Tarik nafas,
Embuskan....
Tarik nafas lagi,
Embuskan!Siap? Okelah
Happy reading!
Suara burung berkicau dengan sangat merdunya, serta sinar matahari menerebos masuk lewat jendela kaca kamar Aliza. Setelah Rafael membuka tirainya, matahari pagi langsung menyoroti wajah lelap Aliza. Rafael tersenyum kecil, melihat wajah lelap Aliza seperti melihat air sungai mengalir dengan sangat tenangnya.
Kaki Rafael melangkah pelan, mendekati sosok bidadari berwujud manusia. Kecantikan Aliza mungkin bisa mengalahkan kecantikan bidadari. Kulit putih bersih nan pucat, wajah tirus, imut dan menggemaskan. Rafael selalu memuji kecantikan Aliza Raline. Gadis itu mirip sekali dengan mendiang istri Pedric. Cantik, sekali.
"Aliza," panggil Rafael pelan. Ia duduk di dekat dipan, mengusap lembut rambut Aliza. Masih sama, Aliza tidak bisa bangun dengan suara atau usapan lembut seperti ini.
"Hei, bangun." Kali ini Rafael mengguncangkan bahu Aliza. Tidak bangun dengan guncangan, Rafael menjewer telinga Aliza kuat membuat Aliza bangun meringis kesakitan.
"Ba-bangun ya?" tanya Aliza kebingungan. Gadis itu menguap, sebelah tangan menutup mulut dan sebelahnya lagi menggaruk tengkuk.
Rafael mengambil segelas susu yang tadi ia bawa, lalu menyodorkannya ke arah Aliza. "Minum ini. Setelah itu mandi," titah Rafael lembut. Aliza terdiam sejenak, tak lama gadis itu mengambil gelas itu lalu meneguknya sampai habis.
Bukannya bangun, Aliza malah tertidur kembali. Gadis itu menarik selimutnya hingga seluruh tubuhnya tertutup. Rafael berdecak, menyibak selimutnya kembali.
"Aliza, kata kamu hari ini ulang tahun Alano? Kenapa kamu malas-malasan kayak gini, Dek."
"Aliza ngantuk, Kak Rafa. Lima menit ya? Tolong Aliza ngantuk banget," ucap Aliza memohon, setelah itu Aliza kembali terlelap.
Rafael memperhatikan gelas kosong bekas susu tadi. Sebelah sudut bibirnya terangkat. Bahkan, Aliza tidak tahu susu itu sudah tercampur obat tidur. Sengaja, ia ingin Aliza yang mengucapkan selamat ulang terakhir ke Alano.
"Tidur yang nyenyak ya, Dek. Hari ini hari libur, harusnya kamu istirahat di sini," ucap Rafael mengecup kening Aliza singkat. Ia bangkit, berjalan menuju kaca balkon kemudian menutupnya. Kali ini, tak akan ada yang mengaggu jam istirahat Aliza.
"Alano, Alano."
***
Aliza mengucek-kucek matanya pelan. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Kepalanya mendongkak, menatap ke arah jam dinding. Sontak matanya membulat, ketika jam sudah menujukan pukul 3 sore. Kenapa ia bisa tidur selama itu?
Cepat-cepat ia bangkit dari tempat tidurnya. Bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Bagaimana ini, Alano pasti menunggunya. Padahal ia ingin membuat suprise ulang tahun Alano. Jam 4 nanti ia menyuruh Alano ke taman, apa mungkin 60 menit cukup untuk bersiap?
KAMU SEDANG MEMBACA
Allovela [TAMAT]
Novela JuvenilWarning! 16+ "Bagi Kakak kamu itu kayak kapas. Ringan dan mudah dihempaskan." Ini tentang Aliza sang gadis tertutup. Hidupnya tertutup begitu pula matanya. Diculik selama sembilan tahun membuatnya menyayangi sang penculik sebagai mana seorang adik...