1. Alasan Menculik🍁

19.9K 1.4K 73
                                    

Setelah habis-habisan dimarahi dan diberi sedikit hadiah, Aliza memakan suapan Rafael  tanpa ada keraguan sedikit pun dalam hati juga pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah habis-habisan dimarahi dan diberi sedikit hadiah, Aliza memakan suapan Rafael  tanpa ada keraguan sedikit pun dalam hati juga pikirannya. Padahal bisa saja Rafael menuangkan racun ke makanan. Apa pun itu, Aliza sangat mempercayai Rafael seperti kakak kandungnya sendiri. Meski makanan yang dibawa oleh Rafael adalah makanan beracun, dia tetap memakannya. Terkadang dia sangat sedih, menerka-nerka tentang keluarganya. Mengapa tidak ada satu pun dari anggota keluarganya yang mencari keberadaannya.

Wajah Rafael sangat tampan. Orang pasti akan tertipu ketika melihat wajahnya yang memesona. Nyatanya Rafael tak baik kelihatannya. Sikapnya berubah-ubah dan lebih condong ke arah menyeramkan. Kadang Rafael sangat menyeramkan, kadang juga Rafael sangat baik—memperlakukan Aliza layaknya seorang kakak menyayangi adiknya. Namun ketika pria itu marah, rasa-rasanya Aliza ingin mati saja.

Seusai Aliza memakan suapan terakhir, Rafael menyimpan piring kosong itu di atas nakas. Memperhatikan wajah Aliza dengan sangat detail. Putih nan pucat itulah deskripsi warna kulit Aliza. Satu lagi, wajahnya sedikit memerah karena Rafael telah menamparnya berulang kali. Kini Aliza tengah ketakutan. Tubuh bergetarnya terlihat dengan amat jelas. Melihat itu Rafael menyuingkan senyumannya, senyuman yang terlihat menyeramkan.

"Kakak hanya minta dua darimu. Menurut dan jangan pergi." Rafael mengembuskan nafasnya. "Kakak lelah terus-terusan menyakitimu."

"Perut Liza sakit," ucap Aliza meringis sambil meremas perutnya.

"Sejak kapan?"

"Tiga hari yang lalu," jawab Aliza gugup.

"Kenapa kamu tidak bilang pada Bi Nilam?"

"Liza gak mau buat Kakak khawatir."

Rafael berdecak pelan. "Kita ke rumah sakit sekarang."

ooOoo

 
Rafael berkali-kali menoleh ke arah Aliza. Memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Sebenarnya membawa Aliza keluar sangatlah membahayakan. Keluarga asli gadis itu mempunyai banyak kekuasaaan. Kerabat, sanak saudara dan rekan-rekan keluarga Aliza berkeliaran di daerah ini. Sejenak dia bergeming lalu beberapa saat kemudian terkekeh pelan, memikirkan keluarga itu sangat payah. Selama bertahun-tahun, keluarga itu tidak berhasil menemukan gadis yang kini ada di sampingnya. Semua penampilan Aliza diubah olehnya. Perubahan itu tampak jelas seiring berjalannya waktu. Dia yakin, tidak aka nada yang bisa mengenalinya. 

Rafael menghentikan langkahnya membuat Aliza yang berada di dalam genggaman Rafael pun ikut terhenti. Dia menatap sebuah poster kertas. Lagi-lagi dia tersenyum miring.  Poster tersebut berisi informasi tentang pencarian anak hilang. Sudah bertahun-tahun putri mereka menghilang, rupanya tak kunjung menyerah. Sembilan tahun bukan waktu yang singkat. Mengapa mereka tak kunjung menyerah-menyerah juga? Dia menunggu saat di mana mereka semua menyerah dan menganggap putri emas mereka sudah mati. Bukankah wajah seorang gadis berusia 9 tahun berbeda dengan wajah 18 tahun? Lagi, Aliza dulu begitu gemuk, sangat-sangat gemuk. Jika dibandingkan dengan sekarang, perbedaan itu sangat terlihat jelas. Buktinya sekarang Aliza kurus, sangat-sangat kurus. Wajah gempal itu berubah menjadi wajah tirus. Dia yakin mental Aliza sudah rusak.

Allovela [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang