"kalau gue bisa, gue justru ingin ngembaliin semuanya supaya lo pergi dari hidup gue" ~Tiara~
"itu adalah harta terbesar yang gue punya saat ini, salah kalau gue cuma mau jaga apa yang saat ini gue punya?" ~Lyodra~
Tuhan, aku tau saat Kau biarkan aku tersenyum disaat itu juga Kau telah persiapkan aku hal besar yang mungkin tak bisa aku lakukan dengan tersenyum... Tapi aku bersyukur, Kau tau apa yang terbaik untuk ku. Terimakasih telah menanamkan Cinta di dalam hidupku. Aku mencintai hidupku, tapi bolehkah aku merasa lelah dengan semua jalan yang telah aku tempuh? bolehkan aku menyerah dengan segala hal yang membuatku takut?
tap...
setetes air mata jatuh membasahi kertas berwarna biru langit itu. Tiara mengusap pelan tulisan Lyodra yang tertera jelas di depan matanya. sebuah tulisan terakhir dari buku diary yang sekarang telah menguras habis air matanya. Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya menjadi sangat cengeng, biasanya ia akan mencurahkan semuanya pada sang Ibu tapi kali ini berbeda, Tiara harus bisa mengatasi semuanya sendiri.
"Aneh rasanya ada pemandangan Murid teladan di sekolah, bolos di jam pelajaran dan milih nangis di atas rooftop"
Tiara langsung menyeka air matanya saat mendengar suara Anrez di belakangnya.
Anrez menghampiri Tiara dan duduk di sampingnya.
"jangan di tahan, air mata itu bukan tanda kalau kita lemah, air mata itu tanda kalau kita punya perasaan" ucap Anrez, ia menatap Tiara dengan penuh ketulusan.
"Gue udah bilang, jangan deketin gue, lo tau kan Mahen kayak gimna"
Anrez tersenyum, ia menganggukan kepalanya.
"karena aku tau Mahen seperti apa jadi aku harus lindungi kamu"
"keras kepala" Tiara beranjak dan hendak pergi, tapi Anrez menahan tangan nya.
"kalau kamu turun sekarang nanti pasti ketahuan kalau kamu bolos"
Tiara membenarkan perkataan Anrez dan dengan berat hati ia memilih untuk duduk kembali.
suasanya pun menjadi hening, hanya terdengar suara angin yang cukup kencang memecah pikiran mereka berdua.
"buku apa itu?" tanya Anrez saat melihat buku kecil berwarna biru muda yang tak lain adalah Diary Lyodra.
Tiara tak menjawab, ia hanya menatap sendu pada buku yang sejak tadi di pegangnya itu.
"apapun itu kalau buat kamu nangis pasti berkaitan dengan Lyodra, iya kan?" ucap Anrez.
"dia beruntung punya kakak seperti kamu"
Tiara menggelengkan kepalanya.
"Dia seharusnya bisa dapat keluarga yang baik, bukan seperti gue"
"engga Ti, dia selalu banggain kamu di depan kakak aku, dia ngidolain kamu, dia bangga sama kamu, ya aku mungkin ga tau masalah apa yang ada di antara kalian tapi kamu harusnya fokus untuk hal yang ada di depan, ini juga untuk kebaikan Lyodra"
Tiara terdiam, pikiran nya terasa penuh saat ini. Tiba-tiba sebuah foto terlepas dari buku diary Lyodra dan terjatuh tepat di samping kaki Tiara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.