35. Bantuan

175 34 6
                                    

Vote dulu sebelum membaca!!!!

*

*

*

*

"Hei!"

Abel membalikan badan, di depannya berdiri Rael sambil bersedekap dada dan bersandar pada motornya.

"Lo ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya Abel.

"Ayo berangkat bareng!" ujar Rael.

"Hah! Apa?"

"Ayo berangkat sekolah sama gua! Daripada lo harus ngeluarin duit buat bayar ojol, mending berangkat sama gua, gratis," ucap Rael, dia menaiki motornya. "Ayo naik!"

Abel berjalan mendekat. "Apa tujuan lo jemput gua?"

"Ke-kepengin aja," sahut Rael gugup.

"Nggak jelas lo. Tapi bolehlah, tumpangan gratis," ucap Abel senang, lalu dia naik ke jok belakang.

Rael menoleh ke belakang lalu pandangannya beralih pada kaki Abel. "Turun!" tegasnya.

"Lah kenapa?" tanya Abel dengan wajah kebingungan.

"Gua bilang turun ya turun!"

Abel akhirnya menurut, dia turun dari motor. Rael juga turun dari motor, kemudian dia melepas jaketnya dan memberikannya kepada Abel.

"Tutup paha lo pake jaket gua! Bikin sakit mata liatnya," ujarnya datar.

Abel memandang pahanya yang sedikit terekspos, memang jika menaiki motor dengan rok pendek, pahanya akan semakin kelihatan. Jika dilihat banyak orang apalagi para laki-laki itu pasti hal yang sangat memalukan. Cepat-cepat Abel menerima jaket itu.

"Makasih ya," ucapnya tulus.

Abel merasa tersentuh, ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini, bahkan Aiden dan Sean tidak seperti ini, sebelum-sebelumnya pahanya memang terekspos setiap membonceng mereka, mungkin bagi mereka itu hal biasa. Tapi Rael berbeda, Abel benar-benar merasa dihormati sebagai seorang perempuan.

Abel mengikat perutnya dengan lengan jaket, jadi bagian pahanya lebih tertutup.

"Ayo naik!" ujar Rael, dia naik kembali ke atas motornya.

Abel segera menurut.

"Besok gua bawa motor matic aja kali ya," gumam Rael.

"Kenapa?"

"Biar nggak usah repot-repot nutupin paha lo."

"Kenapa nggak bawa mobil aja?"

"Males, takut kejebak macet."

"Emangnya lo punya motor matic?" tanya Abel.

"Nggak."

"Lah terus?"

"Gua beli nanti."

"Wooow.... lo ngomong mau beli motor enak banget kaya beli kacang," ucap Abel sambil geleng-geleng kepala.

"Gua mau ngebut, lo boleh pegangan dimana aja biar nggak jatuh," ucap Rael mengabaikan perkataan Abel.

"Oke."

Jika Sean mengebut seperti orang kesetanan lalu Rael mengebut seperti apa? Secepat-cepatnya Sean mengebut, Rael lebih cepat lagi. Abel memeluk perut Rael erat. Sepanjang perjalanan Abel tidak berhenti mengumpati Rael, bahkan saat mereka tiba di parkiran sekolah Abel masih mengumpatinya.

Friendship And Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang