Hai..Kalian pernah ngerasain perundungan nggak? Perundungan kerap kali membawa dampak psikologis yang tidak baik bagi korbannya. Begitu pula yang dialami Aida. Yuk, ikuti terus kelanjutannya. Jangan lupa vomentnya ya ! Makasih
***
"Faris sok tau! Pahlawan kesiangan!" Aida masih belum melupakan kejadian di Cafe Coffee Pasta kemarin. Derap langkahnya tak terdengar di koridor, kalah nyaring dengan riuh suasana sekolah. Sepuluh menit lagi bel masuk sekolah. Waktu panik buat yang belum ngerjain PR dan tugas sekolah. Kelas di ujung koridor itu yang dia tuju. Masih cukup waktu untuk memperbaiki sketsanya. Untung saja mood jelek kemarin ga gangguin semangat Aida buat menyelesaikan sketsa mural untuk lomba karya seni sekolah di akhir semester ini. Sepuluh menit cukup buat mastiin sketsanya sempurna.
"Aida," panggil Eva yang duduk di meja depan ketika Aida melewati mejanya.
"Ya?" tanya Aida setengah hati diam di dekat meja Eva. Di kelas ini Eva yang sering menyapanya. Entah karena dia mau berteman dengan Aida atau karena dia sekretaris kelas alias Si Tukang Absen. Siapa lagi yang laporan kalo dia bolos kalau bukan Sekretaris Kelas?
"Ada yang nyari."
"Heh? Siapa?" Aida bingung, dia sadar betul kalau dirinya bukan seleb kelas, ga kenal banyak orang.
"Vina, kelas sebelah. Penting katanya,"
"Serius? Vina yang..."
Eva mengangguk "Vina seleb sekolah. Pacar barunya Ryan." Jelasnya panjang lebar. Aida ga ngira Eva juga tukang absen pasangan di sekolahnya alias tukang gosip.
Aida melihat jam tangannya. Delapan menit. Mepet, tapi penting. Aida memutuskan untuk menemui Vina tanpa menyimpan tas sekolahnya di meja terlebih dahulu.
Aida berdiri di pintu kelas sebelah. Luas ruangan yang sama, tapi lebih sederhana daripada kelasnya yang ramai dengan karya Aida. Dia melongok ke dalam kelas mencari gadis paling cantik di kelas tetangganya itu. Aida tak harus lama mencari, sosok gadis cantik dengan dua "dayang" menghampiri Aida.
"Aida ya?" tanya gadis berparas cantik itu
"Ya, katanya ada perlu?" Aida bingung
"Yap. Ikut aku yuk." Ajak Vina ramah
"Tapi bentar lagi..." Aida tak meneruskan kalimatnya
"Cuma bentar kok" pinta Vina sedikit manja. Aida makin bingung.
***
Toilet adalah ruangan yang paling jorok, kotor dan bau di sekolah. Sebagus apapun sekolah, toilet tetaplah tempat manusia buang kotoran. Cahaya matahari yang menembus kaca jendela di tengah ruangan membuat toilet terang, tapi buat Aida ruangan itu sangat kelam. Suara air kran mengalir di wastafel bergema di ruangan entah sudah berapa menit. Berapa menit yang tersisa dari delapan menit tadi?
Tubuh Aida menempel di dinding, dia hendak berontak, tapi tak mampu. Dua dayang Vina menahan badannya ke dinding yang dingin, sedang Vina sibuk mengobarak abrik isi tas Aida. Buku, tempat pensil, gawai, earphone semua dibuat berantakan di lantai. Dia baru berhenti ketika menemukan buku sketsa Aida. Vina membuka lembaran demi lembaran. Hingga sampai ke halaman yanag diberi nama. Tertulis di ujung kanan bawah nama Aida dan kelasnya.
"Kamu tau. Nerd kaya kamu cuma pengen cari tenar. Jadi, karya kamu yang jelek ini, ga layak bersaing dengan Ryan, yang jelas selalu jadi favorit sekolah."
"Oh, jadi ini soal Ryan, saingan gue di lomba karya seni sekolah." Aida geram "Dasar Bucin!" Aida berteriak tak terima. "Kalo iya dia jago, biarin juri yang nilai," tantang Aida
KAMU SEDANG MEMBACA
RESILIENCE "Segalanya Untuk Aida"
Genç KurguFaris terpaksa harus tinggal di rumah Ayah dan Ibu tirinya demi memenuhi tugas yang diberikan ibunya, menjaga Aida, adik kesayangannya. Perceraian kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu membuat Aida kehilangan arah dan terjerumus dalam pergaula...