Yuhuu...sudah part-8 aja neh, Si Faris masih galau nggak ya? he..he..he... yuk, ikuti kisahnya. Jangan lupa vomentnya ya...
Part ini digawangi oleh mbak
***
I hate Monday! Belum pernah Senin menjadi hari yang berat buat Faris. Faris masih ceria menghadapi Senin, meskipun pelajaran matematika disimpan di jam pertama setelah upacara bendera. Dengan senyum lebar, Faris masih bisa menguraikan rumitnya persamaan dengan simbol dan angka. Faris masih bisa menganalisa soal di kertas buramnya. Tapi ini bukan pelajaran matematika yang kadang hanya teori. Senin ini adalah pelajaran hidup yang mengharuskan dia harus mempraktikkan fungsinya sebagai seorang kakak, anak dan laki-laki dalam lab kesabaran. Fix! Senin ini adalah ujian hidup buat Faris.
Jarum jam waker merah di meja belajarnya memperlihatkan waktu untuk bertemu Sebeum Nim Pak Irman semakin dekat. Faris memasukkan tumbler, charger, handphone, dobok dan ti-nya ke dalam tas ransel. Ah, ngapain juga aku masukan seragam latihan ke dalam tas? Ini bukan hari latihan. Faris mengeluarkan seragam latihannya dari dalam tas dengan kesal lalu disimpan sekenanya di atas meja. Berantakan. Ya, seperti itulah hidup yang Faris rasakan saat ini. sebentar lagi dia akan melalukan self-destruction cita-cita. Semua pencapaian sebagai sebeum, beasiswa, jurusan kedokteran dan menjadi penjaga ibu akan dimusnahkan oleh dirinya sendiri.
Proses self-destruction itu tak berjalan dengan gagah berani. Faris masih berusaha menguatkan diri. Lebay, jika dia membandingkan semua pengorbanan ini seperti pengorbanan Nabi Ismail atas permintaan ayahnya, Nabi Ibrahim. "Hey! Mereka kan nabi. Aku cuma anak laki-laki biasa. Kesabaranku dan ketaatanku nggak sebandinglah." Faris membela dalam hati. Tapi, ibu adalah perempuan mulia. Bahkan Tuhan meletakkan surga di telapak kakinya. Lewat mana lagi dia bisa mendapatkannya tiket masuk. Mumpung masih diberi kesempatan. "Ya Allah, ini adalah pembuktian cinta dan bakti Faris pada ibu." Niat Faris dalam hati.
Ibu menemani Faris berjalan hingga ke pintu samping. Ditepuknya pundak Faris tiga kali untuk menguatkan anaknya dalam mengambil keputusan. Sampai di pintu Faris berbalik menghadap ibu, segera diraihnya tangan wanita mulia itu untuk bersalaman. "Faris pamit, Bu." ucap Faris lirih. Faris menghindari tatapan ibunya. Tatapan ibu yang teduh dan menguatkan menembus ke dalam kalbu. Kadang bisa membuat OP- over power, hingga Faris malah dibuatnya tak berdaya.
Faris memakai helmnya dan menyalakan mesin motor bututnya dengan sekali jadi. Sedikit heran juga Faris dibuatnya. Biasanya masih harus diengkol minimal dua-tiga kali. Inikah kekuatan do'a ibu itu? Ibu yang bersandar di pintu samping tersenyum menguatkan Faris. Kerudungnya yang berwarna hijau mint menambah kelembutan dan cantik wajahnya. Faris membalas senyum ibu dan segera melaju dengan misi self-destruction demi ibu dan surga.
***
Dojo masih sepi ketika Faris memarkir motor bututnya. Di halaman dia melihat Lanang. Habeum yang tempo hari dia latih. Apa yang dia lakukan di dojo sepagi ini. Seingatnya hari ini pun bukan jadwal latihannya.
Sejenak Faris mengamati anak bertubuh kurus itu dari belakang. Berulang kali dia mengangkat kakinya berusaha melakukan gerakan yeop chagi yang jauh dari sempurna.
Satu-dua kali melakukan gerakan yang tidak sempurna lalu terjatuh. Tapi tak lama dia bangkit.
Satu dua... ti... tak sampai tiga kali kaki Lanang tak seimbang. Dia kembali jatuh. Untuk seukuran tubuhnya yang kecil seharusnya gerakan ini tidak terlalu sulit jika kaki penumpu ada dalam posisi kuda-kuda yang benar
Lanang kembali bangkit. Raut mukanya sangat serius. Tampak wajahnya menahan putus asa. Dikepalkan tangannya kuat. Lalu mengambil kuda-kuda yang masih salah posisi.
![](https://img.wattpad.com/cover/244925187-288-k138135.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RESILIENCE "Segalanya Untuk Aida"
Teen FictionFaris terpaksa harus tinggal di rumah Ayah dan Ibu tirinya demi memenuhi tugas yang diberikan ibunya, menjaga Aida, adik kesayangannya. Perceraian kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu membuat Aida kehilangan arah dan terjerumus dalam pergaula...