Gangguan visual pasca-koma , dokter takamasa pernah berkata padanya bahwa jika Rin dapat sadar dari koma panjangnya besar kemungkinan ia akan menjalani kehidupannya dalam gelap gulita karena sebagian benturan yang terjadi saat pertarungan lima puluh persen nya melukai otak besar miliknya dimana ada sekumpulan syaraf yang mengatur seluruh persendian serta syaraf-syaraf yang menghubungkan kedua kornea matanya.dan melihat kakaknya mampu memegang spatula bersama apron yang menempel pada dadanya membuat kaki Yukio tidak berhenti untuk diam di satu tempat.
"Bisakah kau diam disitu kacamata?! Kau mengganggu Indra pendengaran ku."Rin berkata tanpa menoleh kepadanya.
"Harus nya aku yang bilang begitu padamu niisan,"berdiri dari tempatnya duduk hendak mendekati Rin yang berada tidak kurang dari lima puluh sentimeter darinya.
"Diam disitu atau ku usir kau keluar."ancam Rin yang mampu membuat nya mengurungkan niat.
Cklek..bunyi Ketika Rin menekan tombol power pada kompor konvensional didepannya.dan Yukio hanya bisa memandang ngeri saat kakaknya membakar jari kelingkingnya lewat mulut wajan penggorengan.
"Aw.,"
"Sudah cukup niisan kau yang pergi dari sana!"
.
.
25 menit kemudian."Slurppp...ah, terimakasih atas makanan nya Yukio aku tidak pernah menduga jika kau dapat membuat sebuah keajaiban seperti ini."
Greet .. bunyi kaki kursi yang berderit.
Rin setengah berdiri dari kursinya untuk mengambil air mineral yang terletak jauh dari jangkauan nya ,sembari meraba-raba permukaan meja berbahan kayu mahoni yang dipoles keseluruhan dengan warna coklat tua Rin berhasil menjangkau cairan bening yang akan menyegarkan tenggorokan nya setelah beberapa suapan penuh kalori hasil karya adiknya itu.
Seperti sebuah mimpi di siang bolong.merasakan kelezatan dari sebuah tamagoyaki yang dihidangkan oleh adik kembarnya.
"Kurasa aku melewatkan banyak hal yah,"ujar Rin tersenyum sendu.
sambil membuat gerakan memutar pada pergelangan tangannya yang juga menimbulkan pusaran air dalam gelas yang ia pegang.
"Memang," jawab Yukio"banyak hal yang kau lewatkan termasuk pengorbanan mu yang sia-sia itu." gelas yang tadinya berputar searah jarum jam itu perlahan berhenti.
"Usaha mu untuk menyelamatkan kota Kyoto dari iblis impure king sia-sia."
Mungkin mereka tidak melihat waktu yang telah berlalu cukup lama namun Angin sejuk yang menampar wajah keduanya seakan-akan menunjukkan bahwa hari telah berganti.bau sejuk dari udara dan rerumputan bergerak secara seirama membawa bau tanah basah. Seperti nya embun mulai terbentuk di tangkai-tangkai pepohonan.
"Kau bahkan dikeluarkan dari akademi oleh Vatikan dan di cap sebagai mahluk yang berbahaya."meskipun nada yang dikeluarkan oleh Yukio terbilang pelan tapi Rin dapat menangkap jelas bahwa adiknya menyimpan sedikit kebencian pada sebaris kata terakhirnya.
"Dan orang yang menyandang gelar pahlawan serta mengambil seluruh pujian mu adalah suguro tatsuma, niisan."
"Jadi kenapa?"
Brak!
"Apanya yang kenapa! Apa kau tidak perduli jika semua usaha mu sia-sia!"Pria atau remaja yang sekarang ia kenal adiknya seperti nya sedang berdiri langsung terbukti dari suara gebrakan kedua tangannya di meja.
Kenapa ia marah..pikir Rin.
"bukanya sebuah pengakuan yang kau cari niisan!"
Dia benar-benar marah? rin yakin sekarang Yukio memandang ia tajam seperti ingin memakannya hidup-hidup.
"Itukan yang kau mau dari dulu."kali ini Yukio berkata pelan seakan mencari sebuah jawaban dari nya.
Namun bukanya membalas perkataan Yukio secara langsung tapi Rin malah mengambil sumpit dan memakan sepotong tamagoyaki yang ada di tengah piring nya.
Tinggal satu suapan dan makan malam nya akan selesai.
Ah Sekarang dia tahu kenapa Yukio marah.bukan karena kesalahannya yang melompat ketengah bahaya tapi karena sikap para petinggi yang mengacuhkan pengorbanan yang lakukan.
pujian, pengakuan,dan penghargaan itulah yang dimaksud Yukio,tapi apa ia tahu jika dia tidak peduli itu.
Bahkan sekarang.
Mungkin jika Yukio bertanya padanya beberapa bulan lalu tepatnya Ketika dia memasuki asrama pertama kalinya dia akan langsung menjawab nya dengan jawaban ya.namun pertemuan nya beberapa kali bertarung melawan iblis beraneka macam serta bentuk dengan seribu rupa yang tidak dapat dijabarkan secara visual Rin dapat menarik satu kesimpulan.
Jika menjadi eksorsist bukan lah suatu pekerjaan yang dapat dibanggakan.justru mereka harus menghadapi musuh yang tidak dipercayai oleh sembilan puluh persen penduduk bumi . Mereka lebih suka mengaitkan hal-hal diluar nalar sebagai fenomena alam yang dikaitkan dengan segala teori ilmiah yang belum tentu terbukti adanya.
Apakah ilmu sains dapat menjelaskan bagaimana mimpi bekerja,jika itu hanyalah siklus otak yang tercipta dari imajinasi manusia bagaimana bisa ada mimpi yang ditakuti oleh manusia itu sendiri termasuk gambaran orang-orang yang sering muncul di pikiran nya belakangan.
Dan dia masih ditanya kenapa dia harus peduli dengan itu??
"Tidak,itu hal kekanakan yang dulu pernah kau katakan Yukio"samar-samar Rin dapat mengingat sepenggal ucapan Yukio yang meremehkan mimpinya untuk menjadi paladin, ya dahulu saat keduanya baru dipertemukan dalam satu ruang kelas akademi eksorsist.
"Sudahlah kita usai saja pembicaraan yang menegangkan ini,kita ganti dengan topik lainnya."
"....topik lainnya." Tangan Yukio terkepal erat dan Rin dapat menjelaskan secara gamblang jika adiknya masih marah.
"Dimana keberadaan mu selama ini,otouto*"
Mendengar panggilannya yang diperhalus ditambah imbuhan nama panggilan nya dulu mungkin dapat menurunkan sedikit kadar emosi Yukio.
"Kata shiemi kau sempat hilang kontak selama satu bulan sebelum aku siuman,"tanpa diketahui oleh rin.otak yukio saat ini Sedang menyusun kata-kata yang mampu menutupi kebenaran sebenarnya. tidak mungkin kan dia berkata jika pergi ke masa lalu dan bertemu sosok kecil dirinya dan sempat bertarung juga bersama almarhum ayahnya bisa-bisa dia dianggap orang tidak waras oleh kakaknya atau paling jauh sedang mengalami gangguan kejiwaan.
Yah setidaknya Yukio tahu jika Rin tidak mungkin memikirkan itu tapi dia tidak mau kakaknya kembali drop setelah bangun dari tidur panjangnya.
"Aku pergi misi memburu iblis di pedalaman hutan."alasan yang masuk akal, pikir nya.
"Sampai lupa memberi kabar kepada shiemi? Dimana tempat itu."tanya penuh selidik.
Yukio mengambil minuman dari gelas yang tidak jauh di depannya dan meminumnya sekali teguk.
"Pedalaman Papua Nugini."
"Ceh..badut itu lagi-lagi mengirim mu ketempat tidak jelas Jeh." Rin mendengus, tetapi tatapannya tidak lepas dari Yukio. "lalu bagaimana misimu apa sudah selesai?"
"Sudah jika tidak,ada kemungkinan aku tidak ada disini kan "
Ekspresi wajah Rin seakan tidak perduli , tetapi ia kemudian mengajukan pertanyaan lainnya,"lalu siapa rekan mu."
"Kau tidak akan mengenal nya niisan,lagi pula ada hal lain yang lebih utama untuk ditanyakan bukan."
Yukio mendekat memperpendek jarak sampai nafasnya dapat dirasakan secara langsung oleh in.
"Apa kau sudah meminum obat mu ?"hanya butuh tu anggukan dari kepala in mampu membuat wajah Yukio tersenyum lega.
Setidaknya kakaknya asih berjuang untuk hidup ya sendiri n itulah yang a harapkan.
Kali ini tidak akan biarkan seseorang memanfaatkan kebaikan kakaknya lagi, tidak siapapun juga.
___------___&&&&--___
"Lucu sekali kau bertanya seperti itu Yukio,kau harus nya tau jika aku tak bisa berdiri tanpa obat-obatan yang seperti makanan ku itu..haha "Rin tertawa kecil sembari melihat pantulan dirinya dalam cermin,"seharusnya kau bertanya bagaimana keadaan ku? Apa tujuan hidup ku sekarang,tidak ada apapun yang harus ku perjuangan lagi seperti saat itu "
Rasanya seperti terbangun dari mimpi . untuk bisa melihat semua latihan dan kekuatan mu hilang lam sekejap.sialan,ini bahkan lebih mengerikan.
Dia tidak mampu berbicara seperti biasanya da hari pertama ia merengek seperti bayi, merangkak hanya untuk mengambil alas kaki yang tidak berguna karena kaki-kaki nya lembek seperti jeli ditambah fakta ia dikeluarkan dari akademi.
Dia sedang tidak baik-baik saja.
(Aku baik baik saja shiemi...) Kata-kata yang terucap disaat dia menyelamatkan shiemi memenuhi indra pendengaran nya.
Apa dia masih bisa berkata seperti itu kepada dirinya sendiri sekarang.?
Bisakah?
Dasar gila! Kau sudah kehilangan semuanya dan kau masih bersikap kuat dihadapan semuanya apalagi Yukio.
Namun apa semuanya akan kembali seperti semula jika dia berkata kalo dirinya hancur kepada adiknya, satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini.
Tidak kan? Itu sama saja dengan menambah masalah yukio yang kebanyakan karena ulah dia.
Yah... biarlah.
Biarkan semuanya toh kalo dia tidak bisa mendapatkan mimpinya untuk menjadi paladin dia bisa menjalani kehidupannya secara normal atau paling tidak dia akan mati karena kecacatan dari tindakan gegabah nya.
"Yah... biarlah seperti itu..."
Rin menjatuhkan butiran beraneka warna berbentuk lonjong kedalam lubang westavel,dimana air yang akan melenyapkan keberadaan nya.
Wush...
Esok hari.....
Tak...tak...tak... seperti pagi-pagi biasanya Rin memasak sendiri di dapur asrama, biasanya ada iblis bawahan mephisto yang membantu nya memasak meskipun tidak menjadi siswa seijuji lagi dia masih diperbolehkan untuk tinggal di tempat ini dan menggunakan seluruh fasilitas yang ada ditempat ini kata sibadut itu adalah salah satu kemurahan hatinya.
Dia sedikit bersyukur jika iblis itu memiliki kata kemurahan hati yang membuat nya memiliki tempat tinggal, karena sejujurnya dia tidak mau kembali ke rumah selain alasan yang membuat trauma ada satu alasan khusus yang membuatnya menjadi beban bagi anggota gereja.
Orang-orang disana pasti memiliki masalah mereka sendiri buat apa dia menambah dengan keadaannya sekarang.
Cetak...ctak ...bunyi nyaring mata pisau yang menghantam pertikel kayu adalah satu-satunya yang ia gunakan sebagai penglihatannya.
Melatih Indra pendengaran adalah satu-satunya jalan untuk menutup kekurangannya, bukan cuma Indra pendengaran namun indra perasa dan penciuman juga bertambah besar.
"Sudah bangun Yukio?"tanya dia pada sekelebat bayangan hitam yang mampir pada Indra penglihatan nya.
Kan sudah dibilang jika ia bukan orang buta ,dia mampu menangkap penglihatan hanya 30%dari biasanya jadi dia masih bisa melihat orang apalagi dari jarak dekat.
"Kau memasak lagi? Bukannya aku sudah bilang biarkan ukobach saja yang melakukannya."
"Aku tidak percaya?"
"Kau tidak percaya pada iblis memasak untuk melakukan tugas nya sendiri niisan? Kau sungguh -"
"Bisa kau diam sebentar Yukio aku sedang -"
ctak...!akh!
"Niisan!."
tuh kan ini terjadi lagi, biasanya hal ini kan mudah jika ia memasak sendiri karena dia bisa berkonsentrasi pada suara pisau ditangan nya tapi sibodoh ini masih belum mengerti tentang kemampuan barunya itu.50 menit kemudian..
Sama seperti kemarin ,Rin hanya diam menunggu adiknya membuatkanya makanan.
Hem..dari bau telur yang menguar harum seperti nya dia memasak hidangan yang sama seperti kemarin.
"Apa hanya tamagoyaki yang kau tahu?"
"....."
Tidak adanya jawaban membuat rasa tidak nyaman merambat lurus,apa adiknya marah ." Yah hanya ini yang ku tahu,aku belajar dari anak berusia lima tahun."
"Hah! Lima tahun? "Teriakan terkejut Rin membuat tindakan Yukio yang sedang memotong seledri berhenti.
Sialan dia keceplosan.
"Siapa dia?"
Dan lebih sial nya lagi itu mengundang rasa keingintahuan kakaknya timbul tentu saja siapa yang tak akan takjub dengan anak kecil yang Isa memasak apalagi sampai eksorsist kelas atas belajar darinya. Dia mulai memijat tengkuknya,''emm itu gak penting Niisan, aku tidak punya waktu untuk menjelaskan nya karena Lima menit lagi aku harus kembali mengajar."
"Oh iya deh hari ini kau sudah memulai pekerjaan mu lagi ya."
Yukio dapat menghela nafas nya saat melihat Rin memalingkan muka , menghadap kearah jendela yang tepat berada didepan wajahnya.
'apa dia masih ingin jadi eksorsist?' pikir Yukio
"Apa kau masih menginginkan nya Niisan,"dan pada pertanyaan nya muka Rin kembali terfokus pada dirinya, menanti kelanjutan kata-katanya."eksorsist,apa kau ingin kembali Niisan."seperti sihir lam Kata-kata terakhirnya mampu mengundang angin masuk dan menyiram wajah keduanya melambungkan rambutnya keduanya yang berbeda warna.
"Ya..aku ingin kembali menjadi eksorsist Yukio...."
Cukup satu kalimat yang mengguncang fondasi kesadarannya seluruh dunianya sesaat menghilang dan yang tersisa hanya mereka berdua.
Kenapa nii-san.Chapter end!.
An:ahaha pendek sekali bukan menurut ku juga begitu (emang) tapi mau gimana lagi aku punya kesibukan di rl lebih padet dari setahun lalu untuk up ini aja aku sempet mikir-mikir gimana nanti nyelesain ya yah Hem... Tapi aku udah janji buat kelanjutannya kan namun terkendala rasa malas dan BW jadi lah seperti ini.
(Rada gak niat banget oi!!!)
Aku tipe orang yang praktis dari pada buat judul lagi mending gabungin aja jadi satu biar yang udah tau baca kembali dan yang udah tamat balik lagi (heleh...ilisin tiris...)
But..ini serius lho kalo aku buat chapter kok gak sesuai pasti langsung aku hapus entah terlalu melehoy lah terlalu over ataupun dramatis pasti aku hapus,aku hanya ingin membuat tulisan aku dibaca dan dibayangin makanya aku buat cerita yang bisa aku pikirin setiap waktu dimana aku sendiri juga penasaran dengan kelanjutannya.
Terbukti dari season pertama aku udah rencanain Rin mati.(tetotttt!....) Lihat yang sebelum di remake tapi aku mentog banget di chapter awal pernah kepikiran apa nanti ku buat Rin hidup lagi dengan cara Edo tensei seperti dimanga sebelah tapi oh noooo banget entar jadi beda genre donk jadinya ya gini.
Banyak yang menduga kearah mana cerita ini tapi selalu ku katakan bahwa cerita ini membangun alurnya sendiri yang aku sendiri tak tahu kemana arahnya makanya aku bilang tetap pantengin aja dulu soal gambar maaf aku post ulang yah memori hp ku penuh-_-?
Oke sekian dan terima nasi..

KAMU SEDANG MEMBACA
re=BOND REDUKSION ! FANFICTION AO NO EXORCIST
Fiksi Penggemarbagaimana bisa kau menyembunyikan semua itu dariku.terlebih selama sepuluh tahun,aku pikir aku sudah benar-benar mengenal mu, niisan. . . jika bukan karena permintaan ayahnya, mungkin Yukio sudah pergi dari rumah dan tidak pernah mengakui Rin sebaga...