Pagi ini Lyodra lebih memilih berenang sebagai olahraganya, sejujurnya ia sangat bosan berada disini, rumah mewah yang sangat terasa sepi.
Lyodra bersandar di tembok kolam saat melihat Tiara membuka pintu balkon dengan biola dintangan nya, ya ia sudah sering menonton konser gratis Tiara dari bawah balkon.
Tiara memejamkan matanya lalu mulai memainkan biolanya.
Cantik..
hanya kata itu yang selalu ada di benak Lyodra setiap kali melihat permainan biola kakak nya itu.
Tiara menghentikan permainan nya saat menyadari kalau Lyodra tengah memperhatikan nya di tengah kolam dan yang jadi perhatian nya adalah cuaca saat ini yang sudah mulai gerimis. Tiara menatap Lyodra agak lama seblum akhir nya masuk ke dalam.
"yah udahan, pasti gara-gara sadar ada aku disini, kapan sih kak bisa anggep aku ada"
Lyodra masih menatap sendu kearah balkon.
"aduh Non Lily, ini hujan non ayo naik" teriak bi Narti.
"gapapa Bi, seru" ucap Lyodra yang malah melanjutkan untuk berenang.
"ayo naik, nanti bibi dimarahi non Tiara"
"hah? apa Bi?"
"tadi Non Tiara suruh bibik buat minta non Lyodra udahan berenang nya, katanya lanjutin lagi aja kalau ga hujan"
Lyodra tersenyum senang, walaupun Tiara masih bersikap dingin tapi Tiara sudah mulai sedikit perhatian kepadanya.
"oke Bik"
Lyodra beranjak lalu meraih handuk dari tangan Bi Narti dan satu lagi yang tiba-tiba membuat hati nya menghangat, handuk yang Bi Narti pegang adalah handuk Tiara.
****
Selesai mandi Lyodra masih saja merasa kedinginan, ia merutuki kebodohan nya karena sebenarnya Lyodra paling tak kuat jika terkena hujan dan Mama nya pasti akan sangat marah padanya.
"jadi kangen mama" ucap Lyodra sambil menggosok-gosokan telapak tangan nya agar tubuhnya menghangat.
Tiara yang sedang membaca buku melirik sekilas ke arah Lyodra yang kini tengah meringkuk di atas tempat tidur.
Hiks..
Dapat dengan jelas Tiara lihat bahu Lyodra yang bergetar.
Deg..
jantung ini selalu terasa perih setiap melihat Lyodra seperti itu dan Tiara tau betul apa penyebabnya, bagaimanapun juga ada satu ikatan kuat diantara mereka berdua.
"mama.."
Lyodra semakin terisak dan jantung Tiara semakin terasa sakit. Dengan cepat tiara memasukan dua butir obat kedalam mulut nya namun rasanya masih sama, ada dorongan kuat di dalam dirinya untuk melawan egonya sendiri.
Tiara menghampiri Lyodra, ia pun bingung untuk apa dan hanya bisa berdiri menatap Lyodra.
Lyodra yang tau keberadaan Tiara di depan nya langsung terbangun dan mengusap kasar air matanya."maaf" hanya itu yang Lyodra ucapkan, sejujurnya ia takut jika Tiara marah sekarang.
Tiara duduk disamping Lyodra, matanya menatap lurus pada foto yang terpajang rapi di dinding, fotonya saat kecil bersama ayah dan ibunya.
"Gue tau lo sama sekali ga salah disini" ucap Tiara tanpa mengalihkan pandangan nya, sedangkan Lyodra masih diam menunggu kalimat apalagi yang akan di ucapkan Tiara.
"Gue cuma ga bisa terima kenyataan yang ada, keluarga gue hancur setelah nyokap lo datang, bahkan kalau gue bisa, gue justru ingin ngembaliin semuanya supaya lo pergi dari hidup gue dan ga ada lagi jejak nyokap lo disini"
"dan itu tandanya kamu juga akan mati kak" lirih Lyodra.
"saat ini pun gue rasanya lagi di bunuh pelan-pelan Ly"
" jantung itu satu-satunya yang tersisa dari mama" Lyodra kembali menangis bahkan isakan nya terasa pilu di telinga Tiara.
Entah dorongan darimana, Tiara menarik tubuk Lyodra kedalam pelukan nya.
Deg..
Deg..
Mata Tiara terpejam kuat sedangkan Lyodra semakin menangis karena untuk pertama kalinya ia bisa mendengar detak jantung mamanya yang kini ada di dalam tubuh Tiara.
***
"sekuat apapun gue benci lo tapi jantung milik nyokap lo ini selalu nolak, gue benci stuasi kayak gini, kenapa harus ada jantung orang yang gue benci di tubuh gue"
Tiara berguman sendiri, kini ia tengah memperhatikan wajah lelap Lyodra yang tidur di samping nya.
Tiara beranjak lalu membuka pintu balkon, semilir angin langsung berhembus menerpa wajah nya. tak ada biola lagi di tangan nya, ia hanya ingin menikmati angin sore yang menyapa lembut wajah nya.
kak Titi lihat, aku buat bangau
bikin lagi Ly katanya kalau banyak permintaan kita bisa terkabul
asik aku mau buat yang banyak
emang kamu permintaan nya apa
aku mau kak titi jadi kakak aku
"dan sekarang terkabul"
Tiara menghela nafas kasar saat memori masa lalu nya tiba-tiba berputar kembali.
"tapi kenapa dengan cara seperti ini"
Tiara menangkupkan kedua telapak tangan nya dan menangis, beban nya terasa banyak saat ini. perceraian orang tuanya, depresi ibunya, sikap ayah nya yang selalu sibuk tanpa memikirkan bagaimana kondisi Tiara.
"kak.."
Tiara mengusap air matanya, ia paling tak suka jika air matanya dilihat oleh orang lain.
Tiara menoleh kebelakang dan mendapati Lyodra yang sudah terbangun dengan wajah polosnya.
"apa?" sahut Tiara, ia mulai berjalan mendekati Lyodra, sepertinya ada sedikit sisi di hatinya yang sudah mulai melunak.
"sini"
Lyodra menepuk tempat tidur di sebelahnya, Tiara hanya menurut lalu menghampiri Lyodra dan duduk di samping nya tapi tanpa ekpresi apapun.
"boleh minta satu hal?" tanya Lyodra.
"apa?"
"Senyum"
Tiara mengerutkan kening nya, entah kenapa suasana menjadi canggung.
"apaan sih Ly" Tiara hendak beranjak pergi namun Lyodra menahan tangan nya.
"senyum itu bisa melunakan hati, aku slalu berharap hati kakak bisa sedikit melunak untuk bisa nerima kehadiran aku disini"
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Terakhir
Fiksi Penggemar"kalau gue bisa, gue justru ingin ngembaliin semuanya supaya lo pergi dari hidup gue" ~Tiara~ "itu adalah harta terbesar yang gue punya saat ini, salah kalau gue cuma mau jaga apa yang saat ini gue punya?" ~Lyodra~