27. Kosong.

1.8K 106 34
                                    

***

"Ini ...."

"Ya ...."

🍂🍂🍂

"Ini ... istrimu Dit?" tanya Dodit sedangkan Dito terlihat sangat antusias menanggapi semua perkataan sahabatnya.

"Ya," kata Dito sambil menegakkan badan, berharap kabar baik di dengar dari mulutmu sahabatnya.

"Cantik banget!" Lesu lunglai bahu Dito yang segera menyambar ponsel di tangan sahabatnya. Angan Dito yang melambung ke awan tadi langsung terhempas ke dalam jurang.

"Ye," gerutu Dito sedangkan Dodit hanya nyengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kirain tahu?"

"Aku enggak percaya saja, Dit, bojomu cantik dan masih remaja. Beruntung kamu yang sudah amit-amit beristri dia yang masih imut-imut." Goda Dodit nampak sangat nyata mengagumi Isma walau hanya gambar di layar ponsel. "Kirimi aku gambarnya! kali aja teman-temanku melihat dia naik mobil travel yang lain." Dodit sudah bersiap dengan ponselnya.

"Enggak. Nanti kamu macem-macemin lagi gambarnya. Aku tahu, kamu punya dua istri dan beberapa selir lainnya. Kamu 'kan setia, setiap tikungan ada."

Dodit tergelak. "Kau benar, namanya juga sopir, kalau lelah ya ngaso mampir. Tenang saja, otakku masih waras, enggak mungkin punya teman aku embat juga. Cepetan kirim fotonya!"

"Enggak. Pakai ciri-ciri saja." Dodit hanya memanyunkan bibir. Tahu betul keposesifan Dito bila sudah menyangkut kesayangan.

"Ya sudah. Cepat sebutkan!" Dito kemudian menyebutkan ciri-ciri Isma sedangkan Dodit langsung membagikan pesan dalam group sopir travel.

Tidak ada informasi yang didapatkan Dito dari pesan yang di kirim temannya membuat Dito merasa pesimis Isma pergi sampai ke Palembang.

Selama perjalanan Dito hanya termenung menyesali hari itu yang pergi tanpa memberikan penjelasan secara gamblang kepada Isma. Ya, penyesalan selalu datang terakhir, kalau di depan namanya pendaftaran bukan?

Dito kembali menghela nafas yang terasa berat bahwa Isma pergi hanya karena salah paham dengan sebuah gambar foto lama. Foto di mana Dito dan Isna merayakan ulang tahun Dita yang pertama. Bahkan bukan Dito dan Isna yang ikut meniup lilin itu. Ada Sandy juga yang ada di sebelah kanan Isna, namun kenapa yang tertangkap kamera hanya mereka bertiga? Seakan-akan mereka bertiga seperti keluarga bahagia.

Dito dapat memaklumi setelah beberapa hari berpikir jernih. Pasti terlalu sakit bagi istrinya menerima kenyataan bahwa Dito sudah menerima kehadiran Dita sejak dulu, walau kenyataannya bukan seperti yang terlihat. Banyak orang yang hadir dalam pesta itu dan karena saat itu  hubungannya dengan Sandy mulai membaik, Dito mengiyakan saja saat di ajak merayakan ulang tahun Dita.

Dito kembali menghela nafas berat mengurangi sesak di dada. Memandang hamparan perkebunan sawit lalu berganti dengan hijaunya kebun karet tidak mampu mengalihkan pikiran Dito tentang Isma. Sesalnya kian nyata saat menyadari kini rindunya tidak bertepi pada seseorang yang masuk dalam hidupnya satu tahun belakangan. Satu tahun yang sempurna baginya, walaupun pernah ada duri dalam hubungan mereka namun manisnya pernikahan mereka sangat terkesan dalam sanubari Dito dan laki-laki itu berharap dapat segera menemukan pujaan hati dan bersatu lagi.

🍂🍂🍂

Setelah mengantar semua penumpang, Mobil travel Dodit di sewa Dito menuju perkebunannya milik Ayahnya.

Sepi. Rimbunan pohon karet itu telah berganti menjadi hamparan ilalang yang menjulang tinggi. Sebagian sudah mulai menguning, mungkin sudah di semprot dengan racun gulma, sebagian lagi masih hijau. Ada jejeran tumbuhan pohon karet baru yang mulai menghijau yang tertutup suburnya rumput ilalang yang belum di bersihkan.

Pebinor Bucin.(Sudah Tamat di Kbm-app) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang