10. seharusnya kabar baik.

1.5K 86 12
                                    

☘️☘️☘️

"Kami punya kabar gembira, Bu!" kata Dito begitu tiba di rumah Ibunya, sedangkan Isma yang berjalan di belakang Dito hanya menggelengkan kepala.

"Apa?" tanya Ibunya antusias.

"Assalamualaikum, Bu," salam Isma mendekat dan meminta salim.

"Nah! Harusnya begini! Datang bukannya salam malah bengok-bengok (teriak-teriak)!" kata Ibunda Dito, menerima salim Isma dan memeluk sayang menantu idamannya.

Dito hanya mampu nyengir dan setelahnya ikut mencium takzim tangan Ibunya.

"Ayo! Duduk dulu baru ngobrol!"

Isma dan Ini mertuanya berjalan beriringan menuju ruang makan sedangkan Dito berjalan di belakang mereka berdua sambil membawa kantong plastik berisi camilan dan buah-buahan.

"Taruh di dekat kompor saja, Mas! Biar langsung aku masukan ke kulkas buahnya," kata Isma kepada suaminya yang semakin over protektif  setelah tahu Isma mengandung.

"Iya," kata Dito.

Hanna memandang dengan penuh binar bahagia melihat anak dan menantunya kelihatan sangat harmonis. Dito mendekati ibunya setelah meletakkan plastik kresek di samping kompor.

"Ada apa? Kabar gembira apa?" tanya Hanna penasaran.

"Isma hamil, Bu. Ibu akan punya cucu." Netra Hanna tambah berbinar mengetahui kabar dari anaknya.

"Benarkah?" Dito mengangguk dan tersenyum lebar.

Hanna mendekati Isma yang masih menata buah di dalam kulkas.

"Benarkah Isma?" Hanna memegang kedua bahu Isma agar menghadapnya.

"Nggeh, Bu." Hanna langsung memeluk penuh kasih menantunya. Wanita setengah baya itu sangat senang, impiannya memiliki cucu segera terkabul.

"Di jaga baik-baik. Jangan terlalu capek. Makan juga yang teratur," kata Hanna setelah melepaskan pelukannya sedangkan Dito juga ikut memandang haru istri dan ibunya, ikut merasa bahagia.

***

Hari-hari berlalu dan sikap over protektif  Dito semakin menjadi.

" Jangan sampai capek. Siram bunganya biar nanti Mas bantu kalau sudah pulang bekerja," kata Dito memperingatkan Isma setiap akan berangkat bekerja.

"Iya," jawab Isma.

"Nggak usah masak untuk nanti malam. Nanti pulang Mas bawain makanan sekalian."

"Iya," kata Isma lagi, tak berani membantah.

"Mas berangkat ya!" Dito mengangsurkan salim dan mengelus lembut puncak kepala Isma yang tertutup hijab.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Isma masih berdiri di teras.

Isma masuk ke dalam rumah setelah kendaraan suaminya hilang dari pandangan.

***

Tok! Tok! Tok!

Bunyi ketukan pintu siang itu menghentikan kegiatan Isma yang sedang menyiangi sayur di dapur.

"Assalamualaikum," suara seorang wanita mengucap salam dari luar rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Isma mendekati pintu utama.

"Mbak Nur? Ada apa?"

"Hai, Is! Mbak punya mangga muda nih! Mau ngerujak nggak?" tanya Isna sambil mengangkat plastik kresek putih berisi lima buah mangga muda. Isma yang sedang hamil makin dibuat ngiler dengan buah yang di bawa Isna.

Pebinor Bucin.(Sudah Tamat di Kbm-app) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang