Bab.19

5 1 0
                                    

Pagi ini Tessa sudah ada di kamar kosanya,semalam Annya bercerita kalau pagi ini dirinya akan mengadakan pertemuan dua keluarga.Tessa sudah cantik dengan dres berwarna nude dan rambut yang ia sanggul,berbeda dengan Annaya yang masih nyaman rebahan.

"Ih Annya bangun"tessa berkali kali menarik lengan Annya.

"Ngantuk tey"Annya menggeliat,menutup matanya dengan bantal.

Tessa yang kesal langsung menyubit lengan gadis itu.

"Aw,apan sih"kesal Annya,gadis itu langsung bangun dan mengucek matanya.

"Bangun"

"Iya iya bawel"Annya masuk kedalam kamar mandi,walau matanya masih terasa kantuk.
Tak lama Annya keluar dengan kaos berwarna hitam dan celana berwarna denim,Tessa melongo melihat penampilan sahabatnya itu.

"Gila lo,yang bener dong kalau pake baju"
Annya menghela pelan"emang ga bener gimana sih?"Annya mencepol rambutnya.

Tessa menghela nafas pasrah,ia menarik gadis itu kemobilnya,pertemuan kedua keluarga tersebut memang terkesan mendadak.Annya bahkan masih di Bandung,padahal acara lamaranya akan di mulai nanti sore.

"Laper"rengek Annya ketika sudah di mobil,Tessa menyerahkan kantong keresek dengan sebelah tanganya.

"Lo tu sama Mahesa apa apa mendadak mulu ya"Tessa masih fokus menyetir.

"Gue juga nggak tau"Annya meminum air meneral sesaat.

"Tapi lo yakin kan?"Tessa menoleh sebentar.

"Iya,kenapa nanya gitu?"

"Maksud gue,lo udah nggak kepikiran sama masalalu kan?"Annya tiba tiba terdiam,detik kemudian ia mengangguk.

"Kayanya"

"Seriusan annaya"

"Gue rasa si begitu"Annya menguyah roti keju.

"Lo udah jujur tentang masalalu lo?"Annya menggeleng,walau Tessa sendiri tidak tau bagaimana masalalu dari sahabatnya.tapi tessa rasa Mahesa berhak tau.

"Gue rasa nggak ada yang harus di bahas"

"Tapi calon suami lo berhak tau"Annya hanya diam,bingung menjelaskan bagaimana kepada Mahesa,karna menurutnya pribadi masalalu Annya tidak begitu penting,Dirinya juga tidak mau membahas masalalunya
Karna jujur sampai saat ini luka itu belum sembuh sepenuhnya.

Tessa menempuk pundak annya sesaat"kalau belum siap nggak apa apa"

Annya menoleh,"jujur ya tey,gue rasa masalalu gue dulu nggak ada sangkut pautnya sama hubungan gue dan Mahesa"

Tessa mengehela nafas pasrah.

"Hm,emang lo nggak ada niatan cerita sama gue gitu?gue yakin lo sembunyiin sesuatu dari gue"

Annaya mengela pelan"ada,cuman menurut gue itu nggak penting.cuma masalalu gue sama seseorang dan itu udah selesai"

"Jadi lo pernah punya mantan?"
Annya mengangguk,hampir dua tahun mereka sahabatan,baru kali ini Annya bercerita tentang masalalunya,walau hanya inti dari pembicaraan.

Mereka berhenti di rest area untuk beristirahat,makan dan buang air kecil dan segala tetek bengeknya.
Setelah selesai Annya berganti menjadi supir,syukur saat itu jalanan tidak terlalu macet,sekitar 4 jam mereka sudah sampai di jakarta.

Annya sangat bersemangat bertemu dengan keluarganya,sudah setegah tahun Annya tidak menginjakan kaki dirumah ini,Annya mengedarkan pandangan saat bagian rumah ini di dekor dengan cantik.

Annaya dan Tessa masuk,keluarganya menyambut kedatangan mereka dengan semangat.
Annaya memeluk ibu dan bapaknya,tak lupa sang kaka.

Tessa dan Annya sudah duduk di ruang makan,menyantap hidangan yang di buat oleh ibunya.

Tapi ada kejanggalan disini,kemarin waktu dirinya menghubungi keluarganya.mereka nampak tidak terkejut sama sekali,mereka seolah olah mendukung hubunganya dengan Mahesa.
Setelah selesai istirhat dan segala macam,sesi wawancara pun di mulai.

"Bapak minta kuliah kamu diselesaikan dahulu"

Annya mengangguk,ia sudah menduga sebelumnya."Iya pak,Annya nyelesain kuliah nay dulu"

"Kamu udah kenal lama?" Tanya bapak,

"Baru dua minggu pak"bapak annya nampak mengangguk.

Sang ibu mengelus kepala Annya"kamu sudah besar,udah mau nikah sebentar lagi.jaga diri kamu baik baik di kota orang ya"
Annya tersenyum haru mendegar penuturan sang ibu.

"Asik nih abang punya temen mabar"Annya hanya terkekeh menanggapi ucapan sang kaka.

"Mahesa sebelumnya sudah kemari beberapa hari yang lalu,minta restu katanya"Sang kaka menjelaskan,tentu saja membuat dirinya bingung dan terkejut

"Hah?"dahinya mengkerut lagi,dari mana Mahesa tau alamat rumahnya?bagaimana bisa Mahesa meminta restu pada orang tuanya padahal mereka baru bertunagan satu hari yang lalu..

Banyak keanehan yang di tunjukan oleh mahesa,yang tiba tiba membeli rumah yang selama ini ia damba dambakan,tau warna kesukaanya,tau alamat rumah kedua orang tuanya,dan yang paling membuat Annya bingung Mahesa ternyata sudah meminta restu terlebih dahulu sebelum melamar dirinya,dan itu tanpa sepengetahuan dirinya.

"Nak Tessa,Mahesa dan annya ga macem macem kan disana?"

Tessa terkekeh"enggak ko tante,tenang aja"

Ibu annya tersenyum.

"Bapak tenang kalau ada yang jagain kamu disana"

"Ibu juga sama,nak Mahesa kayanya baik.cinta banget sama kamu"Annya tersenyum malu.
----
Annaya sudah duduk di teras rumahnya,dengan kaka laki lakinya yang juga duduk di sampingnya.Tessa sudah istirahat di kamar miliknya dulu.

"Dia waktu itu kesini de,nanyain kamu"

Annaya menoleh,Annya tau siapa yang di maksud oleh kakanya.matanya menatap lurus,menerwang kjeadian kejadian masalalu.
Annya menggeleng pelan,ini bukan saatnya Annya memikirkan masalalu,seharusnya dirinya sudah lepas dari bayang bayang mantanya.

"Mas bilang apa?"pada akhirnya Annya menoleh kepada kakanya.

"Mas bilang kamu udah nikah"
Annya lagi lagi hanya diam,bingung mau merespon bagaimana.karna memang hubungan dirinya dengan masalalunya sudah berakhir cukup lama.harusnya Annya sudah sembuh,harusnya dirinya fokus kepada satu titik yaitu Mahesa.
Dirinya merasa besalah,sudah bersetatus sebagai tunangan tapi masih mengangan angankan masalalunya.

Annya memejamkan matanya sebentar dan menghela.ia harus bisa iklas.

13 nov 2020
Revisi 15 nov 2020

NAYSA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang