Memories, even your most precious ones, fade surprisingly quickly. But I don't go along with that. The memories I value most, I don't ever see them fading. — Kazuo IshiguroHappy reading
Park Jisung dan Choi Beomgyu saling menatap. Kemudian mereka sama-sama tertawa, menertawakan lelucon yang diucapkan oleh Kim Doyoung barusan.
"Kenapa kalian tertawa? Aku pikir tidak ada yang salah dengan ucapanku."
Jisung menetralkan deru napasnya, "jangan mengarang, Tuan Kim." Dan seketika wajahnya berubah menjadi datar, lelaki itu menatap Kim Doyoung tajam.
"Bisa anda buktikan bahwa ucapan anda itu benar?"
Kim Doyoung tersenyum sinis, "aku meninggalkan sebuah permen karet di dalam mulut jasad itu. Anda bisa membaca hasil autopsinya di Deep Web."
Kedua lelaki itu sama-sama tercekat, buru-buru Beomgyu bangun dan membuka Deep Web menggunakan komputer milik Jisung. Air muka lelaki itu langsung berubah beberapa saat kemudian. Ia menatap Jisung yang kemudian mengangguk pelan.
Jisung langsung menatap Kim Doyoung dengan tatapan mengintimidasinya. "Bisa anda jelaskan apa maksud anda, Tuan Kim Doyoung?"
Kim Doyoung tersenyum sarkas, ia menegakkan punggungnya kemudian menyilangkan kakinya. Lelaki itu menatap Park Jisung dan Choi Beomgyu yang sekarang telah duduk di samping Park Jisung. "Aku tau kalian adalah orang dibalik masalah besar Neo Cyber."
Park Jisung masih terdiam, menunggu Kim Doyoung melanjutkan ucapannya. Sebenarnya, Jisung juga terkejut saat Doyoung mengucapkan kalimatnya barusan. Tapi bukan Park Jisung namanya kalau ia tidak dapat mengatur ekspresi dengan baik.
"Aku bahkan tau jika anda adalah pembunuh dari Zhang Ryu. Dia mati bukan karena bunuh diri."
Suasana ruangan itu seketika menegang. Park Jisung tercelos, ia mulai mempercayai jika Kim Doyoung memang pelaku pembunuhan akhir bulan kemarin. Segala pembunuhan dan serangannya pada Neo Cyber bisa diketahui dengan lengkap. Ah, sial, padahal ia sudah bermain sangat rapi. Dengan kemampuannya itu, Kim Doyoung tidak bisa di anggap rendah.
"Berhenti menyebutkan asumsi tidak masuk akalmu itu, Kim Doyoung." Sangkalnya.
Kim Doyung lagi-lagi tertawa hambar, "aku tidak menyebutkan asumsi. Aku hanya berbicara tentang fakta." Setelah itu ia memutar arah duduknya menghadap Jisung tepat, "Kedai Bunga Yen-Shin. Anda mengunjungi tempat itu setelah membunuh Zhang Ryu."
Kali ini kedua mata Jisung membelalak. Baiklah, ia benar-benar tidak bisa menyangkal apa yang diucapkan Kim Doyoung lagi. Lelaki itu sudah mengetahui semua perbuatannya. Tak ada lagi gunanya mengelak dan menyangkal semua ucapan lelaki itu, karena itu akan sia-sia.
"Apakah itu benar, Tuan Park?" Kim Doyoung berntanya dengan nada bicara yang terkesan meledek.
Park Jisung membuang wajahnya dan bercedak, "lalu apa maumu sekarang?" tukasnya dengan sarkas.
Dengan cepat Choi Beomgyu langsung menggeser duduknya mendekat ke arah Jisung. Berjaga-jaga jika lelaki itu melalukan hal yang seharusnya tidak boleh ia lakukan.
"Kita punya tujuan yang sama, tidak bisakah anda lebih santai sedikit?" Doyoung menghela napasnya.
Jisung terdiam dan mengerutkan alis hitamnya. Beomgyu dan Jisung saling pandang sebelum akhirnya mereka kembali menatap Kim Doyoung. "Apa maksud anda, Tuan Kim?" tanya Beomgyu.
"Kau pikir untuk apa aku melakukan pembunuhan itu jika bukan untuk menutup kasus Zhang Ryu?"
Seketika Park Jisung tercekat, lantas ia menatap Kim Doyoung dengan alis yang masih bertaut. Berharap Kim Doyoung bisa cepat melanjutkan ucapannya dan menjelaskan maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] DEFEND LIGHT II | PARK JISUNG
Fiksi Penggemar❝ [ Apology? I don't think that's enough ] ❞ © raeclya, 2021