Seorang pria berjalan santai, memasukan kedua tangannya ke saku celana. Kakinya melangkah dengan gagahnya bak berjalan di atas red carpet. Pria itu bernama Alano Erick Althalan, seorang pria dengan julukan si pembuat onar itu sering membuat para kaum hawa menjerit sampai sesekaki melempar sesuatu. Bukan bunga atau pun cokelat tapi—sebuah gumpalan kertas. Dia tampan, keren, dan pintar hanya saja, sikap dia membuat orang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Takjub, keberanian Alano patut diacungi jempol. Alano pernah mencoret-coret wajah calon ketua OSIS, sampai para guru murka melihat kekonyolan Alano. Tak hanya itu, pria itu juga melaporkan kejadian yang tak pernah terjadi ke ruang BK. Contoh saja, Alano melaporkan ada tindak pembullyan di belakang sekolah tapi ternyata—tidak, dengan wajah konyolnya Alano mengatakan kalau ini hanya prank. Alhasil, Alano dihukum berdiri di depan lapangan sampai jam pulang.
Alano tidak sedih, malah dari beberapa kejadian itu membuatnya kecanduan. Seperti meminum narkoba, walau dia tak pernah mencobanya. Prinsipnya ‘mengganggu?’ coba saja, kalau ingin cepat-cepat keluar dari sekolah ini maka dia akan membantunya. Kalian jangan berpikir, kalau Alano anak pemilik sekolah, tidak! Kisahnya tidak sependek dari seorang pria yang mengklaim seorang wanita untuk menjadi kekasihnya. Karena takut pria itu anak pemilik sekolah, sang wanita tidak bisa menolaknya.
Menurut pandangan Alano, cinta itu hanya sebatas bertemu, dekat, pacaran dan berakhir. Skema itu selalu terjadi pada masa remaja. Jarang sekali ia mendapati skema; bertemu-dekat-pacaran-menikah. Saat-saat remaja, percintaan lebih rentan bermain-main. Seperti salah satu sahabatnya Brynova. Kata cinta hanya untuk permainan semata.
“Gimana? Kena timpuk?” tanya seseorang sambil tersenyum mengejek.
Alano duduk di atas meja memandang orang itu sinis. “Sebenernya gue suka orang nimpuk gue pakek gulungan kertas, berasa idola yang dihujani bunga oleh para fans.”
Bryn—teman Alano— berdecih. “Fans bapakmu!”
Brynova Angkasa, seseorang cowok yang sudah menyandang gelar sebagai cowok terplayboy sesekolah ini, sejak kelas sepuluh. Dia tidak suka ketika ada orang yang memanggil namanya dengan Bri atau Brinova atau Nova. Panggil saja dia Bry bukan Bri tapi Braèin atau Bray, salah satu sahabat Alano.
“Bokap gue gak ada masalah ya sama lo! Kenapa lo bawa-bawa bokap gue! Mau lo jadiin simpenan?”
Bryn bergidik ngeri, dia menoyor kepala Alano. “Astagfirulah. Mulut lo emang harus disumpel pakek bubuk teajus!”
“Dari pada buat nyumpel mulut gue mending buat jualan. Lumayan kan untungnya bisa beli gorengan? Mantep gak?”
“Kita bolos yuk, Lan?” ajak Bryn menaik turunkan alisnya.
Mendengar kata ‘bolos’ membuat mata Alano berbinar. Tak pernah sekali pun, Bryn mengajaknya untuk bolos. Perlu diketahui, Bryn anak baik-baik hanya saja cowok itu sering mempermainkan hati orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allovela [TAMAT]
Novela JuvenilWarning! 16+ "Bagi Kakak kamu itu kayak kapas. Ringan dan mudah dihempaskan." Ini tentang Aliza sang gadis tertutup. Hidupnya tertutup begitu pula matanya. Diculik selama sembilan tahun membuatnya menyayangi sang penculik sebagai mana seorang adik...