudian ia menoleh kearah annya dan tersenyum."ibu aku pasti senang punya calon menantu kaya kamu"Mahesa mencoel hidung gadis tersebut.

Annya ikut tersenyum,tak banyak yang annya tau tentang Mahesa.sisi lain maupun kehidupanya.Annya menyenderkan kepalanya pada bahu cowok tersebut.

"Sa,ternyata bener diri kita nggak bisa mengontrol perasaan kita kepada seseorang"Annya mendongak,

"termasuk jatuh cinta sama kamu".

Bersambung...
Jangan lupa vote dan komen gais.
10nov 2020

NAYSA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang