39. Demam

186 41 17
                                    

Vote dulu sebelum baca!!!

*

*

*

*

"Rael, pelan-pelan dong! Gua susah ngimbanginya nih," seru Abel yang tengah berusaha mengayuh sepedanya secepat mungkin.

Rael sudah jauh di depan sana, meninggalkan Abel. Rael berhenti di sebuah taman. Dia berdiri menunggu Abel.

Abel akhirnya tiba di taman, gadis itu terengah-engah.

"Capek?" tanya Rael.

"Menurut lo?" kesal Abel.

"Iya."

Abel mendengus kesal.

"Lo tunggu sini, gua beli minuman dulu!" ucap Rael kemudian ia berjalan menuju minimarket yang letaknya tidak jauh dari taman.

Sambil menunggu Rael, Abel duduk di ayunan taman. Dia tersenyum melihat pemandangan taman yang sangat indah. Banyak sekali lebah dan kupu-kupu yang beterbangan di sekitar bunga-bunga.

Abel merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Abel menoleh ke samping, Rael tengah berdiri di sana dengan dua kaleng minuman di tangan.

"Senyum-senyum sendiri, sinting lo?" tanya Rael.

"Berisik!" kesal Abel, dia mengambil minuman itu dari Rael.

Rael terkekeh, lalu ia duduk di ayunan yang lain, di sebelah Abel.

"Tamannya bagus banget, gua jadi pengin sering-sering dateng ke sini," celutuk Abel.

"Ya udah kalau gitu tiap minggu kita main sepeda aja ke sini."

"Boleh," seru Abel bersemangat.

Senyum Rael seketika mengembang. Membayangkan setiap minggu dia bermain sepeda dengan Abel, sungguh membuat jantung Rael bedebar-debar tak karuan. Rael bahagia, sangat bahagia, belum pernah hidup Rael penuh warna seperti ini. Ini semua karena Abel. Entah sejak kapan perasaan cinta itu muncul di hati Rael. Yang pasti Rael tidak akan membiarkan Abel pergi dari sisinya. Abel adalah cinta pertama Rael dan akan menjadi cinta terakhir Rael, dia bersumpah.

"Eh kok tiba-tiba mendung?" celutuk Abel panik.

Benar saja, langit memang mendadak mendung. Padahal tadi masih cerah.

"Pulang yuk!" ajak Abel.

"Oke," sahut Rael, sebenarnya ia agak sedih, baru saja mereka mengobrol.

* * * *

"Meong...."

"Meong...."

"Meong...."

Abel menghentikan sepedanya begitu mendengar suara kucing di sebuah bangunan tua yang bagian atapnya sudah roboh.

"Heh, lo kenapa berhenti di sini?" tanya Rael. Ia tadinya bersepeda di depan Abel, namun karena melihat Abel berhenti ia segera putar balik.

"Tadi gua denger suara kucing di dalam bangunan itu. Keliatannya lagi kesakitan," jelas Abel, menunjuk ke arah bangunan.

"Ya terus kenapa?" tanya Rael malas.

"Pengin liat."

"Nggak usah, bentar lagi hujan. Kita harus cepet-cepet sampai rumah."

"Nggak pa-pa lah, bentar doang," ucap Abel, dia segera berlari menuju bangunan.

"Ck, aneh-aneh aja," kesal Rael, dia segera berlari mengejar Abel.

Friendship And Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang