22

1.3K 121 64
                                    

Sebuah mobil sport berwarna merah menepi di halaman sebuah rumah yang sangat mewah.
Mahen lah yang keluar dari mobil itu, ia terdiam sebentar saat melihat mobil ayahnya sudah terparkir disana.

"Terimakasih Mas hari ini belanjanya banyak banget"

"Tenang sayang, besok kita belanja lagi asalkan malam ini..."

"ekhem.."

Percakapan menjijikan itu terhenti dan Sang Ayah langsung menatap Mahen yang baru saja datang.
Mahen menatap jijik pada pemandangan dihadapan nya apalagi pada wanita berpakaian minim yang sejak tadi bergelayut manja pada Ayahnya.

"Gimana cucunya Bramantio?"

"gimana apanya?" tanya Mahen dengan nada dingin. Ia membuka kulkas dan meneguk habis minuman kaleng yang ia ambil, suasana rumahnya terasa selalu panas jika Ayahnya membawa wanita simpanan nya yang selalu berganti setiap hari.

"Ayolah jangan berpura-pura, dia cantik kan?"

"Ia dia memang cantik"

"bagus, Papa akan menjodohkanmu dengan nya dan kakek nya sangat setuju dengan itu"

Mahen terdiam, seharusnya ia senang tapi ia tahu jika Tiara tak menyimpan rasa apapun terhadapnya.

"kenapa?, kamu tak mau?"

Mahen mengangkat kedua bahunya dan berjalan menuju kamarnya, ia memilih tak terlalu menanggapi omongan Ayahnya yang ia tau pasti akan menjurus kemana.

"Hei Boy, ini langkah yang bagus untuk bisnis Papa"

Mahen tersenyum miris, benar dugaan nya apapun yang dilakukan  sang Ayah hanyalah untuk kepentingan bisnisnya.

Lelah rasanya hari ini, ia langsung merebahkan badan nya di kasur dan terdiam menatap langit-lagit.

Tiara sudah menceritakan semuanya dan ia cukup mengerti kondisi Tiara karena menurutnya ia pun merasakan hal yang sama. Mahen ataupun Tiara sangat tau hal busuk yang selalu di lakukan kakek Tiara dan Papanya tapi merekapun tau jika sulit untuk melawan mereka.

***

Acara Pensi tinggal dua hari lagi dan semua siswa cukup dibuat sibuk untuk mempersiapkan nya.

"Heh, ko bengong?" Mahalini menepuk pundak Nuca yang sejak tadi terlihat melamun.

"Pak Anang tadi puji osis tahun ini, beliau bilang ini persi termewah di sekolah kita" ucap Nuca.

"Ya bagus dong, ko lo ga keliatan seneng sih"

"Tapi isi nya berasa kurang tanpa Tiara sama Lyodra Lin"

Mahalini mengerutkan keningnya, entah kenapa ada sedikit perasaan tak suka saat mendengar kalimat Nuca.

"lo suka sama Tiara?" tanya Mahalini, ia menatap serius kearah lelaki di hadapan nya ini.

Nuca langsung menggelengkan kepalanya. 

"engga ko" sangkal Nuca.

"terus kenapa dari awal lo mati-matian bujuk Tiara buat ikut terus sekarang Tiara ga bisa ikut lo keliatan sedih gitu"

Nuca menghela nafasnya. ia menatap sendu kearah Mahalini yang masih menatap serius kearahnya.

"gue cuma dari awal udah buat konsep dan akan lebih bagus lagi kalau ada orang yang jago di bidang musik, lo tau lah Tiara satu-satunya yang punya kemampuan lebih dari yang lain di bidang musik, gue cuma kecewa karena nantinya ga sesuai harapan gue"

Nuca terlihat lesu, memang ia adalah anak yang terlalu berambisi dalam segala hal dan Mahalini bisa mengerti akan hal itu.

Bruuk..

Melodi TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang