31. Gadis Nakal🍁

6.2K 711 80
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zella menatap punggung calon suaminya. Pria itu sedang melihat-lihat bingkai foto yang terpajang di dinding ruang tamu. Beberapa hari yang lalu, Zella dan Gadha resmi bertunangan. Tidak terlalu banyak pertanyaan dari keluarga Gadha, mereka sepertinya sudah percaya penuh pada pilihan Gadha atau mereka terlebih dahulu mencari tahu latar belakangnya?

Awal mula, Zella tidak percaya. Dia pikir Gadha hanya sekadar membuat lelucon. Tidak, Gadha bukanlah tipe orang yang suka bercanda. Pria itu selalu menepati ucapannya.

"Kamu punya adik berapa Zella?" tanya Gadha, tatapannya tak teralih dari sebuah bingkai foto.

Zella berjalan, mendekati calon suaminya. Dia menatap foto itu, karena di sana ada Keyza—adik perempuannya, yang sudah lama menghilang. "Itu ... aku punya dua adik, Bagas dan Keyza. Tapi ... Keyza, diculik saat dia berusia sembilan tahun."

Gadha berdecak. "Sayang sekali, kemungkinan besar dia sudah tiada."

Zella menggeleng, tidak menerima ucapan Gadha. "Enggak, Al. Key masih hidup, aku sangat yakin."

"Kamu tahu siapa yang menculiknya?"

Zella mengangguk. "Iya. Aku tahu, dia temanku. Ah, tidak! Kami sudah menganggap dia sebagai keluarga kami sendiri tapi ... dia malah menculik Key."

"Saya akan membantumu, Zella. Jika kamu sangat yakin dia masih hidup, maka dia pasti masih hidup. Kamu punya ikatan kuat dengan dia. Berdoalah, semoga saya bisa membantumu."

***

Sedari tadi kedua sudut bibir Aliza mengembang. Matanya berbinar tatkala matahari sore tenggelam. Sekarang ini, Aliza sedang berada di sebuah vila. Balkonnya langsung menghadap ke pantai, dari sini Aliza bisa melihat pantai langsung.

"Gimana? Senang?" tanya Rafael tiba-tiba. Aliza menoleh, lalu mengangguk.

"Aliza senang! Suara ombak, angin sepoi-sepoi, suara pohon bergoyang dan ... keindahan sunset. Benar-benar, wow!" seru Aliza menghirup udara dalam-dalam.

Rafael tersenyum tipis. "Kita jauh dari perkotaan. Besok malam kita pulang tapi untuk malam ini, kita akan menginap di sini."

Aliza terdiam, apa kata Rafael tadi? Menginap? Itu artinya dia tidak sekolah besok? Padahal guru matematika ingin memberikan soal-soal latihan. Bagaimana cara Aliza berbicara tentang ini pada Rafael?

"Tapi, Kak. Besok—"

"Saya tidak suka ada tapi, Aliza. Buanglah kata itu ketika berbicara dengan saya," potong Rafael dingin. Raut wajah hangat itu berubah dengan sangat cepatnya.

"A-Aliza, itu ... soal-soal olimpiade."

"Minta pada temanmu. Gunakan otakmu sebelum bicara. Sial, mood saya jadi berantakan!" desis Rafael lantas pergi meninggalkan Aliza.

Allovela [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang