33. Kenakalan🍁

5.8K 698 143
                                    

Part ter--panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Part ter--panjang. Awas aja kalau ada yg bilang pendek🐳

Yaudah,

-Happy Reading-



Satu hari sebelum olimpiade, itu artinya hari ini adalah hari terakhir Aliza menginjakkan kakinya di sekolah ini. Rasanya sangat berat dan menyakitkan. Ia sudah merasa nyaman di sekolah ini. Mungkin, kedepannya ia tidak akan bertemu lagi dengan Caca, Alano dan teman-teman di sini.

Betapa menyesalnya Aliza sekarang. Andai saja ia bisa mengulang waktu maka ia tidak akan mengambil poster itu. Ia berharap, semoga hari ini waktu berjalan lamban.

Langkah Aliza terhenti saat melihat Alano berdiri menghadap ke sebuah spanduk besar. Di tangannya ada dua spidol berwarna hitam. Karena penasaran dengan apa yang Alano lakukan, Aliza menghampiri Alano.

"Alano?" panggil Aliza membuat Alano tersentak kaget. Alano menoleh, menatap Aliza lega.

Aliza menatap spanduk besar itu. Di sana ada gambar Para pengurus OSIS, yang sudah dinodai Alano. Ya, siapa lagi kalau bukan Alano? Pria itu sedang memegang spidol. Setiap pengurus OSIS entah laki-laki atau perempuan, Alano memberikan mereka kumis. Ada satu orang digambar itu, yang membuat Aliza menggeleng-gelengkan kepala.

Aliza menunjuk seseorang di spanduk itu. "Ini ketua OSIS 'kan? Kamu punya dendam apa?" tanya Aliza melihat wajah sang ketua OSIS tercoret-coret spidol.

Alano tertawa ringan. "Dendam sih enggak. Tapi dia buat program yang buat kita menderita. Ya, gue sebagai murid gak terima dong. Kita juga boleh menyampaikan pendapat, nah ini salah satu cara menyampaikan pendapat."

"Memangnya, Lano kenapa gak suka sama programnya?" tanya Aliza, mempercayai ucapan Alano.

"Lo tau, kenapa sekolah ini masuknya pagi-pagi buta kayak gini?" Alano balik bertanya, dibalas anggukkan oleh Aliza. "Nah! Itu dia! Kami udah gak kuat. Lo mau coba?"

Aliza menggelengkan kepalanya. "Enggak-enggak! Aliza nonton aja," tolak Aliza.

"Serius? Asik lo," tawar Alano menyodorkan spidol pada Aliza.

Aliza menggeleng cepat sedari mundur beberapa langkah. "Enggak, coret-coret muka orang itu gak sopan walau cuma gambar. Aliza mau nontonin Lano aja."

Alano tertawa, kepalanya menggeleng-geleng pelan. Pria itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Sementara Aliza, hanya bisa menonton. Ia ingin menjadikan hari ini adalah hari terakhir yang membahagiakan. Tanpa sadar, setetes air mata luruh begitu saja. Dunia indahnya akan berakhir hari ini. Untuk selanjutnya, ia tidak bisa melihat Alano lagi, ia tidak bisa melihat Caca lagi dan sekolah ini.

"Alano ...," panggil Aliza lirih. Ia ingin bercerita semuanya kepada Alano. Mengeluarkan seluruh keluh kesahnya serta beban terpendam. Semenjak Rafael tahu tentang poster itu, Rafael semakin bertindak gila. Pria itu tak segan-segan melukainya tanpa belah kasih dan itu yang membuat Aliza takut.

Allovela [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang