Hell fire!!
Bowshhh ,
Api berkobar di bawah kakinya , membakar jaket Ponco hitam pemberian mephisto .
Srak... dia berhati-hati dalam mengambil langkah di tengah kobaran api buru.
Tapi Sebelum dia bisa mencoba menghindar atau bahkan bergerak lebih jauh , Yukio merasakan sakit yang membakar di paha kirinya. Kakinya kusut ke bawah , dan dia pun berlutut dengan nafas terengah-engah. Untuk sesaat dia tenggelam di bawah gelombang rasa sakit, tetapi dia masih berjuang untuk dirinya masih , "sialan.." umpat nya pada kesadaran di rasa sakit dan ketakutan, dan entah bagaimana dia memaksa dirinya untuk mengangkat kepalanya dan melihat musuhnya lagi.
Musuh,apa dia harus berkata musuh untuk satu orang didepan nya ini .
Kali ini dia tidak bisa meyakinkan dirinya bahwa orang itu akan adalah kakaknya .
Okumura Rin.
"Khek.."
"Death chain !! "Manusia setengah iblis itu telah melemparkan rantai panjang padanya dan memaksa dirinya untuk berlari dari tempat semula, bergerak menuju tanah lapang lainya .pisau berbentuk segitiga bergagang putih teracung manis di ujung rantai-rantai yang memburunya tampak familiar di penglihatan. Tapi dia tidak yakin dimana dia pernah melihatnya ."Waktunya mengakhiri permainan, ningen*" geramnya, datang untuk berdiri tepat di depan mangsanya dan melihat ke arah manusia yang berlutut, jelas menikmati rasa sakit yang dia sebabkan.
*Ningen adalah bahasa Jepang yang berarti manusia.Yukio menggigil. Nalurinya berteriak padanya untuk bergerak, bertarung, melakukan apa saja, tetapi tubuhnya berdenyut-denyut dengan rasa sakit yang hampir tak tertahankan dan kelelahan sekarang. Di sekitar tempat terbuka, angin mulai berhembus kencang dan bau darah semakin tercium jelas seolah-olah menandakan akan adanya kematian baru . Yukio seolah-olah bisa mendengar jerit tangis dari para iblis yang di bantai oleh Kakaknya memenuhi Udara dan menyesakkan dadanya , Sulit untuk nya bernafas dengan keadaan ini .suara mereka mengatakan untuk segera lari dari tempat ini ,Dan membiarkan kakaknya tinggal sendiri.
"Hah..hah..." matanya menyipit saat dia melihat ke acak pada pemandangan di sekitarnya. Kemudian dia menggelengkan kepalanya, seolah mengabaikan apa yang dia lihat, dan berbalik ke arah manusia berdarah iblis di depannya, yang telah memaksanya untuk bertarung selama tiga puluh menit dan telah membunuh sejumlah besar orge.
"Maaf..haha..ayah.."Katanya ,"aku tidak bisa memegang janji ku untuk tidak bertengkar dengan nya kali ii" membawa cemberut pada bibirnya , bagaimanapun dia telah berjanji pada ayahnya untuk tidak menaruh luka pada kulit Rin secara sengaja ,dan kejadian ini sangat berbanding terbalik dari kata itu .yah kata yang pernah dia ucapkan sewaktu dia masih berusia 14 tahun satu tahun sebelum kematian menjemput laki-laki bernama shiro fujimoto .
Ayahnya .
.
Aduh,duh..duh.."
Dia meringis kesakitan ketika bola kapas dengan air sintetik menempel pada luka yang ada di lengannya.
"Sedikit lagi Yukio ,coba tahanlah sebentar"ucap ayahnya , yaitu Fujimoto Shiro.
Ces..
Kapas itu mengirimkan rasa pedih yang langsung direspon oleh otaknya ,tapi seperti kata ayahnya dia hanya memejamkan matanya mencoba untuk tidak berteriak sakit.
Dia adalah calon dokter masa depan , bagaimana mungkin dia merintih kesakitan karena luka memar ditangannya .
" Nah sudah selesai.." Shiro berkata pelan , menyingkirkan gumpalan kapas dari atas kulitnya .
Dia membuka matanya dan melihat ayahnya memungut baskom berisi air hangat dan campuran anti septik ,mengambil plester dari tempat penyimpanan p3k yang selalu tersedia dilemari pakaian miliknya.
Kenapa ada p3k di sana ? Tentu saja itu ada untuk jaga-jaga sebagai penolong ketika kakaknya berkelahi dengan orang lain atau jatuh karena kecerobohan nya atau paling sering,Perkelahian diantara mereka yang kerap terjadi dan menimbulkan sedikit baku hantam .
Seperti sekarang dia didorong oleh Rin untuk pergi dari salah satu benda milik nya.
Itu salah nya.
Dia tidak tahu arti kata privasi dan mencoba membuka salah satu buku coklat yang ada di atas meja kakaknya ,dia tidak tahu jika itu membuat Rin marah.
Sebelum dia membaca halaman pertama buku itu, dia didorong oleh Rin sampai terjatuh dari kursi yang dia naiki."kenapa dia begitu marah hanya karena bukunya ku baca?"dia cemberut dan mengumpulkan semua bibirnya ,membentuk gunung setinggi tiga senti.
" Dia tidak harus seperti itu kan ?" Dia bertanya dengan melihat wajah ayahnya yang masih memperbaiki letak obat-obatan yang ada dalam kotak p3k.
Krek..dia menyobek bungkus plester berwarna putih.
" Ya sikapnya mungkin sedikit keterlaluan yukio," ayahnya mengambil kapas dan menuangkan anti septik berwarna coklat kedalam kapas putih , melumurinya hingga dirasa pas .
Yukio menyodorkan lengan kanannya dimana ujung sikunya terdapat warna merah .
"Tapi bukan nya kau juga begitu"dia mendongak dan memfokuskan matanya pada ayahnya.
Dia sama seperti itu pikir nya.
" Kalian memiliki rahasia sendiri-sendiri untuk kalian jaga " ayahnya menempelkan kapas pada lengan nya , mengambil plester dan merekatkan kapas dengan kulit nya.
"Ayah tahu Setiap orang memiliki rahasia ,karena itu yang membuat kalian sedikit istimewa "
Dia mengernyit heran, istimewa, pikir nya.
"Tapi ayah akan sangat sedih jika kalian berdua bertarung karena nya "
"Apa maksud ayah," dia mengalihkan perhatiannya pada sudut ruangan lainnya selain dari wajah ayahnya Yang tertekuk.
"Bukannya itu sudah biasa "ucapnya acuh.
Tanpa menjawab pertanyaan Yukio , shiro beranjak pergi meletakkan p3k pada tempatnya semula yaitu di lemari pakaian Yukio dan melenggang pergi begitu saja.membuat pemilik ruangan mengernyitkan keningnya.
Tapi sebelum dia meninggalkan kamar Yukio, dia berhenti diambang pintu "Nah ayo kita pergi ,ada misi yang harus kita laksanakan bukan "dia berkata dan hanya dijawab anggukan oleh nya.
.
Apakah perkataan nya menyakiti hatinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
re=BOND REDUKSION ! FANFICTION AO NO EXORCIST
Fanficbagaimana bisa kau menyembunyikan semua itu dariku.terlebih selama sepuluh tahun,aku pikir aku sudah benar-benar mengenal mu, niisan. . . jika bukan karena permintaan ayahnya, mungkin Yukio sudah pergi dari rumah dan tidak pernah mengakui Rin sebaga...