13. Rumah Kakek Nenek

194 48 12
                                    

Vote dulu sebelum membaca!

*

*

*

*

Liburan ini, keluarga Abel memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua Haris. Mereka akan menghabiskan sisa liburan di sana.

Abel dan keluarganya keluar dari mobil. Di depan mereka berdiri sepasang suami istri yang sudah lansia. Haris dan Anggita segera memeluk pasangan itu.

"Emak! Bapak!" panggil Haris kepada pasangan suami istri itu.

"Akhire koe bali, Ris-Ris! Kat wingi tek tonggoni deng ora teka-teka.... (Akhirnya kamu pulang, Ris-Ris! Dari kemarin aku tunggu kok gak dateng-dateng...,)" ucap si laki-laki tua, dia adalah kakek dari Abel dan Sean, Joko.

"Tesih akeh kerjaan. (Masih banyak kerjaan,)" sahut Haris.

"Sean! Abel!" panggil nenek mereka, Sita.

Sean yang namanya disebut langsung nyengir kuda, dia berjalan menghampiri neneknya.

"Mbah putri! Sean kangen, mbah putri makin ayu lan makin manis bae. (Nenek! Sean kangen, nenek semakin cantik dan semakin manis saja,)" ucap Sean dengan laknatnya yang langsung mendapat lemparan sendal dari sang kakek.

"Omonganmu makin nyeleneh, mbah putrine dewek digodhani. (Omongan kamu semakin nyeleneh, nenek sendiri digoda,)" seru sang kakek membuat Sean tertawa puas.

"Putu lanang edan. (Cucu lelaki edan,)" timpal sang nenek sambil geleng-geleng kepala.

"Mbah kakung! Mbah Putri! (Kakek! Nenek!)" seru Abel lalu memeluk kakek neneknya.

"Abel! Koe makin ayu wae. Ora gendeng kaya kakangmu kan? (Abel! Kamu makin cantik saja. Gak gila seperti kakakmu kan?)" tanya Joko yang masih sedikit kesal.

Abel tertawa. "Ya ora, Abel pinter, ora bodo kaya kakak eh maksude mamas. (Ya gak, Abel pintar, gak bodoh seperti kakak,)" jawab Abel, ia masih belum terbiasa menggunakan bahasa ngapak.

"Om sama tante nggak disapa nih?" tanya seorang laki-laki yang baru saja keluar dari dalam rumah bersama seorang perempuan.

"Hallo Om! Tante!" sapa Abel dan Sean bersamaan.

Laki-laki dan perempuan tadi membalas sapaaan mereka dengan senyuman manis.

"Mas Anggar, sue ra ketemu. Piwe kabare? (Mas Anggar, lama tidak bertemu, gimana kabarnya?)" tanya Haris kepada si laki-laki.

"Sehat-sehat bae. (Sehat-sehat saja.)" sahut laki-laki itu, dia adalah kakak Haris, namanya Anggar.

"Ya wis yok, mlebu! (Ya udah yuk, masuk!)" ajak Sita.

Mereka semua masuk ke dalam rumah berukuran sedang, rumah itu berkesan tua dan kuno namun menawan. Rumah itu berdiri kokoh di salah satu puncak perbukitan dengan ketinggian di bawah 500 meter dari permukaan laut. Di perbukitan itu memang terdapat pedesaan dan kakek nenek Sean dan Abel adalah salah satu penduduk di sana.

Abel sangat menyukai suasana di sini, udaranya masih sangat sejuk dan alami, berbeda dengan suasana di kotanya. Setiap tahun keluarga Abel selalu menghabiskan liburan di sini. Jadi Abel dapat menguasai bahasa ngapak yang digunakan di daerah itu, meskipun masih belum lancar sepenuhnya.

Saat memasuki rumah, mereka disambut oleh seekor kucing berwarna jingga. Abel langsung mengenali kucing itu. Kucing itu adalah peliharaan neneknya, namanya Oyen. Abel tak habis pikir kenapa neneknya memberikan nama sekonyol itu untuk kucingnya.

Friendship And Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang