Part-27 : Disekap

47 6 0
                                    

Gawai Aida terjatuh. Erik segera berlari dan memungutnya dengan kasar. Segera dimatikannya handpone Aida.

Gigi segera menarik tangan Aida dan menggelandangnya di pojokan. Dikuncinya tangan Aida ke belakang.

"Buruan ambilin tali dan sumpal buat mulut nih bocah" teriak Gigi pada Niko yang sudah muncul di hadapan dekat Gigi dan Aida. Niko bergeming dengan wajah berkerut.

"Woii...jangan bengong aja!" seru Gigi.

"Bro, nggak usah sampe kayak gini, kale. Lo bilang hanya mau bicara baik-baik sama temen Lo itu." timpal Niko

"Bacot aja, Lo. Dah kepalang tanggung. Lo mau kita bertiga berkarat di penjara karena Aida kabur dan nglapor ke Polisi!" ujar Gigi sambil melirik Aida yang terlihat lemas. Aida ketakutan hingga seluruh persendiannya serasa dilolosi. Tak ada kekuatan lagi untuk memberontak. Ia nggak yakin Faris bisa menemukannya. Gawainya sudah tak ada lagi di tangannya. Ia hanya bisa pasrah dan berdoa dalam hati.

"Ni, tali dan kainnya!" Erik melemparkannya ke arah Gigi.

"Gua yang nali, lo yang nyumpal itu mulut bocah, biar nggak teriak-teriak. Bego amat jadi orang." bentak Gigi pada kedua sahabatnya yang hanya berdiri mematung di belakangnya.

Erik dan Niko sambil berpandangan dan akhirnya maju membantu Gigi mengikat Aida dan menyumpal mulutnya dengan kain kumal bekas lap cat.

Aida hanya bisa menangis ketika tiga orang didepannya mengikat kaki dan tangannya serta menyumpal mulutnya.

"Woekkkk" Aida muntah saat mulutnya hendak disumpal. Bau cat yang menyegat dari kain itu memaksa perutnya mengeluarkan isinya.

"Sialan Lo !" Gigi menjambak rambut Aida karena kesal terkena muntahan Aida. Jeritan Aida memenuhi seluruh ruangan gudang membuat ketiganya panik. Aida terlihat sangat kesakitan. Spontan Erik segera berlari ke arah pintu keluar. Ia mengamati sekitar. Sukurlah Aman, batinnya. Ia menyumpahi Gigi yang sudah melibatkannya terlalu jauh.

"Kenapa Loe jahat banget sama Gue, Gi." ujar Aida pelan. Tenaganya benar-benar mau habis. Gigi diam tak menjawab dan kembali menyumpal mulut Aida dengan kain yang barusan diambilin Niko lagi.

"Diam Lo di sini ! Jangan berusaha kabur lagi." Gigi menoyor kepala Aida dengan kasar. Niko hanya bisa menghela napas panjang melihat pemandangan di depannya. Ia sama sekali nggak nyangka Gigi tega memperlakukan cewek sekasar itu. Padahal, cewek itu temannya sendiri. Aida sempat menangkap sorot kegusaran di mata Niko.

***

Erik nggak menyadari kalau ada sepasang mata yang mengawasinya. Faris yang tadinya celingukan di depan Gudang mendengar teriakan Aida dan menghambur masuk ke gudang yang lupa ditutup kembali oleh Gigi tadi. Begitu melihat Erik, Faris memilih bersembunyi di balik tong-tong cat. Erik segera menggeser pintu gudang dan menutupnya. Faris tidak menyia-nyiakan kesempatan, Ia berlari mencari arah suara Aida.

"Woi..berhenti. Siapa Lo." Erik yang menyadari kehadiran Faris segera mengejarnya. Namun, Faris berlari dan berbelok ke kana, masuk ke arah Aida disekap.

"Aida!!" teriak Faris ketika melihat adiknya terikat dan tersumpal mulutnya. Dadanya bergemuruh dan mulai menyerang Gigi yang masih ada di dekat Aida. Faris melayangkan tendangan ke arah Gigi. Kemampuan taekwondonya diuji di sini. Gigi sempoyongan menerima serangan tiba-tiba. Gigi berusaha tegak tapi Faris lebih dulu menyerangnya kembali. Kali ini dipukulnya wajah Gigi hingga tersungkur.

Faris yang hendak mendekati Aida tiba-tiba jatuh tersungkur. Erik menendangnya dari belakang. Gigi tak menyia-nyiakan kesempatan. Dihadiahinya Faris bogem berkali-kali. Wajah Faris babak belur, darah segar mengucur dari pinggir bibirnya. Bagai kesetanan, Gigi hendak melayangkan pukulannya ke arah dada Faris yang sudah terkapar tak berdaya.

"Stop! Hentikan !" Niko memegangi tangan Gigi. Gigi melotot ke arah Niko.

"Lo, hentikan, atau Gua akan keluar lapor sama satpam biar Lo berdua digelandang keluar dari gudang ini, atau kalau perlu Gua panggil polisi!" ancam Niko.

"Ok. Gua ngalah kali ini. Tapi lepasin dulu tangan Gua." ujar Gigi sambil menarik tangannyaa dari cengkeraman Niko.

"Lo yakin akan nglaporin kita ke Polisi?" ujar Erik sambil mendudukan Faris di samping Aida dan mengikat tangan dan kakinya.

"Lo pikir, kalau kita berdua ketangkep polisi, Loe bisa aman geto? Ngimpi Kamu, Ko!" timpal Gigi

"Sudah-sudah, Gua bingung harus bagaimana. Loe keterlaluan memang Gi, nggak adiknya nggak kakanya Lo bonyokin semua." Niko mengacak-acak rambutnya.

"Kalau sudah begini, kita bisa apa?? Ya sudah, terlanjur basah, mandi sekalian" Gigi tertawa sinis.

"Maksud Loe?" Erik melihat gelagat aneh di balik senyum sinis Gigi. Ia sangat hapal seperti apa Gigi jika sudah nekat.

"Loe jangan gila deh, Gi. Hanya masalah kroco kayak geto, Lo mau jadi buronan seumur hidup Lo. Iya kalau bisa kabur, kalau ketangkep, bisa lapuk Loe dipenjara." ujar Erik. Niko mengernyitkan dahi dan memandang ke arah Erik meminta penjelasan. Tapi tak ada jawaban keluar dari mulut Gigi dan Erik. Dia nggak ngebayangin situasinya akan jadi runyam begini.

"Persetan dengan rencana Loe semua, keluarin dua bocah itu dari gudangku, terserah bagaimana pun caranya." teriak Niko sambil berlalu.

"Loe, mau kemana?" Gigi menggeret tangan Niko untuk tetap tinggal.

"Bodo amat suka-suka Gua, Dong. Bukan urusan, Lo." Niko menghempaskan tangan Gigi

"Lo, nggak bisa gitu aja ya maen cuci tangan." sergah Gigi

"Gua, cuci tangan??? Lo dah pikun ya? Lo nyuruh Gua sama Erik hanya untuk nemenin Lo yang mau nyelesaikan masalah sama temen komunitas mural Lo! Kenapa jadinya malah kayak gini?!!" Niko mendorong tubuh Gigi.

"Sudah-sudah, kenapa malah berantem seh Lo semua? Ayolah, kita pikirin caranya ngelarin ini tanpa nambahin masalah baru!" Erik berusaha menenengahi.

"Pikir aja Lo berdua." Niko ngeloyor pergi. Gigi berusaha untuk menghalangi Niko tapi dicegah Erik dengan kode gelengan kepala.

"Awas aja kalau Lo sampe Lapor Polisi. Abis Lo nanti!" teriak Gigi mengancam Niko. Tak ada jawaban dari Niko, hanya terdengar suara nyaring tong cat yang ditendang Niko memekakkan telinga.

"Gi, gimana neh selanjutnya. Jujur aja Gua kagak setuju langkah Lo yang keterlaluan, tapi mo gimana lagi semua dah terlanjur. Mending sekarang kita bagi tugas aja." usul Erik selepas kepergian Niko.

"Bagi tugas gimana maksud, Lo?" jawab Gigi. Sebenarnya Ia juga nggak menyangka bakal begini.

"Lo keluar memastikan kalau Niko nggak akan ngadu sama Polisi sekaligus Lo cari bala bantuan geng motor kita." ujar Erik

"Bantuan untuk apa maksud Loe?" saut Gigi

"Yo bantuan apapun kek, terserah. Yang penting kita bisa ngelarin kasus ini dengan aman, bukan dengan pikiran jahat Lo." ujar Erik sambil menggaruk-nggaruk rambutnya yang nggak gatal.

"Kalau terpaksa, kenapa tidak kita habisi saja mereka berdua. Aman kita!" ujar Gigi

"Tuh, kan, bener tebakam gue. Pikiran Loe jahat. Lo buang jauh-jauh deh niat laknat itu. Meskipun Gua anak brandalan, amit-amit kalau sampai harus ngilangin nyawa orang." Gigi tertawa mendengar jawab Erik.

"Ok, Ok. Dan, selama Gua pergi, pastikan Aida dan kakaknya nggak kabur!" tukas Gigi bersiap meninggalkan Erik.

"Beres, Boss!" jawab Erik sambi memberi tanda hormat pada Gigi. Gigi menerima usulan Erik dan bergegas pergi. Erik berharap Gigi nggak benar-benar menjalankan niat busuknya.

RESILIENCE "Segalanya Untuk Aida"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang