Playing : Cradles - Sub Urban.
Asap tebal dan hitam yang membumbung ke langit menyambut netra Oli ketika laki-laki itu menelusuri jalan setapak.
Menyadari hal buruk baru saja terjadi di rumahnya, Oli spontan melakukan teleportasi singkat ke rumahnya.
Dan mendapati rumahnya telah terbakar hangus. Puing-puing atap yang telah runtuh, batu bata yang gosong, dan percikan-percikan kobaran api yang masih merambat.
Oli melotot, petaka! Ada Jeongwoo dan Junghwan di dalam sana!
Segera, Oli menggumamkan mantra dan mengarahkan telapaknya pada rumah, saat itu juga kobaran api padam.
Oli memelesat ke dalam, mencari keberadaan Junghwan dan Jeongwoo. Namun, dia tak menemukan dua pemuda itu di mana pun.
Bahkan, seseorang yang tertidur selama berbulan-bulan di dalam ruangan rahasia itu ikut menghilang.
Hanya ada dua kemungkinan, mereka bertiga tewas terbakar, atau menghilang dibawa pergi oleh peneror itu.
Tangan Oli mengepal kuat.
Merutuki dirinya sendiri karena telah gagal melindungi ketiga sahabatnya.
Yoonbin melipirkan mobil ke parkiran, ada Haruto di kursi penumpang. Dokter bilang, Doyoung sudah bisa pulang malam ini, jadi mereka buru-buru menjemput Doyoung.
Apalagi Doyoung bilang sudah tidak betah tinggal di rumah sakit, alih-alih merasa lebih baik, Doyoung justru merasa lebih buruk karena aroma obat-obatan rumah sakit yang sering kali membuatnya pusing.
Karena anak-anak kosan yang lain sedang keluar kota untuk Bina Akrab, Yoonbin diberi tanggung jawab untuk menjaga Haruto dan Doyoung sementara mereka pergi.
Mereka berdua menelusuri koridor rumah sakit, dan di arah yang berlawanan, ada Yeonjun yang sepertinya menantikan kehadiran mereka.
"Yoonbin, gue mau bicara empat mata sama lo," kata Yeonjun.
Tanpa perlu diperjelas lagi, Haruto mengerti ucapan Yeonjun.
"Oke, Bang. Ngobrol sama Bang Yeonjun gih, gue aja yang nyamperin Doyoung," katanya sambil menepuk dua kali bahu Yoonbin sebelum pergi.
"Ngomongin apa, Jun?" tanya Yoonbin ketika Haruto sudah hilang dari pandangan.
"Bahas strategi yang pernah gue ceritain sama lo waktu itu," tutur Yeonjun. "Terornya bakal dituntasin besok."
Yoonbin terkejut dengan fakta yang barusaja dibeberkan oleh Yeonjun.
"Serius?!" responnya terkejut. "J-jadi strateginya gimana?"
Yeonjun melihat sekelilingnya, sebelum menarik lengan Yoonbin.
"Ikut gue."
They call me a curse ~
I don't have a body, but I have a soul ~
I'm burning with revenge ~
I want to destroy it ~
I want to kill everyone ~
tomorrow, all of you died in my hands ~
Lantunan nyanyian itu terdengar dari salah salah satu lorong ketika Asahi menelusuri lorong ke dapur untuk mengambil air.
Tanpa mempedulikan nyanyian itu, Asahi mempercepat langkah. Setelah tiba, dia segera mengambil empat botol air dari kardus, dia juga mengambil beberapa buah untuk ngemil dengan teman-teman panitianya.
Tadinya Jaehyuk yang disuruh ke dapur, tapi laki-laki itu mengaku tidak berani karena dapur cukup jauh letaknya dari kamar dan ruang tamu.
Penerangan di dapur juga lumayan minim, dan ada banyak lorong remang-remang yang membuat suasana mistis semakin terasa.
Tapi kembali lagi, karena ini Asahi, laki-laki itu tidak takut sedikit pun.
Asahi berbalik, bersiap untuk kembali ke kamar.
I see you from behind ~
Hap... hap... hihi... ~
Nyanyian itu kembali terdengar, dan entah perasaan Asahi saja, atau memang kenyataannya seperti itu.
Nyanyian itu seolah berasal dari balik punggungnya, bernyanyi tepat di telinganya, desiran halus bahkan menyapa tengkuk pemuda itu.
Seolah ada yang meniupnya.
Dan untuk pertama kalinya, Asahi sedikit bergidik.
Asahi kian menambah kecepatannya karena merasa situasi di sekitarnya mulai tidak stagnan, sepanjang jalan di lorong itu dia tak berani menoleh ke belakang.
Bisa saja, ketika dia menoleh ke belakang, ada penampakan yang menyambut netranya.
"Buru-buru amat, Ash."
Langkah Asahi terhenti tatkala teguran itu muncul dari balik kegelapan di salah satu ruangan.
Asahi berbalik, dan mendapati seseorang tersenyum lebar ke arahnya.
"Renjun? Lo ngapain di situ?"
"Lagi jalan-jalan aja, sih, suntuk di kamar."
"Oh."
Asahi sudah bersiap melanjutkan langkahnya, namun lantunan nyanyian kembali terdengar.
Now, I'm standing in front of you ~
Run... run... run... ~
Before I catch you ~
Renjun terkekeh seraya mengeluarkan BT Speaker yang dia sembunyikan di kantung hoodie hitamnya.
"Jadi lo yang mutar lagu itu?" tanya Asahi. "Lagu apa sih itu, liriknya seram."
"Ini bukan sembarang lagu lho, ini buatan bos gue," kata Renjun. "Mitosnya, lagu ini bisa menggambarkan sesuatu yang bakal terjadi dalam waktu dekat."
Asahi menggaruk tengkuknya, merasa seperti ada yang terus-terusan meniupnya. Membuat tengkuk pemuda itu geli dan merinding di satu waktu.
"Ash, gue punya rahasia, lho," ujar Renjun tiba-tiba.
Kedua laki-laki itu kini jalan bersama di lorong.
"Rahasia apa?" Asahi bertanya seadanya.
"Tentang peneror itu," kata Renjun, yang membuat Asahi seketika menghentikan langkahnya.
"Gue tau penerornya," kata Renjun. "Lo pasti bakal kaget kalo tau siapa dia."
"Siapa?"
"Hehe...."
Asahi mundur beberapa langkah ketika iris mata Renjun berkamuflase secara kilat. Dari hitam kecokelatan menjadi cokelat ke merahan, seperti warna darah yang telah kering.
Tak berselang lama, timbul dua cula di kepala Renjun.
"They call me, terrorist..." tutur Renjun dengan senyum mengerikan. "And... i will catch you!"
***
Question:
- Kalau Yeonjun saudara Hyunsuk, terus Yuna anak siapa?
- Siapa Oli sebenarnya?
- Siapa orang yang dijaga hantu perempuan itu?
- Asahi gimana?
- Strategi apa yang dibahas Double Y?
- Beneran Renjun penerornya?Btw, kangen Mashi gak? T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge 2 | TREASURE
Fanfiction"Apa yang terjadi selama ini bisa aja gak akan terjadi di masa yang akan datang."