13

1.5K 127 22
                                    

"Nah gitu dong makan nya habis"

Ziva tersenyum senang sambil membersihkan sekitar bibir Tiara dengan tisu.
Tiara tersenyum tipis, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Ziva.

"Ziva, ini udah sore, lo pulang aja"

Ziva menggelengkan kepalanya, ia mana tega meninggalkan Tiara sendiri dengan keadaan nya yang seperti ini.

Pintu perlahan terbuka, Tiara dan Ziva menoleh dan mendapati Lyodra dengan mata sembab nya.

Lyodra menghampiri Tiara tapi ia tak berkata sedikit pun, ia hanya duduk di samping Tiara dengan kepala yang menunduk.

"kenapa?"

Setetes air mata Lyodra jatuh begitu saja saat Tiara mengusap lembut puncak kepalanya.

Lyodra mengusap kasar air matanya, ia mengangkat kepalanya untuk menatap Tiara lalu tersenyum.

Tiara mengerutkan kening nya, entah kenapa ia merasa ada hal lain dari sorot mata Lyodra.

"Ti.. kebetulan udah ada Lyodra, gue pulang ya" pamit Ziva, sebenarnya ia ingin menemani Tiara lebih lama hanya saja ia merasa jika ada yang perlu mereka selesaikan walaupun Ziva tak tau itu apa.

"Makasih Ziv, hati-hati ya" ucap Tiara

"Siap!, ly gue pamit ya"

Lyodra hanya tersenyum dan mengangguk.

Setelah Ziva pulang suasana menjadi hening, Tiara masih menatap Lyodra yang kini hanya terdiam sambil memainkan jari-jari Tiara yang sejak tadi digenggam nya.

"ada apa?" tanya Tiara lagi, entah kenapa ia sangat yakin jika ada sesuatu yang di tahan oleh adiknya itu.

Ponsel Tiara kembali bergetar.

"Ayah?" ucap Tiara saat melihat layar handphone nya.

Tiara melirik kearah Lyodra saat ia merasakan genggaman tangan Lyodra yang semakin erat dan kini Lyodra semakin menunduk.

"iya yah, ada apa?"

Lyodra menunduk menyembunyikan air matanya, ia tau apa yang akan di sampaikan Ayahnya.

Brak..

Lyodra memejamkan matanya kuat-kuat saat mendengar suara handphone Tiara yang terjatuh.

"ibu!!" Tiara menangis dan berteriak, ia nyaris melepas infus tapi Lyodra dengan sigap menahan nya dan langsung memeluk Tiara, Tiara semakin berontak, ia menangis sejadi-jadinya.

Lyodra membiarkan tubuhnya dijadikan pelampiasan emosi Tiara, karena menurutnya rasa sakit nya pasti tak sebanding dengan apa yang Tiara rasakan.

"Lepas!! aku mau ketemu ibu!!"

Lyodra menggelengkan kepalanya, ia semakin memeluk erat Tiara.

"masih ada aku, please.. jangan kayak gini, aku sakit liatnya" lirih Lyodra namun Tiara masih berontak dan memukuli tubuh Lyodra hingga akhirnya tenaga sudah habis, Tiara mencengkram erat baju Lyodra, ia menangis lebih kencang di bahu Lyodra, menumpahkan semua sesak di dadanya.

****

Lyodra menatap pusara ibunya Tiara, semua sudah pulang dan hanya Lyodra dan teman-teman nya yang masih berada di sana, sedangkan Tiara tak bisa ikut ke pemakaman karena kondisinya yang masih lemah, Tiara memaksa untuk pulang dari rumah sakit dan Lyodra hanya bisa mengabulkan permintaan nya tanpa membantah sedikit pun.

"gue ga tau ternyata Tiara punya masalah serumit ini" ucap ziva.

"Banyak hal yang mungkin belum aku tau juga kak, dia orang yang sangat tertutup"

Ziva mengangguk, ia setuju dengan ucapan Lyodra.

"eh udah mulai hujan nih, balik yuk" ajak Samuel dan di angguki oleh semuanya karena saat ini sudah mulai gerimis.

Semuanya kaget saat berbalik dan mendapati Tiara sedikit berlari dengan keadaan yang berantakan, sepertinya ia menangis di sepanjang jalan.

melihat itu Lyodra langsung berlari mencoba menahan Tiara.

"Ayo pulang kak" ucap Lyodra, ia tak ingin keadaan Tiara semakin memburuk apalagi hujan sudah mulai deras.

Tiara mendorong tubuh Lyodra dengan kasar, ia masih bersikeras untuk melihat makam ibunya, walaupun ia beberapa kali harus terjatuh.

"ibu!!"

Tiara berteriak, ia tak peduli bajunya kotor dan basah, ia hanya ingin memeluk ibunya saat ini.

"Maafin Titi, maafin titi"

Siapapun yang melihat itu pasti menangis, Tiara menangis pilu di pusara ibunya dan terus mengucapkan kata maaf.

"udah kak, tante Maya udah tenang di sana, pikirin juga kesehatan kakak"

Lyodra berusaha menarik tangan Tiara namun Tiara menepisnya.

"Semua karena Nyokap Lo! kenapa lo semua datang dan ngancurin hidup gue hah! kenapa!!"

Rahang Lyodra mengeras, ia marah, kesal dan sedih, hatinya benar-benar hancur saat ini.

"Siapa yang harus benci disini? Tante Maya meninggal karena ulah nya sendiri, hidup lo hancur karena jalan hidup yang lo pilih sendiri!!"

Tak ada yang berkutik disini, Ziva, samuel, Keisya dan Novia hanya terdiam, mereka tak pernah melihat Lyodra semarah ini.

"Siapa yang harus nya marah?!, bahkan nyokap gue mati karena nyokap lo dan dia masih bisa kasih pesan terakhir buat donorin jantung nya ke lo kak!! itu adalah harta terbesar yang gue punya saat ini, salah kalau gue cuma mau jaga apa yang saat ini gue punya?, lo dan Ayah itu egois, selama ini gue cukup menderita harus bertahan hidup menjadi keluarga kedua, apa itu yang gue mau? apa itu yang gue harapkan? engga kak!"

"Aaaarghh!!!" Tiara berteriak sekencang-kencangnya, tubuhnya ambruk, Hatinya benar-benar terasa sakit, ia tak pernah siap untuk masalah seberat ini, Tiara menangis bahkan sesekali ia memukul tanah tanpa peduli tangan nya yang bisa saja terluka.

Ingatan Lyodra sudah kembali sepenuh nya, ia ingat betul siapa yang menabraknya 4 tahun yang lalu yang berakibat ia tak bisa melihat mamanya lagi. Ia juga ingat Tiara adalah sahabat kecil nya sebelum mereka tau jika mereka memiliki ikatan darah dari Ayah yang sama.

Tapi hati Lyodra tak sekeras itu, ia tetap lebih sakit saat melihat kondisi Tiara sehancur ini.

Lyodra meraih tubuh Tiara kedalam pelukan nya, Tiara tak berontak, ia justru menangis kencang di dalam pelukan Lyodra, rasanya ada beban yang terlepas lewat tangisan nya.

"aku sayang kakak ada ataupun ga ada jantung mama di tubuh kakak, jangan sedih lagi, aku mohon"

***


Melodi TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang