Part-12 : Aida Show Time !

53 8 0
                                    

Hai Guys ! Maaf ya telat Update. Yuk...kita ikuti kelanjutan kisah Aida. Jangan lupa vomentnya ya . Makasih..

***

"Aida belum pulang?" Ayah bertanya memastikan dengan menahan amarahnya.

"Belum, Pa. Sebentar lagi." Mama berusaha menenangkan, paham sekali kalo ayah pasti lelah dan kemarahan bisa meledak begitu saja.

"Seharusnya dia sudah pulang," kata ayah gusar

"Mungkin macet, Yah," kata Faris "Tadi sih Faris pas jalan sore liat jalan di depan kompleks perumahan ini lumayan padat."

"Iya, Ayah juga, tadi lumayan tersendat di dekat perempatan Jalan Jakarta," Ayah meng-iya-kan

"Papa istirahat dulu, yuk!" melihat pendapat Faris diterima ayah, mama melancarkan serangan pengalihan perhatian, "Faris juga cape habis jalan-jalan, kan?" Mama mencari penguatan.

"Iya, Ma,"

"Nah, gitu dong. Panggilnya " Mama"..." Mama kegirangan. "Itu loh Pa, dari tadi pagi panggilnya Bu Sari terus. Hihihi... padahal Aku pengen dipanggil "Mama". Latihan nanti buat debay," Mama mengelus perutnya yang besar.

"Debay?" Ayah bingung.

"Adik Bayi, Pa. Ah, papa Kudet nih" kata mama manja.

"Kudet?" Ayah bingung lagi

"Kurang Update. Ah... udah. Papa pasti sengaja deh." Kata mama sambil bergelayut manja di lengan ayah.

"Hihi.. Iya, Mama mau aja Papa godain."

"Yuk, kita ke kamar dulu ya, Faris. Nanti pas makan malam kamu turun ya? Mama bikinin Soto Bandung." Ujar mama sambil menggandeng tangan ayah mengajaknya ke kamar utama.

Dada Faris terasa sesak melihat kemesraan di depan matanya. Ah, andaikan ayah masih bisa bersatu dengan ibu. Mungkin Faris bisa melihat kehangatan itu setiap hari di Temanggung. Tapi garis kehidupan berkata lain. Faris berusaha untuk memaklumi, mengobati lukanya sendiri. Apakah Aida merasakan yang sama dengan dirinya?

"Eh, Faris... Mama lupa," mama meninggalkan ayah di depan pintu kamarnya dan kembali menghampiri Faris yang masih diam berdiri mematung di ruang tamu.

"ya, Ma?" Faris sedikit kaget terbangun dari lamunannnya

"Ini oleh-oleh dari ayah buat kamu kebawa sama Mama" mama menyerahkan sabuah kantung berwarna coklat bergaya vintage. "Ssttt... Kamu cepet telepon Aida. Pastikan dia sudah ada di rumah sebelum makan malam. Oke?" kata Mama setengah berbisik.

"Oh, baik, Ma" Faris benar-benar heran dengan mama tirinya ini. "Kok, bisa baik banget?" lalu kenapa Aida bisa ga nurut sama Ny. Sari? Pasti ada sesuatu di balik ini semua. Ayah jelas tak kan membantu. Itulah kenapa dirinya sampai dipanggil ke sini. Lagi pula, Aida sendiri tertutup dengan dirinya. Ah, benang kusut!

"Nak Faris, ini tehnya mau disimpan di mana?" Bi Irah membuyarkan lamunan Faris.

"Eh, iya Bi Irah. Di sini saja." Faris duduk di ruang tamu dengan semangat seolah menemukan kunci kerumitan barusan. Bi Irah menyimpan cangkir teh manis di meja ruang tamu. "Bi Irah, duduk sini dulu," pinta Faris segera ketika Bi Irah hendak bergegas pergi.

"Ya, ada apa Nak Faris?' tanya Bi Irah, lalu mengambil posisi duduk di lantai.

"Kok di lantai Bi? Ayo duduk sini," pinta Faris sedikit memaksa

"Sudah di sini saja, Nak." Bi Irah bersikukuh.

"Baiklah," Faris menyerah "Bi Irah, Bu Sari emang baik banget, ya?"

RESILIENCE "Segalanya Untuk Aida"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang