36. Pengampunan🍁

5K 699 163
                                    

Yg nyesel awas aku tabok😑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yg nyesel awas aku tabok😑

.
.

Jika seseorang melakukan sebuah kebaikan, maka kebaikan jugalah balasannya. Begitu sebaliknya, jika seseorang berbuat kejahatan maka kejahatan juga balasannya. Kadang seseorang tidak bisa menyadari akan sebuah kesalahan yang telah diperbuat jika kejahatan itu dibalas kebaikan.

Rafael Redzasa dengan nama asli Derafael Arkeano telah berbuat kejahatan maka ia pantas dihukum. Penjelasan dan bukti CCTV telah membuktikan sebuah kebenaran. Keluarga Abrisam tidak salah, mereka tidak mengetahui adiknya telah tenggelam. Aliza atau Keyza, gadis itu ingin menolong adiknya. Benar, hanya dirinya yang bersalah bukan orang lain.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, seorang Rafael akan mendekam di penjara. Rafael tidak membantah apa pun, ia menerima semuanya. Ia menyadari atas semua kesalahannya.

Kemarahan dari Grizella terlihat jelas di wajahnya. Kaki dan tangan wanita itu terasa gatal, jika wanita itu melihat Rafael dalam kondisi baik-baik saja. Mungkin, tadi saat Aliza dibawa oleh Bagas, wanita itu masih menjaga image di depan kekasihnya. Berbeda dengan sekarang, wanita itu datang menemuinya langsung di dalam sel tahanan.

Rafael mendongkak, ia bangkit dari duduknya. "Silakan memaki-maki saya, Griz. Saya akan mendengarkan makianmu," ucap Rafael santai. Ia kembali duduk di kursi semen yang menyatu dengan lantai.

Zella menggeram marah, kedua tangannya terkepal. "Persetan! Aku yakin kamu sudah melecehkan adikku! Juga melukai fisik dan batinnya juga!"

Rafael diam, memandang lurus ke depan.

"Kenapa kau diam saja huh! Jawab, brengsek!" maki Zella mendorong tubuh Rafael.

Rafael bangkit dari duduknya, saat ini ia merasa sangat hina. Ia memandang Zella datar. "Ya benar! Saya melukainya, saya suka membentaknya dan ... saya hampir melecehkannya."

Plak!

Zella menampar Rafael dengan sangat keras, membuat wajah Rafael terhuyung ke samping. Rafael mengusap-usap wajahnya. "Saya mencintainya, Zella! Saya mencintainya! Karena itu saya selalu menjaga dia! Saya juga merawatnya seperti adik saya sendiri. Dia tujuan hidup saya, dia penyebab kenapa saya sukses!" teriak Rafael penuh penekanan. Kemarahan dan rasa kesakitan telah mengadukan emosianalnya. "Tapi ... karena dendam, saya hilang akal. Saya menjadi pemarah, saya menjadi tempramental, kejiwaan saya terganggu!"

Zella mengangkat jari telunjuknya ke arah Rafael. "Kau—"

"Diam!" bentak Rafael memotong ucapan Zella, "saya memang mencintainya dan saya juga sangat menyayanginya, tapi ... saya selalu melihat dia sebagai Raline bukan seorang yang saya cintai. Kalau itu terjadi, mungkin saya sudah melakukan sesuatu pada gadis itu."

Rafael menghela nafasnya panjang. "Saya tidak pernah berbuat diluar batas. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa memeriksanya sendiri."

Zella lagi-lagi terdiam.

Allovela [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang