Bagaimana kabarnya? Selamat membaca
Sudah tiga hari Aliza tidak masuk sekolah membuat Caca cemas. Tidak hanya Caca, Alano dan Bryn pun ikut cemas. Walau mereka hanya diam tak mengutarakan apa yang mereka pikirkan, tapi Alano bisa merasakan aura itu. Merasakan kalau perasaan yang sedari tadi dirasakan olehnya sama persis seperti apa yang dirasakan oleh Caca dan Bryn. Terutama Caca, gadis itu sejak kemarin terlihat murung. Dia jadi datang ke sekolah lebih awal setelah itu mengamati pintu, mencari-cari seseorang.
Alano bangkit, menghampiri wali kelas yang sedang menyapa murid kelasnya. Biasa, setiap beberapa hari sekali wali kelas akan menanyakan keadaan kelas. Apakah terjadi masalah atau tidak.
Freya—wali kelasnya— menghentikan bicaranya sesaat, matanya tertuju pada Alano. Keningnya mengernyit, menanyakan lewat tatapan. Ada gerangan apa Alano menghampirinya? Jelas sekali Freya sedang berbicara saat ini.
"Bu," panggil Alano setengah berbisik. Barisan paling depan masih bisa mendengar suara Alano. Tidak ingin menyia-nyiakam kesempatan, beberapa murid yang duduk dibarisan paling depan menguping pembicaraan Alano dan guru.
"Ada apa Alano? Kamar mandi? Kamu itu kebiasaan!" tebak Freya seperti tahu apa yang Alano inginkan.
"Bukan, Bu." Alano menggeleng. "Saya ingin menanyakan, apakah Aliza keluar dari sekolah ini?"
Mata Freya sontak membulat. "Kamu tahu dari mana Alano! Dia tidak sekolah karena sakit. Dua hari yang lalu, kakaknya menelepon saya. Dia bahkan datang ke sekolah dan memberikan surat izin dari Dokter."
Alano menghela nafas lega. Pikiran buruk tentang Aliza keluar sekolah meledak seketika. Bersyukur sekali Aliza tidak pindah sekolah. "Yaudah Bu, terima kasih. Saya hanya menanyakan it—"
"Selamat pagi, Bu guru," sapa seseorang di ambang pintu, memotong ucapan Alano. Suara itu berhasil membuat semua tatapan tertuju pada orang itu.
"Oh, Aliza? Kamu udah sembuh, Nak?" tanya Bu Freya dengan nada ceria, "ayo Nak, sini masuk."
Aliza tersenyum sedari menghampiri Bu Freya. "Aliza sudah baikan, Bu. Maaf kalau Aliza telat," jawab Aliza merasa bersalah sambil mencium punggung tangan Bu Freya sopan.
Alano diam, tetap berdiri di posisi awal. Pandangannya tak bisa lepas dari Aliza. Sekilas Aliza sempat menatapnya setelah itu tatapannya kembali ke Bu Freya.
"Ah, gak papa Aliza. Saya bisa mentolerir, karena kamu baru saja sembuh," balas Bu Freya.
"Kalau gitu ... Aliza duduk dulu ya Bu," pamit Aliza dibalas anggukan oleh Bu Freya. Gadis itu melenggang pergi, menuju ke tempat duduknya sementara Alano masih diam di tempat.
"Alano, kamu gak duduk?" tanya Bu Freya membuat Alano tersentak kaget. Cepat-cepat dia kembali ke tempat duduknya.
"Oke. Hari ini masuk jam penjas ya?" tanya Bu Freya dibalas anggukan oleh para murid, "kata Pak Jarkoni kalian langsung baris di lapangan. Seperti biasa, kalian melakukan pemanasan dulu dipimpin oleh PJ penjas. Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Allovela [TAMAT]
Ficção AdolescenteWarning! 16+ "Bagi Kakak kamu itu kayak kapas. Ringan dan mudah dihempaskan." Ini tentang Aliza sang gadis tertutup. Hidupnya tertutup begitu pula matanya. Diculik selama sembilan tahun membuatnya menyayangi sang penculik sebagai mana seorang adik...