HAPPY READING
***
Setelah Rafael dan Aliza keluar dari tempat wisata kolam renang, Rafael tiba-tiba ditelepon oleh seseorang. Amarah Rafael seketika bertambah menjadi dua kali lipat. Tentu saja Aliza ketakutan, Rafael bisa melakukan apa pun ketika marah. Sungguh, saat ini Aliza sangat ketakutan. Dia hanya bisa diam dan menurut. Sekecil apa pun kesalahannya pasti akan dibesar-besarkan.
Aliza berjalan cepat mengikuti langkah Rafael. Matanya tertuju pada seorang anak kecil yang menjilati es krim. Melihat itu, dia jadi menginginkan es krim. Aliza bahkan sudah lupa, rasa es krim seperti apa.
Rafael menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Aliza terlonjak kaget. Dia sedikit mendongkak, menatap takut-takut ke arah Rafael. "A-ada apa, Kak? Ke-kenapa—"
"Es krim?" potong Rafael cepat. Tahu apa yang sedang Aliza inginkan saat ini.
"Huh?! A-apa Kak? Liza—"
"Mau atau tidak? Kakak akan belikan?"
Aliza mengangguk antusias. "Iya Kak. Liza mau!" jawab Aliza seperti anak kecil. Rafael menarik lengan Aliza ke arah tukang es krim. Tempatnya lumayan ramai, Aliza yakin kalau Rafael tidak akan mau mengantre tapi salah! Rafael dia ikut mengantre demi es krim.
Panas terik matahari membuat Aliza sedikit pusing. Kulitnya memerah, dia memang tidak bisa terkena sinar matahari langsung. Rafael membuka topinya lalu memakaikannya ke kepala Aliza. "Panas, kulit kamu sudah memerah," ucap Rafael sedari mencari-cari tempat berteduh. "Kamu berteduh dulu di sana, inget jangan ke mana-mana." Rafael menunjuk sebuah tempat teduh.
Aliza menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak, Aliza kuat. Aliza mau di sini aja!" tolak Aliza. Dia takut, jika kejadian tadi terulang lagi. Entah apa yang terjadi pada Rafael. Di tempat yang seramai ini tidak menutup kemungkinan dia akan kesasar atau terdorong-dorong oleh orang lain. Rafael tidak mau tahu, pria itu pasti akan menganggapnya telah kabur.
Rafael tersenyum. "Kalau kamu pingsan, kita gak jadi ke sana loh. Tapi ... kalau kamu mau terserah."
"Aliza kuat kok. Aliza gak akan pingsan."
"Ke sana dulu Aliza. Jika kejadian tadi terulang lagi, saya tidak akan emosi. Ini panas, Kakak gak mau kamu kepanasan," titah Rafael lembut sambil mengusap-usap wajah Aliza.
Aliza mengangguk kikuk setelah itu pergi meninggalkan Rafael. Bukannya dia tidak mau meneduh, tapi dia takut ada lelaki yang menjailinya lagi. Bohong saja kalau Rafael tidak emosi, dia jamin 100% Rafael akan naik pitam. Saat berjalan, Aliza tidak sengaja menyenggol orang. Kepala Aliza menunduk, tidak berani untuk menatap wajah orang itu.
"I'm sorry. Saya tidak melihat," ucap orang itu merasa bersalah. "Halo— tadi kamu ngomong apa?" Masih dalam posisi menunduk, Aliza menggeleng kemudian berlari menjauhi pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allovela [TAMAT]
Novela JuvenilWarning! 16+ "Bagi Kakak kamu itu kayak kapas. Ringan dan mudah dihempaskan." Ini tentang Aliza sang gadis tertutup. Hidupnya tertutup begitu pula matanya. Diculik selama sembilan tahun membuatnya menyayangi sang penculik sebagai mana seorang adik...