41. Minta Maaf

178 38 2
                                    

Vote dulu sebelum membaca!!!

*

*

*

*

"Bangsat, kenapa lo nggak beli rokonya hah?" seru Satria, dia menarik kerah seorang pemuda berkaca mata yang tubuhnya gemetar hebat.

"Ma-maaf, gu-gua lupa karena ta-tadi gua ke-kesiangan berangkat sekolah," jawab pemuda itu gagap.

"Ya terus lo pikir kita peduli?" tanya Erix dingin. "Cepet beli sekarang!"

"Ta-tapi kan kita nggak boleh keluar dari sekolah," cicit pemuda itu.

Plak!

Satria menampar mulut pemuda itu, membuat sudut bibir si pemuda sedikit berdarah. "Lo pikir kita peduli? Kita cuma mau lo beliin kita rokok sekarang! NGERTI NGGAK?"

"Ada apa ini?"

"Rael!" seru Erix.

Rael menatap Erix, Satria dan si pemuda dengan wajah datar, kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. "Gua tanya ada apa ini?" ulangnya.

"Si banci ini lupa beliin kita rokok hari ini," jawab Satria.

"Lepasin dia?" ucap Rael tegas.

"Hah?" ujar Satria.

"Lo apa-apaan sih Rael? Biasanya lo nggak kaya gini," seru Erix dengan nada kesal.

"Nggak usah banyak bacot, lepasin dia!" perintah Rael dingin.

"Ck, pergi lo!" bentak Satria kepada si pemuda.

"Rael, akhir-akhir ini lo aneh. Setiap diajak pesta nggak pernah mau, ngerokok nggak mau bahkan bolos juga nggak mau. Lo kenapa sih?" tanya Erix.

"Sebentar lagi kita kelas dua belas, gua mau berusaha menjadi murid yang lebih baik," jawab Rael.

"Atas perintah siapa? Nggak mungkin lo nurut sama bokap lo." ucap Erix. "Atau mungkin karena Abel? Sejak lo deket sama dia, sikap lo berubah total."

"Kenapa lo kayak gini? Suka lo sama Abel?" tanya Satria.

"Itu bukan urusan kalian," jawab Rael lalu dia memandang si pemuda. "Lo, ikut gua!" ucapnya lalu ia berjalan pergi diikuti si pemuda.

"Ck sialan lo, Rael," desis Satria. "Ini semua gara-gara Abel."

"Kita harus lakuin sesuatu agar Abel berhenti mempengaruhi Rael!" ucap Erix.

"Lo bener," sahut Satria, tersenyum licik.

* * * *

"Ke-kenapa, Rael?" tanya si pemuda dengan tubuh bergetar, kepalanya tertunduk.

"Maaf, Dayat!" ucap Rael.

Si pemuda bernama Dayat itu mendongak. "A-apa?"

"Maaf atas semua perbuatan gua ke lo selama ini. Gua menyesal, sangat menyesal karena udah bully lo," ucap Rael dengan nada penuh penyesalan.

Mata Dayat berkaca-kaca, dia segera mengusap matanya kasar. "Maafin orang nggak semudah yang lo bayangin."

"Gua tau. Lo pasti benci, marah dan takut sama gua."

"Memang," teriak Dayat. "Rasa truama itu nggak akan pernah hilang. Setiap liat lo, Satria dan Erix tubuh gua gemeteran sampai keringat dingin, gua takut. Gua bahkan sampai nggak inget udah berapa kali gua mencoba untuk bunuh diri. Setiap liat pisau gua selalu memiliki keinginan untuk memutus urat nadi gua, setiap gua berdiri di kentinggian gua selalu memiliki keinginan untuk lompat dari sana. Lo nggak bakal tau seberapa keras gua bertahan untuk tetap hidup."

Friendship And Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang