4

1.6K 137 9
                                    

Sore ini hujan sangatlah deras, bajunya sedikit basah karena berdesakan dengan orang-orang yang juga ikut berteduh, suasana yang sangat dibenci Tiara. 

"maaf,ada baik nya kita tukar tempat" usul seorang lelaki bertubuh tinggi di samping Tiara, Tiara hanya menoleh lalu menggelengkan kepalanya.

"bahu kamu kena hujan kalau disitu" ucapnya lagi.

Tiara sama sekali tak menggubris lelaki itu, hari ini cukup lelah bagi Tiara dan yang dia butuhkan saat ini hanya suasana tenang tanpa interaksi dengan siapapun.

"eh.."

Tiara tersentak kaget saat menyadari ada bahu yang sedikit mendorongnya untuk bergeser. Ternyata lelaki tadi sudah bertukar posisi entah kapan, dan hasilnya sebagian bahu lelaki itu basah terkena hujan.

sekali-kali buka mata buat liat sekitar

Tiara tiba-tiba teringat perkataan Lyodra, ia melirik sekilas lelaki di sebelah nya yang kini tengah sibuk menggosok gosokan telapak tangan nya. Entah keberanian dari mana, Tiara menarik jaket lelaki itu untuk mendekat kearahnya, hingga tak ada jarak lagi diantara mereka berdua.

Kini giliran lelaki itu yang terlihat kaget dengan perlakuan Tiara.

"terimakasih Tiara"

Tiara mengerutkan keningnya, sedangkan lelaki itu masih tersenyum.

"kita satu sekolah, satu angkatan tapi beda kelas" ucap lelaki itu, seolah tau letak kebingungam Tiara.

"kita beda kelas tapi kenapa lo tau nama gue"

lelaki itu terdiam sejenak, merasa takjub karena itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari mulut Tiara.

"karena selama tiga tahun sekolah, mata aku ga cuma liat buku, papan tulis atau partitur lagu doang"

tatapan Tiara berubah menjadi dingin saat menyadari kalau perkataan tadi seperti menyindir dirinya.

"bercanda Ti, oh iya aku Anrez"

***

"udah sore gini kak Titi ko belum pulang ya"

Lyodra terlihat gelisah, langit sore masih terlihat mendung.
Lyodra menoleh kearah gerbang saat Pak Didi membuka gerbang.
Ternyata yang datang bukanlah Tiara melainkan ayah nya.

"loh ly, lagi ngapain diluar?"

"nunggu kak Titi yah"

"ayo masuk, kakak kamu paling sebentar lagi pulang, disini dingin mending nunggu nya di dalem"

Lyodra tersenyum dan mengangguk.

"Ayah pasti cape ya?"

Lyodra menatap sendu sang Ayah,terlihat jelas wajah lelah itu oleh Lyodra.

"sedikit" ucap Adrian sambil mencubit gemas hidung Lyodra, setidaknya dengan kehadiran Lyodra ada sedikit rindu yang terobati di dalam hatinya.

"Ayah kenapa ga nikah lagi aja, supaya ada yang ngurusin"

kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Lyodra tanpa dia sadari Tiara yang berada di belakangnya tengah mengepalkan tangan nya.

"enak banget lo ngomong gitu?"

Lyodra langsung menoleh ke belakang, sementara Tiara langsung berjala mendekati Lyodra dengan tatapan tajam nya.

"kan untuk kebaikan Ayah kak"

"iya kebaikan buat dia dan kenyataan pahit buat nyokap gue"

"Tiara!"

"apa? ayah belum cukup puas nyakitin ibu? apa pernah ayah dateng ke rumah sakit buat liat kondisi ibu?, oh dari awal ayah emang mau ibu mati kan, tapi sayang wanita jalang itu yang mati duluan"

Melodi TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang