"Cinta? Sebuah kegilaan nyata dalam hidup."
-Rafael
.
.
.Bagaimana rasanya ketika luka basah ditetesi air cuka? Perih dan sakit bukan? Rasa sakitnya berubah menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Sama halnya seperti Rafael Redzasa, pria itu sedang patah hati sekarang. Hatinya terasa sakit dan remuk. Bisa saja ia merebut Aliza kembali, tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Untuk menjadi seorang kakak yang baik untuk Aliza.
Melupakan tak semudah yang ia kira. Sangat-sangat sulit, sesulit mengangkat ribuan beton besi dipunggungnya. Mencintai seseorang bahkan bisa dalam satu kedipan mata, tapi percayalah melupakan seseorang butuh waktu cukup lama.
Seandainya, Rafael tidak menculik Aliza mungkin ia masih menjalin cinta dengan Zella. Kebodohan ini telah membuat harga dirinya hancur, benar-benar hancur. Ia seperti tak mempunyai harga diri lagi di hadapan keluarga Abrisam.
Aliza semakin termakan oleh gombalan Alano. Kepalanya seperti terbakar ketika pria itu seenak jidatnya bermesraan dengan Aliza. Ia ingin mengutuk pria itu, tapi sayang beribu sayang, pria itu menjadi alasan atas kebahagiaan Aliza. Semakin hari, Aliza sudah tidak bisa dikendalikan olehnya. Gadis itu semakin keras kepala, semua itu karena Alano. Ya, ia sangat marah pada Alano.
Hari ini Pedric, kepala keluarga Abrisam memintanya untuk datang. Keadaan seakan berubah menjadi sejak kala. Di mana, hanya ada keluarga harmonis dan saling menyayangi. Pedric menganggap Rafael seperti anaknya sendiri, dan Rafael merasa malu akan hal itu. Setelah ia menculik Aliza, mereka masih bisa bersikap baik seperti ini.
Rafael duduk di tengah-tengah keluarga Abrisam. Ada Pedric, Bagas, Zella dan Gadha—suami Zella. Mereka—Zella dan Gadha—menikah seminggu yang lalu, ia tak menyangka Zella bisa menikahi pria kaku seperti Gadha.
"Rafael ... saya ingin membicarakan sesuatu," ucap Pedric, menatap Rafael serius.
Rafael tahu sekali, apa yang akan dibicarakan oleh pria tua itu.
"Kamu tinggal sendirian dan tak ada yang mengurusmu. Jangan terus sibuk dengan pekerjaanmu, urusi dirimu sendiri dulu," lanjut Pedric.
Rafael menghela nafasnya panjang. "Tapi saya masih senang dengan kehidupan seperti ini," balas Rafael santai. Raut wajahnya biasa, tak menunjukkan ketegangan sedikit pun.
"Menikahlah Rafael. Usiamu sudah matang, jangan beranggapan kalau kamu bisa hidup sendiri," kata Pedric. Rafael hanya diam, sementara yang lainnya menyimak pembicaraan.
Kepala Rafael mendongkak sempurna. "Tentu. Saya akan menikah nanti."
"Tapi kapan, El? Kalau kamu gak bisa cari jodoh, aku bisa bantu cari. Kebetulan aku kenal dengan orang-orang yang mungkin menjadi kriteriamu," timpal Zella terburu-buru. Rafael terkekeh pelan, terlihat sekali kalau ia sedang didesak untuk menikah. Mereka pikir ia akan mengganggu hidup Aliza. Ya, karena itulah mereka mendesaknya untuk menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allovela [TAMAT]
Genç KurguWarning! 16+ "Bagi Kakak kamu itu kayak kapas. Ringan dan mudah dihempaskan." Ini tentang Aliza sang gadis tertutup. Hidupnya tertutup begitu pula matanya. Diculik selama sembilan tahun membuatnya menyayangi sang penculik sebagai mana seorang adik...